AV. 42

29.1K 2.7K 254
                                    

Ayo support author dengan cara vote dan komen 📍

Happy reading
---

Annalise tampak tersenyum melihat teman-teman Visya yang datang menjenguk. Masih dengan memakai seragam sekolah, Naira, Zayn, Hira dan juga si ketua kelas Nizam pamit pulang.

"Hati-hati dijalan, terimakasih sudah menjenguk Visya."ujar Anna.

Para remaja itu kompak mengangguk kan kepala.

Naira tampak murung, sudah hampir tiga Minggu ia sekolah tanpa sahabat nya itu, kelas terasa sepi. Saat tahu Visya mengalami kecelakaan, ia langsung memaksa Papa nya untuk ke rumah sakit. Ia menangis mengetahui Visya di dalam sana koma.

"Tante, semoga Visya cepet bangun ya."ujar Naira.

Naira mengangguk dan mengusap singkat kepala gadis itu.

Keempat remaja itu lantas pamit pulang.

Di dalam ruangan rawat hanya ada Kennard. Ia duduk diam di samping brankar adik nya.

Tatapan mata tajam tanpa emosi itu terlihat sedikit lelah. Tangan Kennard terangkat, ia menggenggam jari jemari Visya lembut. Perlahan, kepala remaja itu jatuh ke pinggir brankar.

Mata Kennard meredup dan nyaris tertutup, sebelum tiba-tiba ia tersentak dan segera menegakkan tubuh nya.

Ia merasa jari Visya menggenggam balik telapak tangan nya.

"Syaa..."bisik Kennard serak.

Ia diam menatap genggaman tangan mereka. Nafas Kennard tercekat, jari adik nya bergerak.

Ia menghembuskan nafas mencoba tenang. Ia mengusap-usap jari mungil itu dan ya jari Visya kembali merespon.

Kennard mendekat, ia menatap lekat wajah Visya yang terlihat pucat, lebam di kening nya memudar, perban nya sudah di lepas. Luka fisik luar Visya sudah sembuh.

Mereka hanya menunggu gadis itu bangun.

Mata Kennard bergetar, ia menggenggam tangan Visya erat. Tepat di depan mata nya, bulu mata lentik itu bergoyang. Terdengar suara ringisan pelan keluar dari bibir mungil di depan nya.

Mata sang adik perlahan terbuka. Rasanya Kennard ingin menangis di sana.

Adik nya kembali.

"A-aa.."serak Visya.

Mata bulat sebening kaca itu benar-benar terbuka. Kennard segera meraih segelas air yang berada di atas meja.

"Minum."Kennard mencoba memberikan minum kepada sang adik.

Alis Visya mengkerut, ia menatap wajah remaja di depan nya dengan lekat.

"Lo s-siapa?"

Deg.

Walaupun sudah mengetahui kenyataan nya. Kennard tetap terkejut, ia benar-benar belum siap mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut adik nya.

Dokter mengatakan Visya mengalami amnesia ringan. Ia hanya kehilangan sebagian memori nya sepuluh tahun ke belakang, yang artinya ingatan masa kecil gadis itu masih ada. Itu adalah sebuah kabar bagus yang dokter sampaikan kemarin.

Kennard diam dan terus menyodorkan gelas berisi air itu. Mau tak mau Visya meneguk nya, walaupun ia masih bingung siapa sebenarnya remaja tampan di depan nya ini.

Kedua nya sama-sama terdiam sebelum akhirnya Kennard angkat bicara.

"Kennard. Kakak kamu."

Mulut gadis itu terbuka."Apa?"cengo nya. Ia terkejut, jujur saja setelah membuka mata ia tidak tahu berada dimana, kejadian apa yang menimpa nya. Gadis itu hanya ingat namanya sendiri.

AVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang