𝟏. 𝓤𝓷𝓼𝓹𝓸𝓴𝓮𝓷 𝓯𝓮𝓮𝓵𝓲𝓷𝓰𝓼

131 54 55
                                    

"Perasaan ini seperti rahasia yang terperangkap di dalam hati, tak terucap namun selalu terasa menyakitkan."
- Bianca Kalilla Abigail



Kota Paris memancarkan pesonanya di bawah cahaya senja, saat langit berwarna oranye dan merah muda menciptakan latar belakang yang sempurna. Jalanan berliku dipenuhi aroma baguette fresh dan aroma kopi yang mengundang, mengisi udara dengan kehangatan. Di antara kerumunan, sepasang mata berbinar memperhatikan setiap detil—senyum pengunjung, suara tawa yang mengalun dari café-café kecil, dan lampu-lampu yang mulai menyala, menambah keindahan kota yang sudah magis.

Mereka yang melangkah di trotoar tidak hanya menginginkan keindahan visual, tetapi juga cerita-cerita yang tersembunyi di balik setiap sudut. Disini lah harapan dan kenangan bertemu, di tengah bisingnya kota yang tak pernah tidur. Dan saat hati mulai terbuka, cinta yang tak terduga mulai menanti untuk ditulis di halaman-halaman baru dalam kisah hidup yang penuh warna ini.

Ketika langkah-langkah terhenti di sebuah kafe kecil, dua jiwa yang sudah terhubung akan segera bertemu kembali, dan nasib mereka siap untuk diceritakan.

***

Kalilla terbaring santai di atas kasurnya, menatap langit-langit kamar dengan pikiran melayang. Dia mengangkat ponselnya, mengetik pesan untuk sahabat kecilnya, Hugo Kaizen Argatara.

Setelah siap, Kalilla bergegas pergi ke kafe yang terletak tidak jauh dari rumah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah siap, Kalilla bergegas pergi ke kafe yang terletak tidak jauh dari rumah mereka. Kafe itu adalah tempat penuh kenangan, di mana mereka sering berbagi cerita dan tawa. Sesampainya di sana, aroma kopi yang baru diseduh menyambutnya.

Hugo sudah menunggu di salah satu meja, mengenakan kaus berwarna cerah yang kontras dengan senyumnya yang ceria. Kalilla melambai, "Hugo!"

Hugo berdiri dan membalas sapaan itu. "Lilla! Lama tidak jumpa!" Mereka saling berpelukan sebelum duduk.

"Jadi, bagaimana kabar pacar kamu?" tanya Kalilla sambil menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.

"Pacar?" Hugo tertawa kecil, "Aku belum punya pacar, Lilla. Lagi nyari yang tepat, sih"

Kalilla mengangguk. "Semoga kamu cepat menemukan seseorang yang cocok. Kita butuh cinta dalam hidup kita, kan?"

Hugo menghela napas, "Iya, tapi sekarang fokus ke kuliah dulu. Ujian semester depan semakin dekat"

Kalilla mengalihkan perhatian ke jendela kafe yang memandang ke jalanan. "Ngomong-ngomong, ayo kita berfoto! Kita harus punya kenangan dari sini," ujarnya bersemangat.

Mereka berdua berpose di depan dinding yang dihiasi mural cantik. Kalilla memposting foto itu di akun Instagram-nya dengan caption, "Sahabat kecilku, selalu ada untukku"

Setelah itu, ponselnya bergetar lagi. Kalilla melihat pesan masuk dari teman sekelasnya, Willona. "Siapa laki-laki di sampingmu, Killa?"

Kalilla tertawa kecil, membalas, "Dia sahabat kecilku, Hugo. Emang kenapa?"

Paris, a Second Chance | TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang