Bab 26: Sudah Berlalu
“Perang tidak mematuhi aturan. Itu adalah bentuk seni yang dibentuk oleh strategi dan keberanian.” — Carl von Clausewitz
6 Agustus 2024.
Waktu berlalu dengan cepat setelah pengkhianatan Zurislav pada bulan April 2022, tetapi jejak dari pengkhianatan itu masih segar di beberapa ingatan anggota tim. Mereka mulai perlahan-lahan bangkit dari masa terpuruk. Hari-hari berat di medan operasi terasa lebih lama dan lebih sunyi setelah pengkhianatan itu, tetapi mereka tahu bahwa tugas di depan mereka tidak memberi waktu untuk berlarut-larut dalam penyesalan.
Romanov, masih dikenal sebagai sosok yang dingin dan tegas, dia tidak pernah mengungkit-ungkit insiden itu di hadapan tim. Baginya, masa lalu adalah pelajaran yang perlu disimpan, bukan dihidupkan kembali. Ia fokus memimpin dengan ketenangan yang sama, tetapi kali ini ada sedikit pergeseran. Ia lebih sering memperhatikan anggota-anggota timnya dari jauh, mengamati bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka berinteraksi, dan bagaimana mereka berusaha memperbaiki kepercayaan yang sempat hancur.
Di antara mereka, Volkova, yang biasanya penuh canda tawa, terlihat sedikit lebih serius, tetapi perlahan senyumnya mulai kembali. Fyodor, dinyatakan M.I.A (Missing in Action) atau hilang karena tidak ditemukan selama bertahun-tahun. Liev dan Yuri, yang saling bersandar untuk tetap kuat, berhasil menemukan keseimbangan baru dalam keheningan. Tanpa perlu banyak kata, mereka tahu bahwa satu-satunya cara untuk maju adalah dengan saling mempercayai kembali. Pengganti Zurislav atau letnan baru dalam tim, juga bersedia bekerja sama dengan baik, bernama Dmitri.
Setiap misi setelah kehilangan Fyodor terasa berbeda. Pada kesuksesan dan kerja keras mereka, selalu ada satu tempat kosong yang tak pernah diisi. Tim jarang membicarakannya secara langsung, tetapi tatapan kosong yang sering kali muncul pada Volkova— sahabat dekat Fyodor— menceritakan betapa dalam luka itu.
Pengkhianatan yang dulu terasa menghancurkan, sekarang menjadi sekadar sejarah yang mulai memudar dan masa lalu buram. Anggota tim tidak lagi berbicara tentang hal itu, semua sepakat bahwa membicarakannya hanya akan membangkitkan luka lama. Saat mereka berkumpul di kantin, bercanda, dan tertawa seperti dulu, ada rasa bahwa mereka telah berhasil melewati masa terburuk.
Romanov, tidak bisa menahan rasa lega saat melihat timnya kembali seperti sediakala. Pengkhianatan telah meninggalkan bekas, tetapi sekarang itu hanya masa lalu, bab yang telah selesai dalam perjalanan panjang mereka. Masa itu kini menjadi pengingat, bukan tentang kehancuran, melainkan tentang betapa kuatnya mereka sebagai sebuah tim, bagaimana mereka bisa bangkit dari titik terendah dan berjalan maju, lebih kuat daripada sebelumnya.
Tahun ini, fokus mereka ada di kondisi di Kursk yang berada dalam situasi kritis ketika Ukraina melancarkan ofensif besar sebagai bagian dari kampanye militer yang lebih luas. Serangan ini dimulai dengan serangan artileri dan serangan udara yang ditujukan untuk menghancurkan instalasi militer Rusia, termasuk pangkalan udara dan depot amunisi. Ukraina menggunakan serangan jarak jauh untuk melemahkan pertahanan awal Rusia sebelum mengirim pasukan darat.
Pada saat itu, Rusia memiliki pasukan besar yang ditempatkan di Kursk, karena wilayah ini adalah bagian penting dari logistik dan jalur pasokan untuk operasi militer mereka di Ukraina. Namun, sebagian besar pasukan Rusia dikerahkan ke front utama di Ukraina timur, terutama di Donbas, sehingga pertahanan di Kursk tidak sekuat yang diharapkan. Meskipun ada beberapa batalion cadangan yang ditempatkan di Kursk, banyak dari mereka tidak siap menghadapi serangan mendadak yang dilakukan oleh Ukraina.
Posisi tentara Rusia tersebar dan kewalahan saat menghadapi serangan seperti ini. Mereka mencoba mempertahankan wilayah strategis, seperti pangkalan militer dan jalur kereta api utama, tetapi menghadapi tekanan besar karena serangan Ukraina yang cepat dan terkoordinasi. Ukraina juga menargetkan jaringan suplai Rusia untuk memperlambat reaksi dan kemampuan mereka memobilisasi pasukan cadangan. Meskipun pasukan Rusia memiliki persenjataan berat, mereka kesulitan merespons cepat, sebagian karena serangan udara awal yang menghancurkan komunikasi dan mengganggu mobilitas mereka di area tersebut.
Serangan ini menandai titik balik dalam perang dan memaksa Rusia untuk memperhitungkan kembali strategi pertahanan mereka di front dalam negeri.
Pertempuran di sepanjang jalur kereta Kursk-Belgorod memanas, dengan kedua belah pihak bersiap menghadapi serangan besar. Unit militer yang dipimpin oleh Romanov dibentuk dengan tujuan melindungi jalur transportasi strategis. Posisi prajurit diatur berdasarkan prosedur militer standar, yang memprioritaskan keamanan dan efektivitas dalam pertempuran.Mereka menghadapi serangan yang terus menerus di jalur kereta Kursk-Belgorod, prosedur militer yang terstruktur dan terkoordinasi menjadi sangat penting bagi angkatan bersenjata Rusia. Situasi ini dimulai ketika unit intelijen mendapatkan laporan bahwa pasukan Ukraina sedang merencanakan serangan terhadap jalur suplai utama. Dalam waktu singkat, Romanov mengumpulkan perwakilan dari berbagai unit untuk memformulasikan rencana.
Sebelum malam tiba, semua personel diperintahkan untuk memeriksa dan menyiapkan peralatan. Setiap senjata, mulai dari senapan serbu hingga artileri, diperiksa untuk memastikan mereka siap. Komandan keamanan juga melakukan pemeriksaan terhadap personel yang bertugas, memastikan hanya anggota yang terpercaya yang berada di lokasi sensitif.Dalam beberapa jam berikutnya, para prajurit ditempatkan di posisi defensif di sekitar rel kereta. Letnan Dmitri dan timnya mengawasi jalur yang menjadi target utama. Dengan menggunakan teropong, mereka memeriksa area sekeliling. “Ada kemungkinan mereka akan melakukan serangan malam ini. Pastikan semua senjata siap dan jangan lengah,” perintah Dmitri.
Di ujung jalur, sekelompok prajurit Ukraina bersiap-siap meluncurkan serangan artileri. Mereka mengarahkan meriam ke arah rel kereta, mengincar gerbong yang terlihat di kejauhan. Dengan sinyal dari pemimpin mereka, tembakan artileri pertama menghujani area tersebut, mengeluarkan suara dentuman yang menggetarkan. Asap dan debu menyelimuti area, menutupi gerbong suplai yang terpaksa diungsikan.
Setelah ledakan pertama, sistem peringatan darurat diaktifkan. Romanov, yang berada di posisi yang lebih aman di belakang garis depan, dengan cepat menginstruksikan pasukannya lewat radio. “Kita harus merespons segera! Tim Alpha, ambil posisi defensif di sisi barat. Tim Bravo, siapkan senjata berat dan fokus pada titik serangan!” Setelah perintah yang tegas, para prajurit menggerakkan diri dengan teratur.
Ketika tembakan artileri berlanjut, pasukan Rusia mulai membalas. Para sniper ditugaskan untuk memberikan tembakan presisi terhadap tim artileri Ukraina. Prajurit Rusia membalas tembakan. Mereka mulai menembaki posisi musuh dengan senapan mesin dan senjata berat, berusaha memberikan tekanan pada tim artileri Ukraina yang tengah menyerang.
Sementara itu, di tengah baku tembak, beberapa prajurit Ukraina mulai melakukan aksi sabotase. Mereka mencoba mendekati rel dengan hati-hati, berencana meledakkan bagian rel kereta agar tidak dapat dilalui. Namun, prajurit Rusia yang sudah bersiaga, dengan ketelitian yang tinggi, berhasil mendeteksi gerakan mencurigakan itu. “Di sana!” teriak Yuri, sebelum mengarahkan tembakan ke arah musuh yang mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thin Line of Duty
AksiPembombardiran telah menghancurkan hubungan internasional dan mengguncang Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pertukaran nyawa antara prajurit Rusia dan Ukraina tak lepas dari pandangan Vladlin Romanov-Komandan Spetsnaz. Tekanan perang dari pemerintah dan p...