Bab 29: Kesetiaan Kepada Negara
"Kesetiaan sejati adalah melayani tanpa pamrih, bahkan saat pengorbanan terasa berat." -- Anonim
Prajurit musuh membawa Romanov masuk ke sebuah ruangan gelap yang hanya diterangi oleh lampu redup yang menggantung di atas meja kayu yang usang. Banyak jejak peluru dan ruangan ini terlihat telah mengalami banyak kekerasan. Di sudut ruangan, kursi sederhana diletakkan berhadapan dengan meja, tempat Mayor Andrey duduk.
"Selamat datang, Romanov," katanya, suaranya dalam dan mengintimidasi. "Lama tidak berjumpa. Mari kita mulai percakapan kita, sahabat lama."
Romanov menatap Andrey itu dengan tenang, meskipun jantungnya berdebar. "Apa yang Anda inginkan?"
Andrey menyandarkan punggungnya ke kursi, memutar pena di antara jarinya. "Saya ingin tahu tentang pasukan Anda. Berapa banyak yang tersisa? Di mana posisi mereka? Dan rencana berikutnya?"
"Tidak ada yang perlu Anda ketahui," jawab Romanov dengan tegas, berusaha menjaga ketenangannya. "Saya tidak akan mengkhianati rekan-rekan saya."
Andrey tertawa pelan, lalu bangkit berdiri. "Saya menghargai keberanian Anda, tapi kita berdua tahu bahwa setiap pria memiliki titik lemahnya. Kami punya waktu. Anda akan berbicara, Kapten. Baik itu melalui kata-kata, atau cara yang lebih menyakitkan."
Romanov menggerakkan bahunya, mengabaikan ancaman itu. "Anda bisa mencoba, tapi saya tidak akan memberitahu Anda apa pun."
"Anda tahu, banyak yang telah mati untuk melindungi informasi ini. Apakah Anda ingin rekan-rekan Anda mengalami nasib yang sama? Saya bisa membuat segalanya lebih mudah bagi Anda, tetapi Anda harus berkomunikasi."
"Bahkan jika saya harus mati, saya tidak akan memberi tahu Anda apa pun," kata Romanov, suaranya tegas.
Andrey mengangguk, tampak puas dengan jawaban itu. "Baiklah, kita lihat seberapa kuat Anda. Kita mulai sekarang."
Keteguhan Romanov hanya membuat amarah Andrey semakin membara. Dengan isyarat tangan, salah seorang penjaga menghampiri Romanov dan memukulnya keras di tulang rusuk, membuatnya terbatuk dan menahan rasa sakit yang tajam.
"Anda punya pilihan, Romanov. Pikirkan orang-orangmu. Setiap detik yang kau sia-siakan di sini berarti mereka semakin dekat pada kematian. Jawab aku!" Andrey meninggikan nada suaranya.
Romanov mengangkat kepalanya, ia menjawab dengan suara serak dan penuh keyakinan. "Kau tak akan mendapatkan apa pun dariku."
Andrey mendecakkan lidah, lalu memberi tanda pada anak buahnya untuk menekan lebih keras. Dua penjaga datang, menghunjamkan pukulan bertubi-tubi ke tubuhnya-di bahu, perut, hingga wajahnya. Romanov mengerang kesakitan, tetapi terus mempertahankan keheningannya. Setiap kali ia dijatuhkan, ia kembali bangkit, dan menatap lurus pada Andrey. Wajahnya mulai menunjukkan sedikit lebam, tetapi tatapannya tak tergoyahkan.Andrey mendekati, mencondongkan tubuhnya, dan berbisik dengan nada dingin. "Keras kepala sekali. Kalau begitu, aku akan pastikan kau melihat pengorbananmu sia-sia."
Keputusan Romanov untuk menjaga rahasia timnya tidak bisa diganggu gugat, dia benar-benar melakukannya. Setiap kali mereka mencoba mematahkan semangatnya, ia memikirkan orang-orang yang masih berada di garis depan, bawahannya yang harus terus bertahan. Meski ia sadar setiap menit yang berlalu semakin mendekatkannya pada batas ketahanan fisiknya, ia tetap memilih diam, menyimpan rahasia negaranya rapat-rapat, bahkan di bawah tekanan yang tak bisa ditahan.
***
Setelah laporan penangkapan Romanov dan 2 pengawalnya tersebar melalui radio, komando pusat mengadakan rapat darurat. Tim intelijen mengumpulkan informasi mengenai lokasi musuh. Sinyal terakhir yang tertangkap dari radio mereka menunjukkan koordinat yang kemungkinan besar berada di area markas kecil musuh. Setiap informasi, sekecil apa pun, dikumpulkan dan dianalisis-- pergerakan patroli, sistem keamanan, serta siapa saja yang berada di dalam fasilitas tersebut.
Di ruang briefing, Letnan Dmitri yang kini mengambil alih komando sementara berdiri di depan layar, menunggu para anggota tim yang telah dipanggil untuk pertemuan darurat. Di layar terpampang peta wilayah musuh, lengkap dengan informasi intelijen yang diperoleh.
"Saya ingin pembaruan. Ada apa saja yang bisa kita gunakan untuk menyusun strategi?"
