BAB 11

36 5 2
                                    

Ghisela fikir rumah dukun itu semacam seperti di dalam pedesa-an dengan rumah ala-ala horor, namun ternyata dukun yang saat ini ia datangi bersama Erina berada di perkota-an dengan rumah mewah megah seperti Istana.

Keduanya di persilahkan duduk, saling berhadapan dengan wanita paruh baya yang wajahnya sungguh masih kelihatan muda.

"Panggil saya teteh saja." katanya.

"Hm, maaf teh sebelumnya kami datang kemari untuk--"

"Mata batin teman-mu tidak bisa di tutup terkecuali dia memiliki keturunan, maka kemampuannya akan menurun pada anak itu, akan tetapi saat anaknya berumur 17 tahun."

Erina terkejut, belum selesai ia bicara, tetapi dukun itu sudah mengetahui maksud tujuan keduanya.

"A-anak? Tapi saya masih kuliah teh, dan lagi saya tidak mau nanti anak saya terbebani dengan kemampuannya. Anak saya tidak boleh seperti saya," kata Ghisela.

"Mata batin-mu terbuka karena keturunan, dan itu takdir. Jika ingin di tutup, resiko-nya juga besar. Kamu memang tidak akan lagi melihat keberadaan mereka, tetapi mereka tetap akan menganggumu. Karena mereka tahu kamu makhluk special, kamu memiliki kemampuan khusus dan aroma-mu berbeda dari manusia lainnya."

"Tolong teh, apa gak ada cara lain?" tanya Erina.

"Saya hanya bisa melakukan yang saya bisa. Dan ya, sebenarnya temanmu itu ada yang melindungi dari kejauhan."

"M-melindungi?" Ghisela mulai penasaran, "Siapa?"

"Seorang laki-laki yang mencari keberadaanmu sejak beberapa tahun kamu menghilang darinya."

"Kak Raka--"

"Raka itu siapa Sel? Pacar lo, atau mantan lo?" tanya Erina kepo.

Ghisela tidak menjawabnya untuk saat ini. Ia-pun berpamitan pergi dari sana bersama Erina.

Ternyata benar, sesuatu yang sudah di takdirkan menjadi milik seseorang tidak bisa di ubah dari segi mana-pun.

Sia-sia pergi dari kota B ke kota C, namun hasil-nya tidak sama sekali seperti yang keduanya bayangkan.

"Raka itu siapa? Lo hutang penjelasan sama gue!"

Di setiap perjalanan pulang, Erina terus saja menanyakan prihal siapa Raka-- itu terus yang ia bahas.

"Nanti aku ceritain ya, sekarang kita pulang dulu istirahat Er. Aku capek banget sumpah. Btw, makasih ya udah berusaha mau bantu aku?"

"Sama-sama Sel. Gue bakalan selalu ada buat lo, jadi jangan ragu buat minta pertolongan apapun ya?" Ghisela mengangguk.

Beruntung di dunia ini masih ada manusia sebaik Erina, dan yang lebih menguntungkan lagi manusia sebaik itu di takdirkan menjadi sahabat Ghisela.

>
>

Salah jika Elang Mahesa berfikir bahwa urusannya dengan Hana sudah selesai, karena pada kenyataannya saat ini Hana berhasil merasuki kembali tubuh Ghisela.

Elang tidak menyadari itu, karena ia terlalu nyaman memeluk Ghisela.

"Aku lapar," ucap Ghisela.

"Mau makan apa sayang?"

Sial. Kenapa pula Hana yang merasa baper dengan kalimat sayang yang Elang lontarkan untuk Ghisela.

"Ingin daging,"

"Tumben? Mau masak sendiri, atau aku yang masakin?"

"Biar aku sendiri." Ghisela kemudian beranjak pergi menuju dapur.

SESAT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang