47. Diledeki Sahabat

0 0 0
                                    

Adrian menghampiri bangkunya yang sudah dikelilingi teman-temannya, yaitu Rafra, Alex, Fachri, dan Zelion. Ia langsung duduk dan memandang mereka yang tampak santai meski bel sudah berbunyi.

“Kenapa kalian nggak ke kelas? Kan udah bel,” tanya Adrian, merasa heran.

“Gak! Hari ini free!” jawab Rafra santai.

“Hah? Free? Kata siapa?” Adrian semakin bingung.

“Tadi ada pengumuman, katanya hari ini free!” sahut Alex dengan nada yakin.

“Pengumuman? Kok gue nggak dengar ya?” tanya Adrian lagi, bingung karena ia merasa tidak mendengar apapun sebelumnya.

“Lu beneran nggak dengar?” tanya Zelion.

“Kagak! Kan speaker pengumumannya di seluruh kelas. Jadi kalau di luar, nggak bakal kedengeran!” jelas Adrian sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.

“Oh iya-iya, masuk akal,” sahut Zelion mengangguk.

“Eh, tapi tadi gue denger sesuatu. Lu ngomong apa ya tadi? Gue lupa.”

“Apa?” tanya Adrian, penasaran.

“Bentar, bentar! Gue coba ingat dulu,” gumam Zelion, mencoba mengingat.

“Ayana?” Fachri menyahut.

“Nah, itu!” seru Zelion. “Ayana itu siapa?”

“Iya tuh! Ayana siapa, Dri? Dari tadi gue denger-denger lu nyebut nama itu terus!” tanya Rafra, ikut penasaran.

“Ayana itu Karina, ya?” tebak Fachri.

Adrian hanya mendengus sambil mengangguk, tanda setuju. Ia kemudian mengambil handphone dari sakunya, mengabaikan tatapan penuh tanya dari teman-temannya.

“Terus yang dimaksud Ayana gue itu apa?” tanya Zelion polos.

“Zel! Tumben banget otak lu nggak jalan,” ledek Alex sambil terkekeh.

“Hah? Maksudnya apa, Al?” balas Zelion bingung.

“Kan lu biasanya pinter! Harusnya ngerti dong maksudnya Ayana gue,” sahut Rafra, menimpali.

“Emangnya apa, Raf?” Zelion masih belum paham.

“Duh, masa gitu doang nggak ngerti sih!” ujar Rafra sambil menggelengkan kepala.

“Ya kagak ngerti lah! Jadi apa maksudnya?” desak Zelion.

“Itu maksudnya adalah...” Rafra terpotong, lalu ia menyenggol Adrian. “Eh, maksudnya apa, Dri?”

Alex langsung menimpali, “Lah, katanya lu tau, Raf? Kok malah nanya Adrian?”

Rafra menyeringai, akhirnya mengakui kalau ia sebenarnya nggak tau. “Jadi gimana, Dri? Maksudnya apa?”

Adrian berpura-pura tidak ingat. “Emang tadi gue ngomong gitu ya?” tanyanya, meski sebenarnya ia ingat jelas apa yang ia katakan.

“Iya! Tadi lu ngomong gitu!” Fachri langsung menegaskan.

“Enggak, gue nggak inget,” elak Adrian sambil bersikap santai. “Udah, skip aja! Ngomongin yang lain.”

Rafra mendesah kesal. “Ih, setiap ditanya soal Karina pasti alihin topik!”

“Gue males bahas itu!” ucap Adrian sambil memainkan handphone-nya.

“Udah-udah! Mending kita mabar berempat aja yuk!” ajak Alex, mencoba mencairkan suasana.

“Ayo! Siapa takut!” sahut Zelion sambil mengeluarkan handphone-nya.

“Gue juga ikut!” tambah Rafra, langsung menyiapkan handphone-nya. “Ri, lu mabar nggak?” tanyanya pada Fachri.

“Ayok! Udah lama nih nggak mabar berempat,” jawab Fachri bersemangat. Ia pun mengeluarkan handphone-nya.

Akhirnya, mereka semua mulai mabar, membiarkan rasa penasaran soal Ayana gue sementara waktu. Adrian diam-diam lega, tapi senyumnya tersirat saat mengingat nama Ayana yang terus disebut teman-temannya.

Bersambungg...

KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang