PT 37

1.6K 107 53
                                    

Yuta kaget saat melihat kedatangan jaemin dan langsung menghampiri sang anak. Di belakang jaemin, ada Jeno yang tak kalah kaget melihat apa yang ada di depan mata mereka. Bukankah yuta bilang waktu itu akan mengakhiri hubungannya dengan orang itu, tapi kenapa sekarang yuta malah membawa orang itu dan bahkan ada orang baru juga yang ikut bersama mereka.

" Nana sudah pulang, nak?"

" Ga usah nanya balik yah, kenapa ada suster doyoung di rumah kita, dan itu kenapa dia duduk di kursinya bunda?" Ucap jaemin lantang, lalu langsung menghampiri doyoung dan menarik kasar tangan doyoung.

" Suster jangan ga sopan ya, ini bukan pertama kali saya ngomong. Ga ada yang boleh duduk di kursi ini. Kursi ini hanya untuk bunda saya."

" Satu lagi, tolong ingat posisi anda. Apakah sopan, seorang pekerja duduk satu meja dengan tuan rumah seperti ini." Lanjut jaemin

" PERGI." Teriaknya setelah itu.

Melihat istrinya yang mengamuk, Jeno langsung berlari menghampiri jaemin, begitu juga dengan yuta.

Sementara doyoung dan anaknya langsung pergi meninggalkan area ruang makan kediaman jaemin.

" Nana, jangan emosi kaya gitu, nak."

" Kenapa ayah biarkan dia duduk disana, kenapa ada mereka disini?" Bentak jaemin pada yuta.

Tentu saja hal itu membuat Jeno tidak enak pada mertuanya.

" Sayang, jangan kaya gitu ngomongnya sama orang tua."

" Mas diam aja."

" Nana, mereka ke sini cuma numpang nginap. Ayah tadi nawari mereka makan bareng, karena mereka ke sini bukan untuk bekerja dan lagi, sebenarnya suster doyoung itu teman sekolah ayah dulu. Makanya ayah ajak mereka makan disini. Ayah juga ga enak usir dia duduk dari kursi nya bunda."

" Ayah ingat ga sih, dia beberapa kali teledor saat merawat bunda. Dan kenapa ayah ga ngomong dulu sama Nana buat terima orang luar nginap di rumah kita." Balas jaemin

" Ayah kasian sama mereka, karena ga punya keluarga disini. Anaknya mau kuliah dan dana yang mereka punya masih minim. Dia izin minta kerjaan ke ayah disini, tapi kita ga lagi butuh tenaga dia. Jadi dia janji sama ayah, setelah dia dapat kerjaan, dia bakal pindah dari sini."

" Kenapa harus ikut makan satu meja, kenapa dia juga harus tempati kamar tamu. Mereka bisa tidur di kamar pekerja dan ikut makan bareng mereka. Jangan asal terima orang aja yah. Kita ga tau niat orang itu apa, meskipun dia teman ayah. Tapi ayah tidak begitu dekat dengan dia, ayah ga tau mereka punya niat apa. Apalagi disini udah ga ada bunda, apa kata orang nanti yah."

" Iya, ayah tau ayah salah. Tapi Nana jangan seperti itu nak. Ayah sama bunda ga pernah ajarin Nana kasar dan ga sopan sama orang. Nanti biar ayah yang urus soal mereka, kasian."

" Ga usah, biar Nana yang urus mereka. Ayah ga usah banyak-banyak interaksi sama mereka, kalau mereka memang mau numpang disini, mereka harus nginap di tempat tinggal khusus pekerja disini. Nana ga mau lagi mereka gabung sama kita disini."

" Terserah Nana saja sayang. Maafin ayah ya."

Jaemin tak menjawab ucapan ayahnya dan langsung pergi ke kamarnya. Sebelum mengikuti jaemin ke dalam kamar, Jeno sempatkan untuk pamit ke mertuanya.

" Maaf yah, Jeno pamit dulu."

" Iya Jen. tolong ya, kamu tenangkan Nana."

Jeno hanya mengangguk dan berlari mengikuti istrinya.

*POV Jeno jaemin di dalam kamar

Jaemin menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Dia benar-benar lelah dan emosi dengan kondisinya sekarang. Jika sudah seperti ini, dia akan menangis untuk meredakan emosinya.

Jeno yang sudah paham dengan sifat jaemin langsung menghampiri sang istri dan memeluknya.

" Nangis aja, gapapa." Ucap Jeno sambil mengusap-usap punggung istrinya.

" Nana kesal mas, kenapa ayah seperti itu. Kalau memang mereka temenan dari dulu, kenapa ayah baru ngaku sekarang. Nana curiga, sebenarnya mereka pasti ada sesuatu."

" Jangan berburuk sangka kaya gitu sayang, sama orang tua."

" Nana ga berburuk sangka mas. Tapi Nana perhatiin dari dulu, interaksi mereka itu aneh. Kadang terlalu kaku, kadang kaya gugup gitu. Nana yakin ada sesuatu di antara mereka, di tambah setiap suster itu ada urusan, pasti ayah juga lagi ada urusan juga. Tatapan mereka berdua itu aneh mas."

" Mungkin hanya kebetulan sayang."

" Ga mungkin, feeling Nana itu kuat mas. Nana yakin ada sesuatu di antara mereka. Ayah itu ga sembarangan Nerima orang dirumah ini mas. Bahkan mas yang udah di anggap keluarga aja, ga pernah di ajak makan gabung satu meja sama ayah. Kenapa dia yang cuma hanya teman, tapi malah di terima seenaknya sama ayah. Ayah itu selalu mempertimbangkan pandangan orang mas. Ga mungkin dia seenaknya terima janda itu ke rumah ini dan malah gabung satu rumah."

" Kalau menurut Nana seperti itu, gimana Nana mau membuktikannya sayang. Nana kan ga ada bukti, ga pernah liat juga kan kalau ada hubungan yang aneh di antara mereka?"

" Nana bakal cari tau sendiri dan buktiin sendiri mas. Selama ini, Nana ga enak bahas ini karena takut sama bunda. Takut bunda kepikiran dan waktu liat ayah drop pas di tinggal bunda, Nana berusaha menghapus pikiran buruk Nana tentang hal itu, Nana pikir kalau Nana salah paham. Tapi, melihat ayah bawa dia kesini, Nana yakin kalau tuduhan Nana selama ini ga salah."

" Apapun yang mau Nana lakukan untuk buktiin itu, tapi jangan lakukan hal yang merugikan Nana ya sayang. Jangan lakukan hal yang ceroboh dan tolong libatkan mas selalu di setiap langkah Nana. Kamu paham kan?"

" Nana paham mas."

Jeno sebenarnya takut jika jaemin benar-benar tau yang sebenarnya. Bahkan mendengar kecurigaan jaemin saja dia sudah pusing. Bukankah yuta waktu itu bilang akan mengakhiri hubungannya. Tapi kenapa malah yang terjadi sebaliknya. Jeno tak ingin hubungan ayah dan anak ini berantakan, apa sebenarnya tujuan yuta melakukan hal ini. Semoga ini tidak merugikan dan menyakiti istrinya.

*POV doyoung dan renjun

Mereka berdua sangat kaget dengan kemunculan dan reaksi jaemin barusan.

" Ma, mama bilang semua bakal aman dan baik-baik saja."

" Mama ga tau reaksi anaknya bakal kaya gitu. Mama pikir, kita bisa mendekati dia saat kondisinya seperti ini. Dia pasti kesepian dan butuh teman."

" Kalau kaya gini, aku takut ma. Posisi kita ga aman, di tambah om itu saja sikapnya dingin sama mama. Liat aja tadi, dia lebih membela anaknya ketimbang bela kita yang udah di kasari sama anaknya."

" Kamu tenang aja, kita memang harus sedikit sabar menghadapi kondisi ini. Lama-lama juga mereka bakal tunduk sama kita, memangnya kamu mau hidup miskin terus."

" Ya ga mau lah ma, tapi soal kuliah aku. Om itu beneran yang biayain aku kan ma?"

" Benar, dia bakal tanggung biaya kamu. Selagi kita masih simpan rahasianya, dia ga bakal berani melanggar janjinya kepada kita."

Mereka berdua pun tersenyum setelah itu.

" Oya, pria tadi siapa ma?"

" Dia suaminya jaemin."

" Bukannya masih seumuran aku, kok udah nikah. Sama om-om lagi. Dia hamil di luar nikah atau gimana sih ma?"

" Ga tau, katanya dia nikah karena wasiat ibunya yang penyakitan itu."

" Tapi suaminya cakep juga ma, pasti kaya juga seperti orang tuanya."

Doyoung langsung memukul kepala sang anak.

" Anak bodoh, dia itu cuma sopir pribadi keluarga ini. Tapi dia memang orang kepercayaan ibunya si jaemin itu."

" Kok bisa?"

" Ya mama ga tau, intinya dia cuma sopir pribadi yang lagi hoki aja. Kamu jangan naksir dia loh jun, kamu mau hidup kamu kaya mama."

" Gak ma, aku ga mau hidup miskin lagi."

ProtectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang