42. Terjebak di Situasi Ketegangan

3 0 0
                                    

Istirahat pun tiba, menandai momen yang ditunggu-tunggu para siswa untuk bersantai sejenak dari pelajaran yang membosankan. Suasana di sekolah riuh dengan suara tawa dan obrolan, aroma makanan menggoda dari kantin yang mulai ramai. Di tengah kerumunan itu, Arisa, seorang gadis ceria dengan rambut panjang yang tergerai, duduk di sebuah meja sambil menikmati camilan ringan. Tiba-tiba, seorang cewek cantik mendekatinya.

"Arisa!" seru cewek itu dengan suara ceria, matanya berkilau penuh semangat.

Arisa menengok, senyumnya semakin lebar. "Hai! Apa kabar?"

"Baik kok, Ris!" jawabnya. Senyuman hangat di wajahnya menunjukkan betapa senangnya dia bisa bertemu sahabatnya.

"Eh, kapan kamu pulang? Kok nggak ngabarin?" tanya Arisa, nada khawatir terlihat di suaranya.

"Kemarin sih, makanya hari ini gue sekolah! Maaf nggak ngabarin! Biar jadi surprise gitu," ucapnya sambil menyunggingkan senyuman yang manis. Arisa merasa senang dan sedikit lega, tahu bahwa sahabatnya baik-baik saja.

"Oh, iya! Gue punya sahabat baru!" seru Arisa tiba-tiba, wajahnya bersinar dengan kebanggaan.

"Siapa, Ris?" tanyanya penasaran, ingin tahu siapa orang yang dianggap penting oleh Arisa.

Arisa langsung memanggil Ayana yang berada tidak jauh dari mereka. "Ayana!"

Ayana menengok, suaranya tenang dan sedikit datar. "Apa?"

"Kenalin! Ini Tania! Sahabat gue," ucap Arisa bangga.

Tania menyodorkan tangannya dengan senyum lebar. "Tania! Senang berkenalan!"

"Tania! Kenalin, ini sahabat baru gue! Namanya Karina," Arisa melanjutkan.

Tania kebingungan. "Ris! Tadi kan kamu manggilnya Ayana! Kok jadi Karina?" tanya Tania, merasa ada yang aneh.

"Itu nama panggilannya. Kalau Karina sudah memperbolehkan lu memanggil Karina dengan sebutan Ayana! Tapi kalau enggak... yah, lu manggilnya Karina," jelas Arisa.

"Oh gitu ... Hai! Gue Tania," ucap Tania, mencoba mencerna situasi yang sedikit membingungkan.

"Karina," ucap Ayana dingin, sambil tetap tidak menjabat tangan Tania. Tania terkejut; mengapa Ayana tampak begitu dingin dan tidak ramah?

"Ris! Kok dia dingin sih?" bisik Tania kepada Arisa, penasaran tentang sikap Ayana.

"Dia emang dingin, Tan!" jawab Arisa sambil tersenyum, seolah itu adalah hal yang biasa.

Ayana, yang sudah tidak sabar, menyela, "Ayoo ke kantin!"

"Hmm," jawab Ayana, tidak menunjukkan antusiasme.

Mereka bertiga melangkah menuju kantin. Di sepanjang koridor, gelak tawa dan suara riuh lainnya mengisi udara. Ketika mereka mendekati pintu kantin, mereka bertemu dengan geng Adrian, kelompok yang terkenal dengan pesonanya yang menawan. Tania, yang melihat geng Adrian, tanpa ragu langsung menghampiri mereka. Melihat sahabatnya menjauh, Arisa pun bergegas mengejar Tania.

"Aish, kenapa mereka ke geng Adrian sih?" gerutu Ayana, sedikit kesal. Ia merasa malas harus bertemu dengan mereka, tetapi rasa ingin tahunya mendorongnya untuk mengikuti Arisa.

"Hai Rel," sapa Tania yang sudah tiba di depan Adrian, berharap mendapatkan perhatian dari pria yang selama ini dia kagumi.

Adrian tampak kaget dengan sapaan Tania, namun ia tidak menjawab. Alih-alih, ia beralih menatap Ayana yang berdiri di sampingnya.

"Hai! Ayana," sapa Adrian dengan nada hangat, membuat Ayana sedikit terkejut.

"Hmm," deham Ayana, tidak menunjukkan reaksi lebih dari itu. Tania merasa kesal. Kenapa sapaan yang ditujukan padanya tidak dijawab oleh Adrian, sementara Ayana mendapatkan perhatian penuh?

"Rel! Gue kan nyapa lu! Kok nggak disapa?" tanya Tania, suaranya mulai meninggi.

Adrian hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa. Tiba-tiba, ia menggandeng Ayana dan melangkah pergi, meninggalkan Tania yang tertegun.

Ayana tersontak. "Dri!" panggilnya, kebingungan dengan tindakan Adrian yang tiba-tiba menggandengnya.

Adrian tidak menjawab, malah mengedipkan satu matanya kepada Ayana. Ayana yang tidak peka dengan kodenya hanya mengikutinya, merasa terjebak dalam situasi yang tidak biasa. Setelah mereka pergi, Tania, Arisa, dan geng Adrian saling berpandangan dengan rasa bingung dan kaget.

"Ish, nyebelin banget sih!" sahut Tania, masih tidak percaya dengan sikap Adrian yang mengabaikannya. Geng Adrian menahan tawa, terhibur melihat reaksi Tania yang tampak frustrasi.

Lalu, tanpa ragu, geng Adrian segera menyusul Adrian dan Ayana ke kantin.

Bersambunggg

KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang