BAB 18: Terluka

930 207 8
                                    


Tak tak tak ..

Suara sepatu Leo menggema di lorong. Acara bersih-bersih telah selesai ia lakukan dan kini dirinya tengah berjalan tuk menemui sang majikan kembali. Kakinya terus melangkah, namun pikirannya seolah sedang kemana-mana.

Ia masih memikirkan tentang apa yang sang dewi ucapkan padanya saat di kamar mandi barusan. Pasalnya setelah mengucapkan kalimat itu, suaranya sudah tak lagi dapat terdengar. Mau berapa kalipun dan seberapa keras pun Leo memanggil, tetap tak ada yang menyahuti. Seolah suara itu memang tidak ada pada dasarnya.

"Dia bilang bakal ngasih aku kekuatan seorang saint, tapi aku nggak ngerasain apa-apa tuh," batin Leo. Ia menatap telapak tangannya. Seolah mencoba untuk merasakan segelintir perbedaan, namun tetap tak dapat menemukannya.

"Tapi ... kenapa jadi begini ...?"

Leo menghentikan langkahnya. Menolehkan kepala dan menatap jauh ke luar jendela. Tatapannya tampak rumit. Dan pikirannya kalut akan sesuatu yang sama sekali tidak ia harapkan sebelumnya.

"Apa mendekatkan diri pada Killian saja sudah bisa memberikan dampak sebesar ini?" Leo mengerutkan dahi.

"Satu-satunya yang kuinginkan hanya memberikan hidup yang lebih baik untuk Killian. Supaya dia tidak mengambil langkah yang salah di masa depan. Kalau Killian tidak membuat masalah maka dunia tidak akan hancur, masa depanku juga aman."

"Kalau alur ceritanya berubah gimana dong ...? Sekarang yang belum masuk ke cerita asli aja udah berubah terus masa depan bakal jadi gimana??"

Dengan kepala yang menengadah dan mata yang menatap jauh ke bentangan langit biru. Leo menitikkan air mata dramatis dan mulutnya tersenyum pahit.

"Mak ... helep ...."

.

.

Cukup dengan itu, Leo segera kembali melanjutkan perjalanannya. Ia tidak bisa membiarkan Killian menunggu lebih lama lagi dari ini. Karena itu, tidak seperti sebelumnya, Leo berjalan dengan langkah sedikit cepat.

Ketika Leo hampir sampai pada satu belokan lagi tuk menuju kamar sang majikan. Disana pendengarannya menangkap suara-suara ribut yang tak seharusnya ia dengar. Seketika ekspresi Leo menggelap dan pikiran buruk memenuhi benaknya. Segera Leo berlari dan disanalah ia melihat Killian bersama beberapa pelayan.

Tidak jauh dari pintu kamarnya, Killian menyenderkan sisi tubuhnya pada dinding. Tangan kanannya mencengkram erat tangan kirinya yang terlihat seperti terluka. Kepalanya tertunduk dengan kulit yang tampak pucat.

Di sisi lain, beberapa pelayan itu berdiri mengerumuninya. Bukan untuk mengobati luka yang majikan. Namun wajah mereka tampak kusut dan mulutnya mencecar Killian dengan kata-kata buruk yang tidak seharusnya diucapkan oleh pelayan pada majikannya.

Tangan Leo mengepal. Keningnya berkerut hebat. Giginya mengatup erat. Kilatan merah seolah terpancar dari manik hijaunya yang menatap ke arah para pelayan. Tubuhnya turut bergetar tatkala luapan emosi perlahan menguasai.

Tanpa ragu, Leo bergerak mengampiri mereka. Ia meraih tangan wanita pelayan yang berjarak paling dekat dengan Killian. Dengan kasar, Leo menariknya dan membuatnya jatuh begitu keras ke lantai.

"AAKHH!! Apa-apaan ini?? Siapa yang berani-?!!"

"Apa yang kalian lakukan, bajingan?!!"

Dengan intonasi suara yang dingin dan datar, Leo berucap. Matanya menatap tajam ke arah wanita yang terduduk di lantai, dan lanjut ke arah wanita lainnya. Tatapan membunuh darinya mendominasi hingga membuat mereka bahkan kesulitan tuk bernapas.

[BL] I've Become The Villain's ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang