Bayu mengucak matanya berkali-kali, ia fikir ini hanya kesalahan pada indra penglihatannya saja, tetapi rupanya benar di lobby apartemen yang saat ini ia singgahi ada Ghisela dengan satu pria yang menggendong bayik di tangannya.
Ghisela punya anak? Begitulah pertanyaan dalam hatinya.
Bayu mengikuti keduanya sampai pada kamar apartemen nomer sekian, dan segera memberi informasi itu pada Erina.
>
>Nampaknya Ghisela masih merasa terkejut dengan apa yang terjadi. Ia hampir di bunuh, juga baby Zio.
"Kita pindah dari sini, papa gak akan biarin kamu sama Zio selamat setelah ini." ucap Elang dengan serius.
"Kenapa gak kamu aja pergi dari hidup aku?"
Elang beralih menatap sinis Ghisela, "Harus berapakali aku bilang sama kamu Sel? Aku cinta sama kamu. Aku bunuh Nadia, demi kamu, demi hubungan kita."
"KAMU FIKIR AKU SENENG DAN BANGGA SAMA PERJUANGAN KAMU YANG MEMPERTAHANKAN AKU DENGAN CARA KOTOR? ELANG, AKU SAMA BABY ZIO HAMPIR MATI GARA-GARA PAPAMU. TERUS SEKARANG KAMI DALAM INCARAN PAPAMU, SAMPAI KAPAN?"
Ya, Ghisela benar. Sampai kapan? Rasanya Elang menyesal telah memperkenalkan Ghisela pada papa-nya, jika pada akhirnya wanitanya menjadi buruan untuk Bagas Mahesa.
Elang tidak mungkin membunuh papa-nya sendiri, bagaimanapun Bagas orang yang sangat berjasa dalam hidupnya. Elang memahami mengapa papa-nya ingin membunuh Ghisela, karena beranggapan Ghisela adalah orang yang bisa menguasai Elang sepenuhnya.
Siapapun tidak bisa mengendalikan Elang Mahesa sekalipun Ghisela. Sampai detik ini Elang masih dengan jiwa psikopatnya meskipun berulangkali Ghisela memintanya berhenti, Elang tidak akan berhenti dan menjadi lemah.
2 jam berlalu, keduanya berseteru hebat sampai akhirnya Elang memilih diam sementara Ghisela tetap menangis.
"Aku minta maaf, aku gak akan pernah lepasin kamu dalam hidup aku Ghisel." ucapnya mutlak.
"Kamu egois! Aku dan baby Zio dalam bahaya, papamu mengincar kami."
"Sementara waktu kita akan pindah Negara."
"Gak! Kamu dengar baik-baik, aku lebih baik mejauh sejauh-jauhnya dari hidup kamu Elang! Aku udah gak punya siapa-siapa, tolong jangan mempersulit kehidupanku. Aku berhak untuk tetap mencapai keberhasilan, aku berhak hidup normal, aku juga berhak membawa Zio agar tetap aman sama aku. Tolong--"
Elang beralih memeluk wanitanya, "Aku cinta sama kamu Sel. Aku cinta!" kemudian mencium kening wanitanya cukup lama.
Sementara di tempat lain, Raka dan juga Erina setia menunggu Ghisela keluar dari kamar apart. Mereka menunggu di depan pintu, berharap Ghisela yang lebih dulu keluar lalu Raka dan Erina bisa membawa Ghisela pergi dari sana.
"Temen lo gak mungkin bohong kan?" tanya Raka.
"Bayu emang suka bercanda, tapi tergantung topik. Kalau topiknya serius kaya gini, dia gak mungkin bercanda."
"Udah 4 jam kita disini, belum juga salah satu dari mereka ada yang keluar."
"Gue harap Ghisela yang keluar sendirian, biar kita bisa langsung bawa dia kak."
"Tapi gue juga pengen tau, siapa Elang, secakep apa."
"Lo cemburu kak?"
"Gue nunggu Ghisel balik sama gue bertahun-tahun, gue harap ini kesempatan paling baik dan emang udah saatnya gue sama dia di pertemukan." Erina hanya mengangguk saja. Merasa haru dengan perjuangan Raka yang selama ini berusaha mencari keberadaan Ghisela.
Raka begitu kelihatan tulus, bahkan siapapun bisa melihat betapa pria itu jatuhcinta pada Ghisela dan cinta itu nyata sampai detik ini. Jarang sekali ada pria yang masih menjaga perasaannya sejauh Raka.
Keduanya memilih mencari makan terlebih dahulu, agar tidak di curigai oleh bagian staf atau para pekerja di apartement itu, namun saat melangkah hendak pergi, Erina melihat pintu apartement di buka, dan yang keluar adalah..
"Ghisela-" langkah Raka ikutan terhenti. Keduanya sama-sama melihat Ghisela keluar dari sana bersama dengan Zio di gendongannya.
Ghisela kelihatan terburu-buru, hingga keduanya mengikuti sampai keluar apart dan memanggil untuk menghentikan langkah wanita itu.
"GHISELA-" panggil Erina yang kemudian membuat Ghisela menoleh terkejut.
Buru-buru Erina berlari dan menghampiri lalu memeluk sahabatnya itu. Sementara Raka masih mematung di tempatnya seolah tidak percaya bahwa Ghisela nyata ada di depan mata-nya saat ini.
Ghisela menangis tersendu-sendu, "Aku takut-- Erina aku bener-bener takut. Aku sama baby Zio dalam bahaya, papa-nya Elang mau bunuh kami--"
"APA? LO SERIUS?"
Raka mendekat, "Sel--"
Seketika kedua mata saling beradu. Ada rindu yang terbesit, ada rasa ketidak percayaan bahwa keduanya bisa di pertemukan. Ghisela semakin menangis, dan Raka mendekat untuk memeluknya.
Namun saat mau memeluk, Zio menangis hingga membuat ketiganya dalam keadaan cemas.
"Sekarang masuk mobil dulu, nanti kita cerita banyak. Oke?" Ghisela mengangguk menyetujui apa yang Erina katakan.
Mereka memasuki mobil, di dalam mobil ada Dipta dan juga Bayu. Mereka saling melirik sama-sama tidak paham bagaimana bisa Ghisela membawa bayik mungil nan lucu itu.
Ghisela duduk di depan, dan Raka yang menyetir. Mobil yang mereka tumpangi adalah milik Erina.
"Oke sekarang kita jangan ke rumah gue, gimana kalau ke rumah Bayu aja?" usul Erina. "Karena kalau ke rumah gue, atau apartement bokap gue, pasti kak Elang tau."
"Tapi rumahnya si Bayu kaya gubuk, gapapa emang?" tanya Dipta.
"Iya, gue miskin anjay. Tapi gak gubuk juga lah monyet!" Bayu mentoyor kepala Dipta kesal.
"Gapapa kok, seenggaknya aman. Gapapa kan Sel, Kak Raka?" Keduanya mengangguk setuju.
Di setiap perjalanan menuju rumah Bayu, tentu saja Raka selalu mencuri pandang pada Ghisela. Sementara yang di pandangi sedang berusaha membuat Zio tidak lagi menangis.
"Badan baby Zio panas, gimana ini?" panik Ghisela.
"Kata nyokap gue kalau bayik panas jangan panik. Adek gue si Sasha tuh sering demam, tapi nyokap gak pernah panik, pake bawang sama minyak telon di campurin terus di usap-usap aja ke bagian punggung, telapak tangan sama kakinya." usul Erina.
"Tenang aja di rumah gue ada kok semacam begituan, soalnya emak gue selalu masak setiaphari." kata Bayu.
"Dasar anak emak!" ledek Dipta.
"Daripada lo, yatim."
"Bangsat!!"
"Gue juga yatim," kata Raka tiba-tiba.
"Mama sama ayah kemana?" tanya Ghisela.
"Ayah udah ninggalin kita berdua, kalau mama masih ada."
"Terus kamu pergi kesini, apa mama tau?"
"Mama selalu minta gue buat cari lo."
Baby Zio terdiam ketika melihat wajah Raka. Karena di tatap seperti itu, Raka mengusap pelan pipi Zio dan segera beralih fokus menyetir.
"EHEM EHEMMMMMM! SERASA GUE LAGI NEMENIN EMAK BAPAK GUE KENCAN ANJIR!" pekik Erina.
"Emak bapak gue juga berarti," kata Dipta ikut-ikutan.
"Gue juga dong?" tanya Bayu.
"Lo anak pungut, nemu di dalem termos es!" Erina tertawa mendengar ledekan dari Dipta untuk Bayu, mereka berdua seperti Tom and Jerry, tapi kadang juga akur seperti Upin dan Ipin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SESAT (END)
HorrorJin dan Manusia itu hanya berdampingan bukan seharusnya bersatu lalu bersekutu untuk tujuan yang SESAT.