Deretan prajurit berdiri tegap. Wajah-wajah mereka tampak tegang, namun tak ada ketakutan yang terlihat. Di dalam hati setiap prajurit, bergejolak rasa cinta tanah air. Mereka tahu bahwa beberapa jam ke depan mungkin menjadi penentu hidup dan mati. Namun, tak satu pun dari mereka ragu.
Di setiap genggaman senapan, di setiap tarikan napas yang berat, mereka menyadari bahwa mereka bukan hanya sekadar prajurit, mereka adalah benteng terakhir bagi tanah air.
"Maju atau mundur bukan pilihan" gumam salah satu dari mereka "hanya ada satu jalan, yaitu berjuang untuk negara yang kami cintai" lanjutnya.
"Rekan-rekan, saat ini bukan hanya kehormatan kita yang dipertaruhkan, tetapi juga tanah air yang kita cintai. Kita bukan hanya bertempur untuk diri kita sendiri, tetapi untuk keluarga, saudara, dan generasi yang akan datang. Hari ini kita akan menghadapi musuh yang telah merongrong keutuhan negara kita. Fretilin telah menyebarkan kekacauan dan membahayakan rakyat kita. Tugas kita adalah mengembalikan kedamaian dan keamanan di Timor Timur. Siapkan senjata, rapatkan barisan, dan fokuskan tekad! Ingat, kalian adalah ujung tombak kedaulatan bangsa ini. Atas nama negara dan rakyat, maju terus, pantang mundur! Serang dengan disiplin, perhitungkan setiap langkah, dan tuntaskan misi ini!
Siap? Maju!" Lettu Sudaryanto memimpin pasukan dengan tegas.Para prajurit dengan wajah penuh tekad, melangkah maju ke medan tempur setelah mendapat komando tegas Lettu Sudaryanto.
Pandangan mereka tertuju pada ketinggian yang menjulang diatas kota Mabuara, di Timor Timur. Karena disanalah misi mereka berada, merebut wilayah strategis. Tanpa gentar, mereka maju.
Di sisi lain, pasukan Fretilin bersiap dalam sunyi yang tegang, mata mereka tajam menatap cakrawala. Mereka tahu prajurit TNI sedang mendekat. Wilayah strategis di atas bukit itu adalah kunci siapa yang menguasainya, menguasai seluruh dataran sekitarnya. Senapan mereka terpegang erat, tangan-tangan mereka tak lagi gemetar, hanya dingin dan siap. Mereka telah bertahun-tahun berjuang di tanah ini, dengan keyakinan membara bahwa mereka mempertahankan kebebasan. Seperti bayangan yang siap menyerang, mereka menunggu, napas tertahan, merasakan derap langkah yang semakin dekat.
Suara letusan senapan memecah kesunyian, membentur tebing-tebing batu dan bergema di udara. Di antara pohon-pohon kering, pasukan TNI bergegas maju, merunduk rendah sambil mengarahkan tembakan mereka ke posisi Fretilin di atas bukit. Asap hitam mulai membumbung, bercampur dengan debu yang dihempas ledakan mortir. Di garis depan, Lettu Sudaryanto berteriak memberi komando, suaranya nyaris tenggelam di tengah hiruk-pikuk pertempuran. Para prajurit terus bergerak meski peluru-peluru berdesing di sekeliling mereka.
Prabowo yang berpangkat Letnan Dua (Letda) bergabung dengan pasukan Nanggala 10 sebagai Perwira Intelijen di bawah Komando Mayor Inf Yunus Yosfiah.
Ia kemudian berteriak "tetap tenang" katanya tegas. "Kita sudah dilatih untuk ini. Jangan biarkan rasa takut menguasai."
Sementara itu, Fretilin tak tinggal diam. Mereka menempati posisi pertahanan, balas menembak dengan akurasi mematikan dari balik rintangan alam. Mereka tahu medan ini lebih baik daripada siapa pun, setiap batu, setiap jurang adalah keuntungan. Serangan demi serangan dilancarkan, pertempuran menjadi semakin sengit, kedua pihak terjerat dalam adu ketangguhan dan ketekunan, saling berhadapan, saling menghancurkan.
Sersan Joko, salah satu prajurit tertua di unit itu, mendekati Lettu Sudaryanto. "Pak, persediaan kita semakin menipis, dan beberapa pasukan mulai kelelahan," bisiknya dengan nada khawatir.
Lettu Sudaryanto mengangguk pelan, ia tahu bahwa mereka tidak mungkin menyerah. "Kita akan bertahan. Apapun yang terjadi, kita tidak boleh mundur. Ini bukan hanya soal pertempuran. Ini soal negara."
Suara ledakan besar menggema, membuat semua pasukan bersiap. Semangat juang mereka diuji, tapi tekad untuk tetap mempertahankan kehormatan dan kedaulatan Indonesia tidak pernah surut.
.
.
.
.
.
Langsung update 2 chapter malam ini buat para membaca setia hehe. Jangan lupa vote dan komen nya yaaa ✨
![](https://img.wattpad.com/cover/380562142-288-k158540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak sang Jendral
Fanfic"Saya pernah mengalami hujan peluru demi negara yang saya cintai" - Prabowo Subianto Apa jadinya jika kecintaannya terhadap negara justru membuatnya kehilangan sebuah keluarga?