Bab 12 - Siapa Dia?

29 8 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بسم الله الرحمن الرحيم

🌻🦋

اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ

°°°
Assalaamu'alaikum readers.
Cuma mau mengingatkan. Setelah baca, jangan lupa vote dan komentar ya. Terima kasih banyak🫶🏻

°°°

Menyembunyikan luka dibalik sebuah senyuman adalah caraku, agar orang terdekatku tak ikut bersedih.

~ Sun Flower ~

°°°

"Aduh! Ibu bikin Kia kaget, saja." Kia mengelus dadanya.

"Maaf ya, sayang," ucap Ibu Silva.

"Oh iya. Kenapa tadi mukanya ditekuk, hm?" Ibu Silva mengulangi pertanyaannya.

"Em ... itu, Bu. Kia pengen beli pentol bulat, tapi kata Tante Neti tinggal pentol tahu," jelasnya berbohong.

Namanya sangat cocok dengan sikapnya 'kan guys? Neti = Netizen.

Ibunya tercengang mendengar penjelasan Kia barusan.

Hanya karena pentol?

"Serius, hanya karena itu saja?"

"Iya, serius Ibu ...."

Ingin menanyakan lagi kebenarannya, tapi Ibu Silva hapal betul dengan anaknya yang satu ini. Terlampau random. Jadi, Bu Silva mempercayainya.

"Ya sudah, kalau gitu Ibu mau kembali ke kamar ya. Kamu jangan tidur malam-malam. Nanti matanya hitam seperti panda!" tutur Ibu Silva yang hanya ditanggapi dengan kekehan kecil dan sebuah anggukan oleh Kia.

Setelah Ibunya benar-benar keluar dari kamarnya. Kia bergegas menutup dan mengunci pintu, kemudian mematikan lampunya.

Keadaan hatinya sudah terlanjur tidak baik-baik saja. Sepertinya, Kia akan menyambung menangis part kesekian kalinya. Mungkin sampai ia terlelap?

°°°
Lagi, Kia menangis sejadi-jadinya sembari memeluk erat boneka kesayangan yang dibelikan oleh Ayahnya sewaktu ia masih berusia sepuluh tahun.

Bahunya bergetar hebat karena Kia nangis sampai sesegukan. Mencurahkan semua kekesalan dan kesedihannya melalui tangisannya. Lega, rasanya...

Tiba-tiba, sebuah tangan mengusap pelan rambutnya yang masih tertutup oleh hijab. Kia spontan menoleh, karena ingin tahu, siapa yang mencoba menenangkannya melalui usapan pelan itu.

Terkejut dengan sosok pemuda yang ia lihat saat ini duduk di pinggiran kasurnya, Kia spontan merubah posisinya menjadi duduk.

"K-kamu siapa?" tanya Kia. Bukannya menjawab, orang itu malah mengalihkan topik pembicaraan.

"Jangan sedih, Kia. Aku nggak suka lihat wajahmu yang cantik itu, bersedih. Apalagi sampai menangis," ucapnya dengan nada yang sangat lembut.

"T-tapi aku benar-benar s-sakit hati, sama perkataan mereka. Dengan seenaknya mereka berkata tanpa memikirkan perasaanku," adunya sembari terbata, selain baru saja menangis sesegukan, ada rasa takut juga pada orang misterius di hadapannya ini.

"Baiklah. Menangislah jika itu bisa membuat rasa sakit yang kamu rasakan berkurang dan memberi ke legaan pada kamu," tuturnya lagi, dengan nada yang sama lembutnya. "Tapi ingat, jangan lama-lama, ya! Jangan berlarut-larut dalam kesedihan!"

Kia spontan mengangguk.

Kemudian, pemuda itu beranjak dari duduknya dan menjauh.

"Eh ... kamu siapa?" Kia berteriak.

Namun, sama sekali tak ada respon dari pemuda misterius itu.

"TUNGGU!" teriak Kia lagi, saat ini dia sampai terbangun dalam posisi duduk.

Dadanya naik turun karena napasnya yang memburu. Kia sudah seperti baru selesai lari 10x putaran saja.

Gegas ia sentuh wajahnya, "Tidak basah," ucapnya dengan heran. Bukan kah tadi, ia baru saja menangis sampai sesegukan? Tapi, lari ke mana air matanya itu? Mengapa pipinya kering?

Kia mencoba meraba bantal, selimut, dan bonekanya. Semua sama. Tidak basah juga. Apakah tadi itu hanya mimpi?

Kia menghela napas panjang. "Ternyata tadi itu cuma mimpi."

Walau begitu, mimpinya tadi itu terasa sangat nyata. Seperti benar-benar terjadi. Dan ... siapa ya, pemuda baik hati itu? Kia jadi penasaran.

Bagaimana Kia bisa mengingat, jika di dalam mimpi saja, wajahnya terlihat buram dan samar. Sama sekali tak bisa diterka dan dikenali.

Siapa dia? Mengapa bisa datang ke mimpiku?

Karena masih mengantuk, Kia melanjutkan tidurnya. Mengabaikan pertanyaan yang masih menggantung.

Kata Kia, "Tunda besok saja lah, Q&A -nya. Sekarang aku mau tidur lagi, ngantuk!"

°°°

Hari berganti. Namun, rupanya kata-kata tetangganya itu terus saja terngiang di kepala Kia. Seakan tidak ada topik lain yang harus dipikirkan olehnya.

Selain introvert, Kia memang tipe pemikir. Jadi, semua perkataan jahat dari siapa pun pasti akan menjadi beban pikirannya. Sepertinya, kalian harus membelikan Kia saringan untuk menyaring omongan jahat agar tidak masuk ke hati dan pikiran.

Untuk mengalihkan perhatiannya dan mengembalikan keceriaannya yang seperti kemarin-kemarin, Kia memainkan ponselnya. Ia sekarang sedang berada di aplikasi hitam bernama Toktok.

Jarinya terus naik turun mengganti unggahan demi unggahan orang yang lewat di berandanya. Sampai ada satu postingan yang menarik perhatiannya.

Niat hati men-scroll Toktok agar ia bisa kembali ceria, Kia malah menemukan satu video yang relate dengan masalahnya saat ini.

Di video itu tertulis :

"Jadi orang jangan semena-mena ee, waka waka ee, samina mina zangalewa, this time to afrika."

Batinnya spontan berkata, "Pas banget, nih. Simpan ah, nanti mau aku unggah di WhatsApp."

🌻Day 13 - PENSI VOL

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻Day 13 - PENSI VOL.14 🦋
Jangan lupa vote dan komen ya!
Kepoin terus kelanjutannya.

MY CRUSH - MAS SANTRI [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang