"Di tengah hiruk-pikuk Paris, aku menemukan diriku yang baru. Setiap langkah di trotoar ini adalah langkah menuju impian yang tak pernah kubayangkan."
•••••
Pagi yang diiringi hujan di kota Paris, Kalilla terbangun dari tidurnya. Setelah mandi, ia bersemangat memulai hari.
"Good morning, Paris. Awali hari dengan mandi dan sarapan," ucap Kalilla sambil tersenyum.
Di meja makan, Mama dan Papa sudah duduk, sementara Kalilla, yang mengenakan blouse hitam dan celana jeans, bergabung dengan mereka.
"Good morning, Mama, Papa. Hari ini sarapan apa, Ma?" tanya Kalilla.
"Sarapan kita hari ini roti selai sama teh hangat," jawab Mama.
"Wah, enak kayaknya. Mama, nanti sore aku mau jalan-jalan, boleh gak?" tanya Kalilla.
"Boleh, tapi kamu pergi sendiri?" tanya Mama dengan khawatir.
"Iya, Ma. Soalnya aku belum punya teman di sini," jawab Kalilla dengan nada agak sedih.
"Kalau kamu pergi sendiri, Papa tidak izinkan. Nanti Papa akan minta tolong anak teman Papa, Elbert, untuk menjemput kamu di apartemen kita," ucap Papa dengan tegas.
"Ya udah deh, Pa. Aku nurut aja," kata Kalilla sambil menghela napas.
"Kamu tidak perlu khawatir soal Elbert. Dia orang sini, tapi dia juga mahir berbahasa Indonesia," ucap Papa.
Kalilla hanya mengangguk sebagai jawaban, menandakan bahwa dia mengerti dan menerima penjelasan Papa. Selesai sarapan, Kalilla memutuskan untuk menonton film barat sambil melihat Papa yang bersiap pergi kerja.
"Papa udah mau kerja? Padahal di sini masih pagi," ujar Kalilla heran.
"Di sini beda sama Jakarta. Orang-orang di sini memang masuk kerja lebih awal," jawab Papa.
"Oh gitu, semangat kerja ya, Pa," ucap Kalilla sambil tersenyum.
Kalilla ikut mengantar Papa sampai depan pintu sebelum Papa berangkat kerja, memberikan pelukan singkat sebagai dukungan.
Setelah Ayah pergi kerja, Kalilla melanjutkan menonton film Hollywood. Sementara itu, Mama tampak bersiap-siap untuk pergi.
"Ma, mau pergi ke mana?" tanya Kalilla penasaran.
"Mau ke minimarket. Sepertinya bahan makanan di rumah sudah habis," jawab Mama sambil memasukkan dompet ke tasnya.
"Gitu ya, Mama pergi sendiri? Mau Lilla temenin gak?" tawar Kalilla.
"Enggak apa-apa, Mama bisa sendiri kok. Kamu nggak usah khawatir," jawab Mama dengan senyuman.
"Emang Mama tau jalan di Paris, Ma? Nanti malah tersesat," goda Kalilla.
Mama terkekeh, "Enggak kok, Mama pernah ke sini waktu Mama dan Papa baru nikah. Jadi nggak asing lagi buat Mama"
"Ya udah, hati-hati ya, Ma," ucap Kalilla dengan perhatian.
"Iya, Mama pergi dulu. Kamu istirahat aja di rumah," balas Mama sebelum melangkah keluar.
Kalilla mengangguk dan kembali fokus pada filmnya, sementara Mama pergi meninggalkan apartemen.
"Kayaknya filmnya bosenin deh, mau ngapain ya?" gumam Kalilla sambil mematikan TV.
Dia kemudian teringat ingin chatting dengan teman-temannya, namun ragu. "Ah, takut ganggu mereka. Lagi pada sibuk mungkin," pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paris, a Second Chance | Terbit
Romance𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞& 𝐜𝐨𝐦𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐛𝐚𝐛!! 𝐒𝐞𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐫𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢!! Bianca Kalilla Abigail, seorang wanita yang terluka hatinya, pergi ke Paris-kota yang penuh...