Keesokan harinya tepat pukul 9 pagi, aku bangun dari tidurku. Aku bergegas mandi dan berjalan menuju dapur untuk sarapan. Namun aku terhenti di meja makan karena melihat secarik kertas. Sebuah catatan dari Khafi untukku.
Aku sudah bikin sarapan buat kamu. Maaf karena aku berangkat kerja gak tunggu kamu bangun karena hari ini banyak yang harus aku kerjain. Have fun with Lily ya.
Begitulah catatan yang Khafi tinggalkan untukku. Kubuka tudung saji di atas meja makan dan kulihat sandwich yang sangat menggiurkan. Aku menyantap sandwich itu dengan segelas jus jeruk yang kuambil dari dalam kulkas.
Waktu menunjukkan pukul 11.30 siang, bel pintu berbunyi. Aku membuka pintu itu dan kulihat Lily berdiri di depan pintu dengan tangan yang dipenuhi barang bawaan.
“Lily” aku memeluk Lily bahagia.
“Hey, tolongin dulu kek ini bawaan gw banyak” ucap Lily.
“oh iya sorry sorry. Bawa apaan sih banyak banget” ucapku sambil mengambil beberapa barang bawaan dari tangan Lily.
“gw bawa makanan dan cemilan buat lo” jawab Lily.
“wah~ thank you ly. Lo emang sahabat gw ter the best” ucapku.
“waaaahhh~~” kagum Lily saat kami masuk ke dalam penthouse milik Gafi yang mewah itu.
“gila... beberapa hari ini lo tinggal di tempat semewah ini?” kagum Lily aku hanya tersenyum sambil merapihkan makanan yang Lily bawa tadi. Lily berjalan mengitari penthouse sambil terus terdengar ucapan kagum dari mulutnya. Aku membawa minuman juga makanan ringan ke meja ruang tamu.
“by the way... gw kaget banget waktu Khafi telepon gw dan nyeritain semua. Kok bisa sih si Barra itu ngelakuin hal gila kaya gitu?” ucap Lily saat ia akhirnya duduk di sebelahku.
“gw pun gak ngerti kenapa dia bisa jadi gila begitu” ucapku.
“sekarang gimana perasaan lo?” tanya Lily khawatir.
“gw udah merasa lebih baik kok ly. Dan gw berencana untuk mulai kerja lagi besok” jawabku.
“serius? Yakin gak apa-apa?” tanya Lily.
“iya. Gw juga udah siap kalau nanti gw jadi bahan omongan orang-orang di kantor” ucapku.
“gw gak bisa sembunyi terus kan ly. Gw gak salah kenapa harus sembunyi. Gw masih punya masa depan, gw harus bisa lewatin ini semua” lanjutku.
“gw tau kalau lo kuat dan gw akan selalu dukung keputusan lo. Kalau ada apa-apa lo langsung hubungi gw aja. Gw pasti langsung datang buat lo” ucap Lily.
“thanks ly” ucapku. Lily menganggukkan kepalanya.
“so~ gimana perasaan lo tinggal bareng Khafi?” tanya Lily penasaran. Aku menyeruput minuman ringan milikku. Aku tak bisa menatap mata Lily.
“eh gw lapar deh. Makan dulu yuk” ucapku berusaha mengganti topik pembicaraan.
“Naya ! Gak usah menghindar. Cepet ceritain gimana perasaan lo tinggal bareng sama Khafi. Laki-laki dan perempuan tinggal satu atap gak mungkin lah gak ada hal yang spesial” ucap Lily sambil menarik lenganku agar aku kembali duduk di sofa.
“emang gak ada yang spesial kok. Tapi...” ucapku.
“tapi kenapa?” tanya Lily semakin penasaran.
“ini sih kayanya karena gw kelamaan jomblo makanya gw salah paham sama Khafi. Gw pribadi sih ngerasa Khafi itu beda banget sikapnya dari biasa. Kadang dia tuh kalau ngomong sama gw suka pakai pegang kepala gw atau usap-usap kepala gw. Dan gw tuh ngerasa kaya... gimana ya jelasinnya” ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Storyline
Fiction généraleNote : Cerita ini mengandung beberapa kata kasar dan adegan yang mungkin tidak nyaman bagi sebagian orang. Bercerita tentang seorang wanita bernama Iva Shanaya Una. Saat kecil, ia memiliki teman bermain bernama Okta, Kevin dan Gilang. Beberapa tahun...