Daniel tiba di rumah Ayana dan langsung disambut oleh bundanya. “Sore, Bunda Ayana!” sapa Daniel dengan ramah.
“Sore juga, Daniel. Ayo masuk, Ayana masih siap-siap,” balas Bunda Ayana dengan senyum, mengisyaratkan Daniel untuk masuk.
“Iya, Bun,” sahut Daniel sambil melangkah masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Ia menunggu sambil melirik sekeliling rumah yang sudah begitu akrab baginya.
Tak lama, Bunda Ayana kembali dan duduk di hadapan Daniel. “Daniel, Bunda mau bicara sesuatu sama kamu. Tapi kamu jangan sedih ya,” ucapnya pelan, seolah ragu.
Daniel terdiam, merasa bingung. “Ada apa, Bun?”
Bunda Ayana menarik napas sejenak sebelum melanjutkan, “Jadi, Ayana, Bunda, dan Ayahnya... kami akan pindah ke Jakarta.”
Deg.
Daniel terkejut mendengar berita itu. “Kapan pindahnya, Bun?” tanyanya pelan, berusaha menahan kegelisahannya.
“Besok,” jawab Bunda Ayana dengan suara lembut namun tegas.
Daniel makin terguncang dan berkata lagi dengan Bunda Ayana. “Teman-teman yang lain udah tahu?”
“Belum. Bahkan Ayana sendiri belum tahu,” ungkap Bunda Ayana.
“Bunda mau kasih tahu setelah dia pulang les. Tapi kamu jangan bilang ke Ayana dulu ya, Daniel!" lanjut Bunda Ayana.
“Oh, begitu. Baik, Bun. Saya gak akan bilang,” jawab Daniel sambil menunduk, pikirannya berputar. Ia hanya bisa terdiam setelah itu.
****
Lima menit kemudian, Ayana turun dari tangga dengan tergesa-gesa. “Bunda, aku udah siap!” serunya sambil menghampiri mereka.
Melihat putrinya berlari menuruni tangga, Bunda Ayana menegur, “Jangan lari-lari di tangga, nanti jatuh loh!”
“Iya, Bunda!” balas Ayana sambil mencium tangan bundanya. Setelah itu, ia menarik tangan Daniel.
“Niel, ayo kita berangkat!” ujar Ayana kepada Daniel.
“Hati-hati ya, sayang,” ucap Bunda Ayana dengan senyum lembut.
“Iya, Bunda!” sahut Ayana sebelum keluar rumah bersama Daniel, yang tampak diam sepanjang jalan menuju rumah Nailah.
Close Flashback
****
Dua jam kemudian...
Les mereka pun selesai, dan Ayana tiba kembali di rumah.
“Bunda, aku pulang!” serunya sambil berjalan menuju ruang keluarga. Di sana, ia melihat kedua orang tuanya duduk serius, seolah sudah menunggunya.
Ayana duduk di sofa berhadapan dengan mereka. Ayahnya memulai percakapan, “Ayana, ayah sama bunda mau bicara serius sama kamu.”
“Bicara apa?” tanya Ayana, mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres.
“Kenapa tiba-tiba serius banget sih?” batin Ayana.
“Besok, kita bertiga pindah ke Jakarta. Sekolah kamu juga pindah,” ucap ayahnya dengan nada tenang namun tegas.
“Apa? Aku pindah sekolah?” Ayana terkejut mendengar berita yang tiba-tiba ini.
“Iya, Ayana,” Bunda menimpali.
“Bunda dan ayah ada pekerjaan di Jakarta, dan ini pekerjaan menetap. Jadi kita harus pindah," sambung Bunda lagi.
“Tapi aku bahagia di sini! Aku gak mau pindah!” Ayana mulai merajuk, suaranya terdengar gemetar.
Bunda mengusap rambutnya dengan lembut, “Bunda yakin, di Jakarta nanti kamu juga akan bahagia, sayang.”
“Ayo, gak usah sedih. Sebagian barang-barang kamu udah bunda kemas, sisanya kamu kemas sendiri ya,” ujar Bunda sambil tersenyum, berusaha menghibur putrinya.
Ayana hanya mengangguk pasrah. “Iya, Bunda,” jawabnya pelan sebelum masuk ke kamarnya untuk mulai mengemasi barang-barangnya.
Malam itu, Ayana menangis sendirian, merasa berat meninggalkan Kota Bekasi yang penuh kenangan baginya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Karina
Novela JuvenilKarina, gadis ceria dari Bekasi, mendapati hidupnya berubah drastis saat pindah ke Jakarta. Sikapnya yang dulu hangat kini menjadi dingin dan tertutup. Di sekolah baru, ia terus-menerus dijahili oleh Karel, cowok terkenal yang cuek dan sulit ditebak...