BAB 12

6 1 0
                                    

Perjalanan dari bandara I Gusti Ngurah Rai menuju hotel kami memakan waktu sekitar 50 menit. Waktu yang cukup lama dan aku harus duduk bersama dengan bos besar. Kalau saja aku naik taxi seorang diri aku pasti bisa leluasa bahkan hanya untuk memainkan ponselku. Ku lihat Khafi sedang sibuk melihat ipadnya.
Namanya juga bos besar. Dimana-mana kerja terus, batinku.
Aku terdiam memandangi jalanan di pulau Bali yang indah dari balik kaca mobil. Untungnya jalanan tak begitu ramai dan kami pun tiba di hotel sesuai perkiraan. Dito mengeluarkan koperku dari dalam bagasi mobil begitu juga koper milik Khafi. Kami memasuki hotel bersama-sama. Begitu kami selesai check in, kami segera masuk ke dalam lift bersama-sama. Saat itu tepat pukul 6 sore.

“mbak Naya di lantai berapa?” tanya Dito.

“saya lantai 4 pak Dito” jawabku. Dito segera menekan tombol 4 dan 8 pada lift tersebut.

Wow lantai paling atas. Kamar suite. Batinku.

“pak Dito, jarak dari hotel ke gedung konferensi berapa menit?” tanya Khafi pada Dito sesaat pintu lift tertutup.

“sekitar 15 menit pak” jawab Dito. Khafi menganggukkan kepalanya. Tak lama kemudian, lift pun terbuka saat sudah tiba di lantai 4.

“pak Khafi, pak Dito saya duluan” pamitku pada mereka.

“silahkan mbak Naya” jawab Dito. Khafi hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Aku berjalan keluar lift dan menuju kamarku dengan nomor 4120. Aku membuka pintu kamar hotel dan melihat pemandangan dari jendela kamar hotel. Aku bisa melihat laut yang indah dengan pengunjung yang cukup ramai. Setelah beberapa menit aku mengagumi pemandangan itu, aku segera mengeluarkan barang bawaanku dari dalam koper. Setelah merapihkan barang bawaanku, aku segera mandi dan beristirahat.

Keesokan paginya tepat pukul 7 pagi, aku bergegas turun untuk menyantap sarapan di restaurant hotel tersebut. Ku lihat restaurant ramai pengunjung namun tak terlalu padat. Aku berjalan menuju buffet American breakfast. Aku mengambil satu telur sunny side up, beberapa potong buah alpukat, satu pancake dengan madu di atasnya, dan satu cangkir kopi. Aku membawa sarapanku menuju meja kosong yang berada di dekat jendela. Ku nikmati sarapanku sambil melihat pemandangan pantai yang indah dan bersih. Aku berniat berjalan sebentar di sekitar pantai setelah selesai menyantap sarapanku. Acara akan dimulai pukul 7 malam, aku ingin memanfaatkan waktu luangku ini sebaik mungkin.

Drrrt...drrrt...drrrt... ponselku bergetar. Kulihat nama Lily di layar ponselku.

Halo ly. Sapaku.

Halo Nay. Gimana disana? Tanya Lily.

Bagus banget pemandangannya ly. Sekarang gw lagi jalan santai di pantai. Hotel tempat gw nginep gak jauh dari pantai. Ceritaku.

Ini lo beneran sendirian? Gak ada lagi karyawan dari kantor lo yang dikirim kesana? Tanya Lily.

Emm... karyawan lain gak ada sih. Tapi bos besar langsung yang datang. Jawabku.

Bos besar? Bos yang kemarin itu nganterin lo pulang? Tanya Lily sedikit terkejut.

Iya. Bos besar yang itu. Jawabku.

OH MY GOD ! ucap Lily.

Dia nginep di hotel mana? Tanya Lily.

Sama kaya hotel tempat gw nginep. Jawabku.

Shit! Ini green light dari takdir Nay. Ucap Lily penuh semangat.

Maksud lo? Tanyaku.

Berdua doang di Bali loh. Ini kesempatan alami buat make sure apakah bos lo tertarik sama lo atau gak. Lo harus cari tahu. Ucap Lily.

Perfect StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang