BAB 33

5 1 0
                                    

Keesokan harinya, hari dimana birthday party Kevin dilaksanakan di Earth Lounge. Pagi itu jam 10, aku sedang berada di ruang kerjaku melakukan pekerjaanku seperti biasanya. Haris tahu bahwa aku ada janji untuk datang ke pesta Kevin, jadi malam itu aku tak bertemu dengan Haris. Sebagai gantinya aku akan pergi menonton dengan Haris esok hari. Saat aku sedang disibukkan dengan pekerjaanku, ponselku bergetar sebuah telepon masuk dari Khafi.

“Halo” ucapku saat aku menerima panggilan telepon dari Khafi.

“Nay, nanti berangkat bareng. Aku jemput di kostan” ucap Khafi.

“oke” jawabku singkat.

Sejak Khafi mengakui bahwa ia menyukaiku, aku mulai untuk menerima semua sikap baik Khafi padaku karena aku juga harus segera mendapat jawaban tentang siapa yang aku sukai. Aku tak ingin terkesan mempermainkan perasaan Haris dan Khafi.

Aku melanjutkan pekerjaanku hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Aku pun bersiap untuk pulang ke kostan. Aku melewati kamar Lily dan melihat Lily yang sudah mulai bersiap.

“baru pulang Nay?” tanya Lily saat melihatku.

“iya ly” jawabku.

“oh iya, gw jadinya berangkat sama Nino. Jadi kita berangkat bertiga gak apa-apa” ucap Lily. Tadinya aku memang berencana untuk berangkat bersama Lily karena Nino kekasihnya bilang tak bisa hadir ke pesta ulang tahun Kevin.

“Nino bisa datang?” tanyaku.

“iya. Dia bilang pekerjaannya selesai lebih awal jadi dia bisa ikut datang ke pesta Kevin deh. Gak apa-apa kan kalau kita berangkat bertiga?” tanya Lily.

“sebenarnya gw juga mau bilang sama lo. Kalau gw gak bisa berangkat bareng lo, Khafi ngajakin bareng” jawabku.

“syukurlah kalau begitu. Gw takutnya lo gak nyaman juga kalau bareng gw sama Nino” ucap Lily. Aku hanya tersenyum.

“oke kalau begitu lo siap-siap deh” lanjut Lily.

“iya gw ke kamar ya. Mau siap-siap” ucapku. Lily menganggukkan kepalanya.

Aku berjalan masuk ke dalam kamarku dan segera mandi. Aku menyiapkan berbagai hal hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 7 malam. Aku baru saja selesai make up, Lily menghampiriku dalam keadaan sudah siap. Lily mengenakan gaun berwarna cokelat muda dengan panjang gaun semata kaki.

“gimana?” tanya Lily.

“cantik bangeeeett” pujiku. Lily tersenyum lebar mendengar pujianku.

“by the way, gw udah dijemput Nino. Gw berangkat duluan ya” ucap Lily.

“oke. Hati-hati di jalan ya” ucapku.

“oke, lo juga hati-hati nanti ya Nay” ucap Lily.

“oke” ucapku.

“buat bos Khafi tercengang lihat kecantikan lo” bisik Lily. Aku tertawa mendengar ucapan Lily.

“see you soon Nay” ucap Lily.

“Oke. See you soon ly” ucapku.

Lily berjalan pergi sedangkan aku mulai memakai gaunku. Aku memakai gaun berwarna abu-abu dengan sedikit manik berwarna hitam di bagian atas gaun. Panjang gaun semata kaki, dengan bentuk kerah kotak. Bagian dada memiliki hiasan berbentuk pita besar dengan lengan sedikit mengembung. Tak lupa aku hiasi leherku dengan kalung sederhana namun elegan. Aku mengenakan high heels setinggi 5 cm berwarna senada dengan gaun. Saat aku baru saja memakai high heelsku, ponselku bergetar sebuah telepon masuk dari Khafi.

“Nay, aku udah di depan kostan” ucap Khafi.

“Oke. Aku udah siap. Aku turun sekarang” ucapku seraya menutup telepon.

Aku berjalan keluar kostan dan menghampiri Khafi yang sudah berdiri bersandar di pintu mobilnya dengan tangan menyilang di dadanya. Khafi menggunakan pakaian semi formal. Ia menggunakan setelan jas berwarna abu-abu dengan kaos putih polos di dalamnya. Ia juga memakai sneaker berwarna putih dan tak lupa dengan kacamata yang selalu ia pakai. Saat Khafi melihatku ia tersenyum manis padaku.

“ayo berangkat” ucapku saat aku berdiri di hadapannya.

“beautiful” ucap Khafi sambil meletakkan tangan kanannya diatas kepalaku. Khafi langsung membukakan pintu mobil untukku. Dan aku segera masuk ke dalam mobilnya.

“Lily udah berangkat, Okta udah berangkat belum ya” ucapku setelah aku dan Khafi duduk di kursi mobil.

“gak tau Nay. Honestly i don’t care. I just care about you” ucap Khafi sambil memakaikan sabuk pengaman padaku.

Ya, dia berhasil membuat jantungku berdegup kencang. Bagaimana tidak, dia berkata seperti itu di saat wajahnya berada tepat di depanku.

“oke kita berangkat ya” ucap Khafi setelah ia juga selesai memakai sabuk pengamannya.

“oke. Hati-hati bawa mobilnya fi” ucapku.

“pasti” jawab Khafi. Khafi pun melajukan mobilnya dengan perlahan. Aku membuka ponselku untuk mengirim pesan kepada Lily dan Okta.

“by the way Nay, aku boleh minum gak nanti?” tanya Khafi.

“minum aja terserah kamu. Gak harus izin sama aku kan?” ucapku sambil sibuk memainkan ponselku.

“oke kalau begitu” ucap Khafi sambil tersenyum lebar. Saat itu aku tak memikirkan hal aneh dari pertanyaan Khafi itu.

Tak terasa kami pun tiba di Earth Lounge pukul 7.50 malam. Saat memasuki lounge, Kevin menyambut kami dengan hangat. Kevin tak merasa curiga karena aku dan Khafi datang bersama-sama.

“happy birthday bro” ucap Khafi.

“happy birthday vin” ucapku.

“thank you so much sahabat terbaik gw” ucap Kevin sambil memelukku pelan.

“by the way, Lily sama Okta udah sampai” ucap Kevin.

“Oke” ucap Khafi. Khafi menyodorkan lengannya agar aku bisa berjalan sambil memegang lengannya. Aku pun memegangnya dan berjalan bersama menghampiri Lily dan Okta yang sudah duduk bersama kekasih mereka di salah satu meja disana.

“how are you Nay?” Okta memelukku begitu aku tiba di meja itu.

“i’m good. Thanks for asking” ucapku.

“you look so beautiful ta” ucapku.

“you look so gergous” puji Okta.

Aku dan Khafi duduk bersebelahan. Kami berbincang-bincang sambil menikmati hidangan yang ada di atas meja. Khafi meminum wine yang ada di atas meja.

“kamu kok minum wine? Nanti pulangnya gimana?” bisikku pada Khafi.

“aku tadi udah nanya ke kamu. Kata kamu aku boleh minum” ucap Khafi santai.

“kapan?” tanyaku.

“tadi di mobil. Kamu gak ingat mungkin karena kamu tadi main hp” jawab Khafu dengan santai.

“terus nanti pulangnya gimana?” tanyaku.

“kamu yang nyetir dan kamu antar aku pulang” jawab Khafi sambil tersenyum memegang kepalaku.

Aku hanya bisa terdiam. Aku berusaha mengingat apakah benar Khafi sudah menanyakan hal ini padaku. Setelah kuingat, kini aku sadar mengapa Khafi bertanya padaku.

“kamu sengaja minum biar aku antar kamu ya?” bisikku. Khafi tersenyum lebar dan mengangkat kedua bahunya sambil meminum wine miliknya. Aku sedikit kesal dan memukul pelan pahanya. Bukannya marah, Khafi justru menggenggam tanganku sambil tersenyum lebar.

“i’m not doing anything to you without your permission unless the situation supports it” bisik Khafi sambil tersenyum saat aku berusaha melepaskan genggaman tangannya.

“ha... jadi hobi kamu mengambil kesempatan dalam kesempitan ya” ledekku.

“itu namanya memanfaatkan situasi” jawab Khafi santai.

“stupid” aku gemas dan mencubit dagunya. Khafi memegang tanganku yang lain sehingga kedua tanganku kini dipegang oleh kedua tangan Khafi.

"aku gak akan minum banyak kok" ucap Khafi sambil mencubit pelan pipiku lalu melepas kedua tanganku.

Perfect StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang