𝟐𝟐. 𝓐 𝓛𝓸𝓿𝓮 𝓛𝓸𝓼𝓽, 𝓐 𝓟𝓪𝓼𝓽 𝓡𝓮𝓴𝓲𝓷𝓭𝓵𝓮𝓭

20 11 4
                                    


Paris, Prancis tahun 2010

Bulan pun berganti, kehidupan Kalilla serta Elbert dipenuhi dengan kesibukan masing-masing. Kalilla semakin terjun ke dunia modeling, sementara Elbert terfokus pada karirnya yang terus berkembang. Meskipun mereka berusaha untuk tetap menghabiskan waktu bersama, kesibukan tersebut akhirnya membuat hubungan mereka semakin renggang.

Pada malam harinya, Kalilla merenung di kamarnya setelah menerima pesan dari Elbert yang mengatakan bahwa mereka perlu berbicara. Hatinya terasa berat. "Apakah ini akhir dari kami?" gumamnya, mengingat semua kenangan indah yang mereka lalui bersama. Ketika mereka bertemu, suasana tegang terasa di udara.

"Kalilla, kita harus jujur satu sama lain. Rasanya semakin sulit untuk menemukan waktu bersama. Aku tidak ingin hubungan kita berakhir seperti ini, tetapi aku juga tidak ingin memaksakan sesuatu yang tidak bisa kita jaga," ungkap Elbert dengan nada serius.

Kalilla mengangguk, air mata mulai menggenang di matanya. "Aku tahu, Elbert. Kita memang berusaha, tapi rasanya semakin berat. Mungkin kita butuh waktu untuk diri sendiri"

Dengan berat hati, mereka sepakat untuk berpisah. Kalilla merasa hancur, tetapi di dalam hatinya, dia tahu bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Setelah perpisahan itu, Kalilla merasakan kesedihan yang mendalam, namun seiring berjalannya waktu, dia mulai mencoba untuk melanjutkan hidup

Setelah berpisah dengan Elbert, Kalilla memutuskan untuk tetap di Paris dan fokus pada kariernya sebagai model serta kehidupannya yang baru. Meskipun perpisahan itu menyakitkan, dia merasa ada banyak hal yang bisa dijelajahi di kota cinta ini.

Di bawah langit sore, Kalilla duduk di kafe kecil favoritnya, menikmati secangkir kopi sambil membaca buku. Ia teringat masa-masa ketika ia dan Elbert menghabiskan waktu bersama di tempat ini, tetapi kini dia merasakan kebebasan dan kesempatan untuk menemukan dirinya sendiri.

Sambil mengaduk kopinya, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Hugo. Mereka sudah lama tidak berbicara, dan Kalilla merasa senang mendengarnya lagi. Kalilla tersenyum, menatap layar ponselnya.

Kalilla merasa berat untuk menjawab pertanyaan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalilla merasa berat untuk menjawab pertanyaan itu. Dia belum berniat untuk pulang, setidaknya tidak dalam waktu dekat.

 Dia belum berniat untuk pulang, setidaknya tidak dalam waktu dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paris, a Second Chance | TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang