9. patah

191 27 8
                                    

Sejak di sekolah tadi, chaeyoung merasa curiga dengan lisa yang terus menutupi area leher menggunakan rambut panjangnya. Tidak biasanya juga lisa kini mengurai rambut ketika datang ke sekolah.

Seperti yang mereka bicarakan kemarin, setelah pulang mengajar. Lisa pun mengajak chaeyoung pergi.

Sampai sekarang chaeyoung belum tahu kemana lisa akan membawanya. Lagipula setiap di tanya, lisa hanya akan menjawab aku akan memberitahu ketika sudah sampai.

Namun dengan jalan yang mereka lewati, ada satu kenangan yang membuat chaeyoung perlahan mengingat semua ini. Ini adalah jalan menuju bukit dimana di atas sana ada taman yang tidak banyak orang tahu, dari sana keindahan kota Seoul bisa di lihat sangat indah apalagi ketika malam hari.

Dan benar tebakan chaeyoung, lisa berhenti di taman yang dia maksud. Keduanya segera turun, lisa menghampiri chaeyoung lalu menggandeng tangannya.

Angin di sana sedikit kencang hingga rambut lisa terangkat dan chaeyoung bisa melihat ada tanda keunguan di leher putih milik lisa.

"Chae"

Chaeyoung tersentak ketika mendengar panggilan lisa yang kini sudah menatap dirinya sambil tersenyum.

"Kamu masih ingat tempat ini kan?" Tanya lisa.

"Masih, ini tempat kita ketika ingin melihat bulan dan bintang menggunakan teropong milikmu" Balas chaeyoung mengingat dengan jelas kebiasaan mereka di tempat ini.

"Apa kamu ingin menikah di sini?" Saat itu genggaman tangan lisa semakin erat di rasakan oleh chaeyoung.

Jantung chaeyoung berdetak sangat cepat. Dia berpikir apakah jisoo dan jennie sudah mengatakan sesuatu tentang perasaannya pada lisa dan jujur jika perasaannya di balas, dia sangat ingin menikah dengan lisa di sini. Tempat yang amat berharga untuknya dengan lisa.

"Te-tentu" Balas chaeyoung menjadi gugup. Lisa sendiri langsung tersenyum.

"Kalau begitu ayo menikah di sini" Seru lisa terlihat sangat bersemangat. Chaeyoung langsung menelan ludah dengan gugup, apakah ini sebuah ajakan atau hanya sebuah kalimat biasa yang memiliki makna lain.

"Ta-tapi li, apa kita bisa menikah di sini?" Tanya chaeyoung penuh harap.

"Tentu chae, kita bisa menikah disini. Aku dengan kekasihku dan kamu dengan kekasihmu"

Duarrr...

Harapan yang sempat muncul di lubuk hati chaeyoung langsung hancur lebur dengan apa yang lisa katakan tadi.

Kekasih?

Lisa menyebut kata itu dengan sangat jelas, melihat kembali tanda di leher wanita berponi itu. Chaeyoung justru sekarang menangis.

"Hei kenapa menangis?" Tanya lisa panik. Dia segera memeluk tubuh chaeyoung yang bergetar tanpa dia tahu alasannya.

Chaeyoung tidak memiliki cukup tenaga untuk membalas pelukan dari lisa, dia hanya bisa menangis membasahi bahu lisa yang kini berusaha untuk memenangkan dirinya.

"Chae, kamu baik-baik saja" Gumam lisa merasa ikut sesak mendengar tangisan  chaeyoung.

Chaeyoung mengeluarkan semua rasa sesak di dadanya tanpa membalas pertanyaan dari lisa yang terus menanyakan keadaan dirinya. Dia meremas kuat baju belakang lisa, melampiaskan segala sakit yang dia rasakan.

Lisa berusaha keras menghentikan tangisan chaeyoung, dengan pelukan yang masih dia pertahankan, usapan yang dia berikan, serta ciuman pada pucuk kepala yang dia harap bisa menangkan chaeyoung.

Tapi apa yang dia lakukan justru semakin membuat chaeyoung menangis.
.
.
.
.
.

Setelah satu jam menangis, pada akhirnya lisa berhasil menenangkan chaeyoung. Dia memberikan air minum untuk chaeyoung, kini keduanya sedang duduk di salah satu kursi dan memandang ke arah pusat kota yang terlihat amat kecil dari sana.

PROTECT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang