Perjuangan dan cinta

487 77 11
                                    

“Mas...”

Titiek memecah keheningan dengan suara lembut namun penuh rasa ingin tahu. “Medan perang... bagaimana kabarnya? Apa semua baik-baik saja?”

Prabowo menghela napas sejenak, memandang wajah istrinya yang tampak lelah namun bercahaya setelah melahirkan. “Kemenangan sudah di genggam, sayang,” katanya pelan tapi penuh keyakinan. “Meski jalan menuju ke sana panjang dan penuh darah, semua pengorbanan tidak sia-sia.”

Mata Titiek berkaca-kaca, antara lega dan bangga. Ia tahu perjalanan suaminya tak pernah mudah, tetapi malam ini, ada kepastian dan ketenangan dalam suaranya. "Terima kasih, Mas," ucapnya lirih. "Karena selalu memperjuangkan segalanya."

Prabowo hanya tersenyum tipis, menggenggam tangan Titiek dengan lembut. "Tapi sekarang, kemenangan terbesar adalah ini," ujarnya sambil menatap bayi kecil di pelukan istrinya. "Kehadiran dia membuat semua terasa berarti."
Titiek kemudian tersenyum penuh cinta.

"Mas," ucap Titiek, matanya sedikit berkabut, kemudian ia melanjutkan kalimatnya.
"Waktu perjalanan menuju rumah sakit, bapak cerita pada ibu, bahwa beliau menyesal karena tidak mengikuti saran dari bapakmu beberapa waktu lalu, soal keinginanku yang meminta kamu pulang barang sejenak. Seumur hidup, aku baru melihat wajah bapak yang seolah dipenuhi rasa bersalah. Beberapa jam sebelum aku melahirkan bapak bahkan meminta maaf berkali-kali karena tidak bisa mendatangkan mu di waktu yang tepat. Tapi kenapa kamu tiba-tiba ada di ruang bersalin?" Tanya Titiek penasaran.

Tangannya yang kokoh menggenggam lembut tangan Titiek, seolah tak ingin melepas. Di luar, gemerisik hujan menyelimuti malam, membawa suasana yang tenang namun penuh emosi.

"Titiek," Prabowo memulai, "Ketika kami berhasil merebut kota Mabuara, itu adalah salah satu kemenangan terbesar pasukanku. Setelah pertempuran yang melelahkan, aku melaporkan langsung kepada komandan melalui telepon." Prabowo terdiam sejenak, mengenang momen itu. "Aku ingat suara beliau tegas, penuh bangga, tapi kemudian ada jeda panjang. Seolah ia menimbang sesuatu."

Titiek memiringkan kepalanya, mendekat sedikit. "Apa yang beliau katakan?"

Prabowo tersenyum kecil, meskipun ada bayang-bayang berat di matanya. "Beliau bilang, 'Prabowo, ini perintah langsung dari Presiden. Kamu harus pulang segera.' Awalnya aku tidak mengerti. Pulang? Padahal kami masih di tengah situasi genting."

Titiek menarik napas dalam, mendengar setiap kata dengan hati yang mulai bergetar.

"Lalu beliau memberitahuku alasan sebenarnya. Katanya, 'Istrimu, Titiek, akan segera melahirkan. Ini perintah.' Aku terdiam, Titiek. Aku ingat aku hanya bisa memegang telepon erat-erat, berusaha memahami kabar itu. Rasanya campur aduk, senang, cemas, dan ada rasa bersalah karena aku tidak ada di sisimu."

"Lalu, apa yang Mas lakukan waktu itu?" tanya Titiek lembut, suaranya hampir berbisik.

"Aku menutup telepon dan memandang para prajuritku. Mereka semua kelelahan, wajah mereka penuh debu, tapi semangat mereka masih menyala. Aku tahu aku tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja. Jadi aku memastikan bahwa kota itu benar-benar aman, semua tanggung jawabku selesai, sebelum aku naik helikopter pertama untuk pulang."

Prabowo memegang tangan Titiek lebih erat. "Dalam perjalanan, aku hanya bisa berpikir tentangmu. Tentang momen yang akan kita bagi bersama. Aku takut terlambat, takut kehilangan sesuatu yang tidak akan bisa kembali."

Titiek tersenyum kecil, matanya berkaca-kaca. "Tapi Mas datang tepat waktu. Aku tahu itu bukan perjalanan yang mudah bagi kamu."

Prabowo mengangguk, matanya menatap lurus ke dalam mata Titiek. "Aku belajar sesuatu hari itu. Medan perang tidak hanya ada di garis depan. Ada medan yang lebih penting, di sini, bersama orang yang kita cintai. Dan aku bersyukur karena aku pulang, untuk melihatmu dan anak kita."

Di tengah keheningan, hanya ada dua hati yang saling memahami, menyatu dalam kisah yang penuh perjuangan dan cinta.
.
.
.
.
.
Tau ga, apa yang bikin aku semangat banget buat lanjut nulis, ketika udah liat komenan kalian dan vote banyaaaak 😭🩵

Jejak sang Jendral Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang