Paris, Prancis tahun 2010Bulan pun berganti, kehidupan Kalilla serta Elbert dipenuhi dengan kesibukan masing-masing. Kalilla semakin terjun ke dunia modeling, sementara Elbert terfokus pada karirnya yang terus berkembang. Meskipun mereka berusaha untuk tetap menghabiskan waktu bersama, kesibukan tersebut akhirnya membuat hubungan mereka semakin renggang.
Pada malam harinya, Kalilla merenung di kamarnya setelah menerima pesan dari Elbert yang mengatakan bahwa mereka perlu berbicara. Hatinya terasa berat. "Apakah ini akhir dari kami?" gumamnya, mengingat semua kenangan indah yang mereka lalui bersama. Ketika mereka bertemu, suasana tegang terasa di udara.
"Kalilla, kita harus jujur satu sama lain. Rasanya semakin sulit untuk menemukan waktu bersama. Aku tidak ingin hubungan kita berakhir seperti ini, tetapi aku juga tidak ingin memaksakan sesuatu yang tidak bisa kita jaga," ungkap Elbert dengan nada serius.
Kalilla mengangguk, air mata mulai menggenang di matanya. "Aku tahu, Elbert. Kita memang berusaha, tapi rasanya semakin berat. Mungkin kita butuh waktu untuk diri sendiri"
Dengan berat hati, mereka sepakat untuk berpisah. Kalilla merasa hancur, tetapi di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Setelah perpisahan itu, Kalilla merasakan kesedihan yang mendalam, namun seiring berjalannya waktu, dia mulai mencoba untuk melanjutkan hidup
Setelah berpisah dengan Elbert, Kalilla memutuskan untuk tetap di Paris dan fokus pada kariernya sebagai model serta kehidupannya yang baru. Meskipun perpisahan itu menyakitkan, dia merasa ada banyak hal yang bisa dijelajahi di kota cinta ini.
Di bawah langit sore, Kalilla duduk di kafe kecil favoritnya, menikmati secangkir kopi sambil membaca buku. Ia teringat masa-masa ketika ia dan Elbert menghabiskan waktu bersama di tempat ini, tetapi kini dia merasakan kebebasan dan kesempatan untuk menemukan dirinya sendiri.
Sambil mengaduk kopinya, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Hugo. Mereka sudah lama tidak berbicara, dan Kalilla merasa senang mendengarnya lagi. Kalilla tersenyum, menatap layar ponselnya.
Kalilla merasa berat untuk menjawab pertanyaan itu. Dia belum berniat untuk pulang, setidaknya tidak dalam waktu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paris, a Second Chance | Terbit
Lãng mạn𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞& 𝐜𝐨𝐦𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐛𝐚𝐛!! 𝐒𝐞𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐫𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢!! Bianca Kalilla Abigail, seorang wanita yang terluka hatinya, pergi ke Paris-kota yang penuh...