Salah satu anggota intelijen, maju sambil membawa tablet. "Kami sudah memantau pergerakan musuh sejak dua jam terakhir. Markas mereka dijaga ketat, terutama di area masuk utama. Namun, kami mendeteksi adanya patroli yang lebih jarang di sisi selatan, kemungkinan karena mereka fokus di bagian depan dan menganggap sisi lain aman."Dmitri mengangguk, menyerap informasi itu. "Bagus. Kita bisa manfaatkan sisi tersebut, tapi kita butuh lebih banyak detail. Bagaimana dengan sistem keamanannya?"
Si intelijen mengetuk tablet, menampilkan gambar tambahan yang diambil dari drone pengintai. "Mereka memiliki sensor gerak dan beberapa kamera. Namun, beberapa kamera tampak berjarak cukup jauh, menciptakan blind spot. Kita bisa menyusup dengan lebih mudah jika menghindari rute utama dan memanfaatkan celah ini."
Dmitri berpikir sejenak lalu berbicara dengan tegas. "Baik. Kita tidak punya waktu untuk menunggu terlalu lama. Mereka mungkin akan mulai menginterogasi kapten. Saya ingin kalian mencari celah di keamanan mereka dalam satu jam. Sementara itu, kita akan menyusun tim penyelamat."
Dmitri melangkah ke depan, menatap semua anggota yang hadir, dengan fokus pada mereka yang memiliki keahlian khusus. Ia kemudian menunjuk Boris "Kau akan memimpin unit penyusup. Persiapkan perlengkapan lengkap, dan pastikan semua orang memiliki cadangan amunisi yang cukup."
Boris mengangguk. "Dimengerti, Tovarisch Letnan. Kami akan mempersiapkan semuanya."
Dmitri kemudian beralih kepada tim medis yang ditunjuk sebagai bagian dari misi penyelamatan. "Jika terjadi kontak dengan musuh di dalam markas, saya ingin semua yang terluka bisa segera dievakuasi. Persiapkan tim medis di lokasi terdekat yang bisa kita jangkau dengan cepat."
Tim medis segera menjawab. "Kami sudah menyiapkan segala perlengkapan, Letnan. Kami hanya menunggu sinyal untuk bergerak."
Setelah perencanaan selesai, Dmitri menatap seluruh tim dengan serius, lalu memberi perintah tegas. "Ini bukan misi penyelamatan sepele. Kita tidak hanya akan membawa pulang kapten dan pengawalnya, tapi juga menunjukkan pada mereka bahwa tim ini tidak akan pernah meninggalkan satu pun anggota. Siapkan mental kalian, kita bergerak malam ini."
"Prioritas kita adalah keselamatan kapten dan pengawalnya. Tidak ada tindakan agresif kecuali mendesak." Dmitri mengingatkan seluruh anggota tim.
Ketika misi penyelamatan dimulai, tim khusus yang terdiri dari prajurit terlatih menyusup ke markas musuh pada malam hari, bergerak dalam formasi senyap. Menurut informasi intelijen, Romanov dan kedua pengawalnya ditempatkan di ruang terpisah. Waktu sangat mendesak, karena mereka tahu interogasi sedang berlangsung, dan segala informasi yang didapatkan musuh bisa menempatkan seluruh pasukan dalam risiko besar. Pemimpin tim penyelamat, menatap layar tablet kecil yang menunjukkan peta area, memandu mereka ke titik lemah pertahanan musuh yang ditemukan oleh tim intelijen. Komunikasi berlangsung secara senyap melalui perangkat radio.
Mereka dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok bertugas sebagai pengalih perhatian, sementara kelompok lain, yang terdiri dari para penyusup, akan menyelinap melalui sisi yang lebih longgar pengamanannya. Beberapa ditugaskan menyusup ke ruang interogasi utama tempat Romanov diyakini ditahan, sementara yang lainnya menuju ruang penahanan kedua untuk menyelamatkan pengawal. Pengalihan dilakukan di sisi timur markas musuh. Dalam beberapa menit, suara tembakan terdengar dari arah tersebut, membuat sebagian besar penjaga musuh berfokus pada serangan tipuan itu.
Dmitri memberi tanda, dan dengan cepat dua anggota bergerak ke posisi pintu masuk yang diamankan, menyiapkan peralatan untuk menjebol tanpa suara. Begitu mereka masuk, tak ada jaminan mereka bisa bertahan tanpa bantuan tambahan dari luar. "Siapkan bom asap, cepat," bisik Letnan Dmitri. Begitu gerbang terbuka, asap meledak memenuhi udara, menutupi pandangan musuh yang berjaga.
"Bergerak!" perintahnya saat tim penyusup masuk dengan cepat, mengatasi penjaga satu per satu dalam sunyi. Tembakan senyap dilepaskan, dan musuh di sekitar tak sempat merespons
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thin Line of Duty
ActionPembombardiran telah menghancurkan hubungan internasional dan mengguncang Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pertukaran nyawa antara prajurit Rusia dan Ukraina tak lepas dari pandangan Vladlin Romanov-Komandan Spetsnaz. Tekanan perang dari pemerintah dan p...