Mereka berlima duduk bersama, menikmati hidangan yang disiapkan Mamah Nailah. Ketika Mamah melihat piring Ayana sudah kosong, dia langsung memanggil, "Ayana! Ayuk tambah lagi!"
"Enggak, Mamahnya Nailah!" tolak Ayana cepat.
Loh, kenapa?" tanya Mamah, heran.
"Aku kenyang!" jawab Ayana dengan tegas. Nailah, yang ingin menggoda sahabatnya, melirik dengan nakal. "Kenyang apa takut gendut?"
Rafa, yang duduk di samping Nailah, segera menyela, "Ayana gendut pun tetap cantik! Iya kan, Niel?" Ia mengedipkan satu mata kepada Daniel.
Daniel hanya berdeham, mencoba menyembunyikan senyumnya. "Hmm."
"Ah, takut gendut!" sahut Mamah Nailah sambil tertawa.
"Bukan! Aku emang kenyang! Nailah aja yang ngaco," jawab Ayana sambil melototi Nailah, yang hanya terkekeh di hadapannya.
"Mah! Aku mau main sama teman-teman di kamar!" Nailah meminta izin.
"Guys, ayo ke kamarku!" pinta Nailah, bangkit dan melangkah menuju kamar.
"Kami pamit ke kamar, Tante!" ucap Rafa, Ayana, dan Daniel serempak sebelum mengikuti Nailah.
Sesampainya di kamar, Nailah menawarkan pilihan. "Mau nonton film atau main game?"
Ayana, yang bingung, bertanya kepada Rafa dan Daniel, "Hmm, mau nonton gak, Raf, Niel?"
Daniel yang sedang asyik bermain handphone menjawab, "Gue sih seterah kalian!" Sementara Rafa langsung menyarankan, "Nonton aja! Tapi film horor! Berani gak?"
Daniel, Ayana, dan Nailah saling melirik dengan penuh ketegangan.
"Berani!" ucap Daniel dan Nailah serempak. Namun, Ayana terlihat ragu. Dengan sedikit gugup, ia menjawab, "B-berani!"
Daniel yang mengenal Ayana dengan baik segera bertanya, "Lu serius berani?"
"I-iya, s-serius gue!" Ayana menjawab, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Rafa melihat keraguan di wajah Ayana dan berusaha menenangkan. "Kalau Ayana takut, kan ada gue!"
"Iya, gak usah takut! Ada gue juga kok!" Nailah menambahkan dengan senyum ceria.
"Ada gue juga, Ay! Gak usah takut!" kata Daniel sambil menggenggam tangan Ayana.
"Hm, oke!" jawab Ayana, akhirnya tersenyum. Mereka pun sepakat untuk menonton film horor, Danur.
Selama film berlangsung, Rafa ingin menakut-nakuti Daniel. Ketika adegan mulai menegangkan, ia berjalan pelan ke belakang Daniel dan bersiap mengagetkannya. "Xixixi," bisiknya dengan nakal.
"Aaaa!" teriak Ayana, panik. Tanpa sadar, ia memeluk Daniel dengan erat.
"Ehhh!" Rafa terkejut. Rencana menakut-nakutinya malah berhasil membuat Ayana ketakutan.
Daniel menengok ke belakang, "Elu ngapain sih? Pakai segala suara kuntilanak!"
"Tadi niatnya gue mau nakutin elu... eh, ternyata Ayana yang takut," jawab Rafa, tertawa.
"Maaf ya, Ayana!" kata Rafa, mengulurkan tangan sebagai tanda minta maaf.
"Gue kira beneran suaranya, eh ternyata elu, Raf," Ayana menghela napas lega, wajahnya mulai ceria lagi.
"Hehehe, maaf, Ay!" Rafa cengengesan. Namun, saat melihat Ayana dan Daniel yang masih berpelukan, ia tak bisa menahan diri. "Btw, masih nempel aja tuh badan!"
Ayana tersadar dan cepat-cepat melepaskan pelukannya. "Iya, gue maafin, tapi nih rasain!" Ia mengambil bantal sofa dan menimpuk Rafa dengan cepat.
"Ehh, maen timpuk-timpuk aja! Nih giliran gue!" balas Rafa, melempar bantal ke Ayana.
Permainan perang bantal pun dimulai. Nailah, yang melihat keributan, segera ikut ambil bagian dengan mengambil bantalnya dan menimpuk Rafa.
"WOY!" Timpukan Nailah tepat mengenai Rafa, membuatnya mengaduh kesakitan.
"Sakit tau!" keluh Rafa, mengelus kepalanya.
"Lebay!" sahut Ayana sambil tertawa. Di tengah tawa dan canda, mereka menikmati kebersamaan, melupakan ketakutan film horor yang baru saja mereka tonton.
Bersambungg...
KAMU SEDANG MEMBACA
Karina
Novela JuvenilKarina, gadis ceria dari Bekasi, mendapati hidupnya berubah drastis saat pindah ke Jakarta. Sikapnya yang dulu hangat kini menjadi dingin dan tertutup. Di sekolah baru, ia terus-menerus dijahili oleh Karel, cowok terkenal yang cuek dan sulit ditebak...