𝟑. 𝓗𝓲𝓭𝓭𝓮𝓷 𝓱𝓮𝓪𝓻𝓽𝓪𝓬𝓱𝓮

69 41 26
                                    

"Cemburu itu seperti bayangan; ia mengikutiku tanpa suara, meskipun hatiku telah memilih untuk mencintai yang lain"
- Willona Anastasya

•••••


Sorenya, setelah selesai kelas di kampus, Kalilla berjalan keluar bersama Winda, Gisella, Nindya, dan Jeffran. Mereka tertawa dan bercanda, menikmati kebersamaan setelah seharian belajar.

Kalilla tersenyum, "Akhirnya bebas! Kalian mau ke mana sekarang?"

"Aku mau mampir ke kafe buat beli minuman! Gimana?" tanya Winda dengan semangat.

Gisella setuju, "Yuk, kita semua ke kafe!"

Di kafe, Hugo dan Willona duduk di sebuah meja kecil, menikmati minuman mereka. Hugo tampak santai, tetapi pikirannya tak bisa lepas dari Kalilla.

Hugo menyesap minumannya. "Eh, kamu tahu gak Kalilla suka banget ke pantai? Dulu, dia sering ngajak aku main ke sana"

Willona mengangkat alis, terlihat penasaran. "Oh, iya? Kalian dekat ya?"

"Kita sih teman baik. Dia selalu seru diajak ke pantai. Tapi, aku lebih suka suasana tenang," jawab Hugo, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu.

Willona merasa curiga dalam hati. "Kenapa dia bicara tentang Kalilla terus? Apa dia masih punya perasaan padanya?"

"Aku pernah mikir, seandainya kita bisa pergi bareng ke pantai. Mungkin bisa jadi pengalaman seru," Hugo melanjutkan.

Willona mencoba tersenyum, meskipun merasa tidak nyaman. "Iya, pasti seru. Tapi, kenapa kamu tidak ngajak Kalilla saja?"

Hugo menyadari nada suaranya. "Ah, maksudku, kita bisa pergi berdua. Aku juga senang kalau kamu ikut"

"Jadi, dia lebih tertarik pada Kalilla?" pikir Willona dalam hati, sedikit kecewa.

Percakapan berlanjut, tetapi Willona merasa keraguan di hatinya semakin dalam. Hugo tidak menyadari bahwa ketertarikan terhadap Kalilla telah menimbulkan keraguan dalam hubungan mereka.

Sesampainya di rumah, Kalilla menoleh kepada Jefran dengan rasa terima kasih.

Kalilla tersenyum, "Jefran, terima kasih sudah mengantar aku pulang. Kamu mau mampir ke rumah sebentar?"

Jefran membalas senyumannya. "Oh, ya, tentu saja. Aku senang bisa mampir"

Mereka berdua masuk ke rumah, di mana Mama Kalilla sedang berada di ruang tamu.

Mama Kalilla menatap Jefran dengan penasaran. "Halo, Jefran! Terima kasih sudah mengantar Kalilla. Ayo duduk"

Jefran duduk sambil tersenyum. "Terima kasih, Tante. Senang bisa mampir"

Kalilla, dengan sedikit gugup lalu berkata, "Mama, ini Jefran. Kami baru saling kenal"

Mama Kalilla tertawa kecil. "Oh, jadi ini Jefran yang sering dibicarakan Kalilla, ya? Aku penasaran, nih!"

Jefran merasa sedikit tertekan tetapi tetap tersenyum. "Iya, Tante. Kalilla banyak cerita tentang teman-temannya"

Mereka mulai mengobrol, dan Kalilla merasa sedikit lebih nyaman.

Mama Kalilla menatap Jefran. "Jefran, kamu kerja di mana?"

Jefran menjawab dengan tenang, "Saya anak Direktur di perusahaan Cakrawala, Tante"

Kalilla terkejut. "Perusahaan Cakrawala? Kenapa aku tidak tahu tentang itu?"

Mama Kalilla menarik napas pelan. "Oh, itu tempat Kenzo bekerja, bukan? Dia baru pulang kerja"

Paris, a Second Chance | TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang