BAB 34

5 1 0
                                    

Malam semakin larut, pesta ulang tahun Kevin semakin ramai dan meriah. Kulihat jam pada ponselku yang sudah menunjukkan pukul 11.45 dan aku mulai merasa lelah. Ku lihat Khafi yang sudah mulai agak mabuk.

"fi, tadi kamu bilang gak akan minum banyak" bisikku pada Khafi. Namun Khafi hanya tersenyum tak berkata apa-apa karena ia sudah mulai tak sadarkan diri.

“Nay, gw mau balik. Lo balik jam berapa?” bisik Lily.

“gw juga udah capek. Kayanya bareng deh sama lo. Okta gimana?” ucapku.

“dia juga udah mau balik” ucap Lily.

“oke. Kita bareng aja kalau begitu” ucapku.

“kayanya Khafi agak mabuk. Lo antar dia?” tanya Lily berbisik.

“iya” jawabku singkat.

“lo gak harus pulang malam ini Nay” ledek Lily.

“apaan sih” ucapku tertawa kecil mendengar ucapan Lily.

“fi, sebentar lagi kita pulang ya, aku udah capek. Lily sama Okta juga mau pulang” bisikku pada Khafi.

“oke” Khafi tersenyum menatap wajahku sambil memberikam kunci mobilnya padaku.

Beberapa menit kemudian aku, Lily dan Okta pamit pada Kevin dan kami pulang menggunakan mobil masing-masing. Aku memapah Khafi yang sedikit mabuk. Aku melajukan mobil menuju penthouse Khafi. Sesekali aku melihat Khafi yang sedang tertidur menahan kantuk karena di sebabkan oleh rasa mabuknya.

“fi, udah sampai. Ayo turun” aku membuka pintu mobil Khafi dan membuka sabuk pengamannya. Khafi berusaha turun dari mobilnya.

“aku bisa jalan sendiri Nay” ucap Khafi dengan suara sedikit mabuk juga jalan yang masih sempoyongan.

Aku membiarkannya jalan sendiri namun sesekali aku tahan tangannya saat ia mulai berjalan tak seimbang. Kami memasuki lift, Khafi berdiri bersandar pada dinding lift sambil memejamkan matanya. Saat pintu lift terbuka, aku mengajak Khafi untuk turun dari lift menuju penthouse miliknya. Aku mendudukkannya di sofa ruang tamu dan mengambilkannya air minum.

“fi, aku langsung pulang ya” ucapku. Mendengar ucapanku Khafi seperti tiba-tiba saja tersadar lalu menarik tanganku hingga aku terduduk di sofa tepat di sampingnya.

“udah malam. Aku gak bisa antar kamu. Kamu tidur disini malam ini. Nanti aku siapin baju untuk kamu” ucapnya.

“Lily juga pasti gak pulang malam ini” lanjutnya.

“tapi besok aku ada janji” ucapku. Mendengar ucapanku, Khafi menyenderkan kepalanya pada bahuku.

“kamu gak bisa ya berhenti jalan sama Haris?” tanya Khafi.

“aku... sangat sangat cemburu lihat kamu jalan sama Haris” Khafi kembali duduk tegak dan memegang tanganku.

“Nay... aku mau kamu cuma fokus ke aku. Apa aku berlebihan?” tanya Khafi.

“kamu mabuk fi. Kamu istirahat, aku harus pulang sekarang” ucapku sambil melepas genggaman Khafi perlahan.

“Oke” ucap Khafi terpaksa sambil berdiri bersiap untuk pergi ke kamarnya.

“selamat istirahat fi” ucapku. Aku berdiri dan mengambil tasku.

“aku gak akan pernah menyerah, aku akan terus buktiin bahwa aku yang terbaik untuk kamu” ucap Khafi sambil memelukku erat. Tubuhnya yang sedikit berotot juga harumnya yang khas membuatku merasakan nyaman dan aman dari pelukan Khafi itu.

“hati-hati di jalan. Kabarin aku kalau udah sampai kostan” Khafi melepaskan pelukannya lalu menunduk sambil mengusap kepalaku.

“oke. Good night fi” ucapku.

“Good night Naya” ucap Khafi.

Aku berjalan keluar penthouse dan kembali pulang ke kostan menggunakan taxi. Ucapan Khafi membuatu berpikir untuk segera menemukan jawaban. Aku merasa seperti sedang mempermainkan hati dua lelaki. Mungkin setelah esok hari bertemu dengan Haris, aku harus berpikir keras menemukan jawaban siapa yang aku sukai.

...

Keesokan harinya, Haris menjemputku tepat jam 1 siang. Kami berencana untuk menonton film di bioskop. Aku mengenakan midi dress berwarna hijau dengan motif bunga dilengkapi dengan cardigan berwarna putih, anckle boots berwarna cream dan mini bag berwarna hijau senada dengan dress. Aku keluar kostan dan bertemu Haris yang sudah berdiri menunggu di samping mobilnya.

“yuk jalan” ucapku.

“ayo” Haris membukakan pintu mobil untukku. Aku pun masuk ke dalam mobilnya.

“cuaca lagi panas banget ya” ucap Haris setelah ia melajukan mobilnya perlahan.

“iya mas lagi panas banget” ucapku.

“kamu belum makan kan? Kita makan dulu ya. Filmnya juga masih lama mulainya” ucap Haris.

“oke mas” ucapku.

“kamu mau makan apa? Japanese? Italian? Western? Korean? Indonesian?” tanya Haris.

“makanan yang gak terlalu berat aja kayanya mas” jawabku.

“how about Italian?” tanya Haris.

“oke” jawabku.

Sesampainya di restaurant, Haris pun memesan tortellini, panzenella dan gelato. Haris memang selalu bersikap gentleman. Sebenarnya tak jauh berbeda dengan Khafi. Jika dilihat lebih teliti Haris bahkan lebih pintar mengelola emosinya dibandingkan Khafi. Namun entah kenapa saat aku bersama dengan Haris aku tak merasakan apapun di hatiku. Aku menyukai Haris namun rasanya aku tak sampai jatuh hati padanya. Aku merasa menjadi perempuan jahat, bahkan disaat seperti ini aku seperti membandingkan Haris dengan Khafi.

“so~gimana pestanya semalam?” tanya Haris.

“amazing” jawabku.

“kamu gak bete pulang pergi bareng Lily dan pacarnya?” tanya Haris. Yang Haris tahu aku berangkat bersama dengan Lily dan Nino.

“emm... honestly semalam aku berangkat bareng Khafi” ucapku.

“Khafi?” tanya Haris terkejut. Aku menganggukkan kepala.

“owh” ucap Haris dan aku tahu bahwa Haris kecewa mendengarnya.

“by the way, aku suka foto yang kamu upload di instagram. Itu dress yang kamu pakai semalam ya?” tanya Haris.

“iya mas” jawabku.

“you looks so gorgeous on it” puji Haris.

“terimakasih mas” ucapku.

“aku berharap aku yang temani kamu semalam. But yeah maybe next time” ucap Haris sambik tersenyum lebar. Aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Haris.

Setelah selesai makan, kami segera berangkat menuju ke CGV Grand Indonesia. Beberapa jam kami menonton film dan setelah film selesai, kami memutuskan untuk berbincang-bincang di sebuah cafe yang ada di dalam mall. Bersama Haris, selalu ada topik pembicaraan yang kami bahas.

Perfect StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang