BAB 20

41 5 1
                                    

Ghisela dan Zio sekarang sudah berada di kediaman Bagas Mahesa. Terbesit rasa takut, tetapi juga ada rasa senang yang Ghisela rasakan karena pada akhirnya Elang benar-benar memperkenalkan dirinya di hadapan sang papa.

Yang Ghisela takuti, perasaannya menjadi tidak karuan. Melihat Bagas, seperti melihat kematian dari sorotan mata pria paruhbaya itu.

Bagas menyambutnya dengan baik, juga mau menggendong Zio. Seperti yang sudah Bagas janjikan, ia akan membawa dukun untuk mengusir arwah-nya Nadia.

Dukun yang Bagas bawa itu sekarang sudah berada di apartemen milik Elang, bersama-an dengan Elang. Sementara Ghisela dan Zio ada di rumah megah kediaman papa-nya.

"Dia memiliki energi yang cukup kuat, yang saya rasakan dia tidak punya dendam terhadapmu, dia hanya menginginkan anaknya. Kematiannya tragis, tidak siap baginya kehilangan sang anak." kata Mbah Mirja.

"Usir aja, gue udah pusing di gentayangin terus." kata Elang.

Mbah Mirja menggunakan ilmu-nya untuk memanggil arwah Nadia.

Arwah itu sekarang sudah berada tepat di atas atap dengan tawa mengerikannya, dan yang bisa melihat itu hanyalah mbah Mirja.

"Apa maumu?" Elang yang melihat mbah Mirja menatap ke atas, ia ikutan menatap kesana namun tak melihat ada apapun.

"Hihihihi... untuk apa kau disini? Aku tidak memiliki urusan denganmu!"

"Sekarang kamu menjadi urusan saya!"

"Aku menjadi urusanmu karena uang. Kau di bayar mahal untuk memisahkan aku dan anakku, sialan!"

Arwah itu terbang kesana kemari dan kini berdiri tepat di hadapan mbah Mirja, juga memperlihatkan wujudnya di hadapan Elang.

Elang terkejut bukan main. Sosok Nadia saat ini begitu mengerikan. Perutnya bolong, percis seperti keadaan terakhir kematiannya.

"Mbah, usir dia mbah!" kata Elang dengan ekspresi cemasnya. Dia tidak pernah secemas ini. Elang menjadi penakut karena ia tidak mau kehilangan Zio.

"Tempatmu bukan disini, SETAN!"

"Tempatku disini, selama Zio bersamaku! Jangan coba-coba membuatku marah, dan menghabisimu dukun cabul!"

Di sebut dukun cabul, Elang melirik pada dukun itu. Sementara mbah Mirja sedang membacakan mantra-mantra, lalu mengeluarkan kris berukuran kecil.

"Sudah berapa banyak pasien yang kau tiduri? Hahaha. Aku yakin, jika pasienmu saat ini bukan Elang, pasti kau akan menidurinya juga kan? Terkadang aku bingung, mengapa orang percaya dengan manusia yang justru prilaku-nya lebih rendahan dari pada setan? Hahahahaha."

"BANGSAT KAU SETAN TERKUTUK!!" mbah Mirja mendekat hendak menancapkan kris itu namun arwah itu berhasil menghilang, lalu seketika datang lagi berada di belakang mbah Mirja.

"Aku disini, ayolah. Kau ingin bermain denganku? Hahahaha."

Elang yang melihat adegan itu, benar-benar tidak percaya. Dukun dan juga arwah-nya Nadia seperti sedang bermain kejar-kejaran, bahkan Elang mengikuti sampai ke ruang tv. Mereka masih berseteru, saling beradu kekuatan masing-masing.

SESAT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang