"Penyesalan itu memang selalu datang di akhir. Kalau di awal, namanya pendaftaran."
•••
Setelah selesai makan malam, Kalilla merasa kenyang dan puas. Dia beranjak dari kursinya, mengucapkan selamat malam kepada Mama."Maa, aku ke kamar duluan ya," ucap Kalilla sambil membawa piring bekas makanannya ke dapur.
"Iya, dek. Selamat malam, semoga tidurnya nyenyak," jawab Mama sambil tersenyum, membereskan meja makan.
"Malam juga, Mama," balas Kalilla sebelum menuju kamarnya.
Begitu sampai di kamar, Kalilla menyalakan laptop dan memilih film untuk ditonton sebelum tidur. Lampu di kamar redup, menciptakan suasana nyaman. Setelah beberapa saat, matanya mulai terasa berat, film yang awalnya menarik berubah jadi latar belakang yang menenangkan. Tak lama kemudian, Kalilla pun tertidur pulas, membiarkan sisa malam di Paris berlalu dengan tenang.
Setelah mengetahui bahwa Willona berselingkuh, Hugo merasa hancur dan dikhianati. Air matanya mengalir tanpa bisa dibendung saat dia duduk sendirian di rumah.
"Kenapa semua ini terjadi sama gue?" ucap Hugo dengan suara parau.
"Sekarang gue gak punya siapa-siapa... Kalilla udah pergi, dan sekarang Willona juga mengkhianati gue," lanjutnya, kesedihan makin terasa dalam setiap kata.
Jerome, sepupunya, tiba-tiba datang dan menghampiri Hugo yang terlihat rapuh.
"Udahlah, Bang. Jangan terlalu dipikirin, gue ngerti lo lagi down. Tapi gue baru dapet kabar soal Kalilla," ucap Jerome mencoba menghibur.
Hugo langsung mengangkat wajahnya, sedikit terkejut. "Apa tuh? Kasih tau gue," tanyanya dengan harapan kecil di matanya.
"Sebenarnya Kalilla udah pergi ke Paris beberapa waktu yang lalu. Gue juga baru tau ini dari temennya Kalilla," jawab Jerome.
Hugo terdiam sejenak, rasa penyesalan memenuhi dirinya. "Gue nyesel... Gue milih Willona daripada sahabat gue sendiri," ucap Hugo dengan suara penuh penyesalan.
Jerome menepuk pundak Hugo dengan lembut. "Udah, Bang. Jangan terlalu larut dalam kesedihan. Gue punya nomor baru Kalilla, lo bisa coba hubungin dia," ucap Jerome sambil mengeluarkan ponselnya.
Hugo menatap Jerome, harapan mulai muncul kembali di hatinya. Jerome memberikan nomor baru Kalilla, dan Hugo berniat untuk menghubungi sahabat lamanya, mencoba memperbaiki apa yang telah salah.
Suara burung-burung mengisi pagi dengan nyanyian yang seolah menyambut datangnya hari baru, Hugo terbangun dengan sedikit beban di hatinya, meski rasa sakit akibat Willona masih terasa. Karena hari ini akhir pekan dan tidak ada kuliah, dia memutuskan untuk mencari kesibukan. Jerome, sepupunya yang tinggal bersamanya, sedang bersantai di ruang tamu saat Hugo menghampirinya.
"Jer, lo hari ini free gak? Gue bosen banget, pengen jalan-jalan," kata Hugo sambil duduk di sebelah Jerome.
"Lo mau jalan-jalan ke mana? Gue sih ngikut aja," jawab Jerome tanpa melepas pandangannya dari layar TV.
"Ke Bandung, gimana? Kita izin gak masuk kuliah aja beberapa hari," saran Hugo dengan nada penuh antusiasme.
Jerome tertawa kecil, "Ke Bandung? Gila juga lo, tapi gue suka ide lo. Tapi dua minggu aja ya, kelamaan nanti tugas numpuk"
"Tenang aja, soal tugas gue bantu. Lo tau kan gue jago ngerjainnya cepat," ujar Hugo sambil tersenyum, berusaha meyakinkan sepupunya.
Jerome mengangguk setuju. "Oke, ayo kita siap-siap rencana-in semuanya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Paris, a Second Chance | Terbit
عاطفية𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐰𝐚𝐣𝐢𝐛 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞& 𝐜𝐨𝐦𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐛𝐚𝐛!! 𝐒𝐞𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐫𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢!! Bianca Kalilla Abigail, seorang wanita yang terluka hatinya, pergi ke Paris-kota yang penuh...