"Yang mulia, ini sudah saatnya Anda pergi latihan,"
Bukan sebuah jawab yang sang ksatria dapatkan, melainkan kekehan puas.
"Yang mulia?" Sang ksatria khawatir.
Ruang kerja ini merekam jelas bagaimana sang putra mahkota kekaisaran tengah berseri. Raut yang sudah cukup lama tidak terlihat.
"Diamlah sebentar," final. Titah tersebut dituruti meskipun kini sang ksatria malah menjadi penasaran dengan apa yang tengah diperhatikan oleh putra mahkota.
"Sudah kuduga akan seperti ini, beruntung William dapat menyusup," putra mahkota memandangi kristal safir di meja kerjanya.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Roserburg sepertinya berbuat ulah. Ann juga sudah mendapatkan informasi. Kedatangan William akan mengakhiri keributan di sana," putra mahkota menatap jendela di sebelahnya.
"T-tapi.. yang mulia.. mengapa mereka saling menyerang?!" Sang ksatria melonjak panik.
"Huh? Apa?!" Putra mahkota melebarkan sorotnya tatkala atensi tersebut kembali berlabuh pada kristal safir. Ia menepuk dahi dengan frustasi.
"Apa yang sedang kalian lakukan?!!" Ujarnya penuh tekanan.
*****
"Ck, kau pikir bisa dengan mudah lolos setelah membuat kekacauan sebesar ini?" Emanuel merasakan goresan kecil di lehernya.
Prang!!
William sedikit mundur tatkala sang surai merah menangkisnya.
"Tapi ya.. kita anggap saja semua tidak pernah terjadi," Emanuel mau tak mau harus meredam semua keributan yang terlanjur terjadi. Firasatnya tidak cukup baik. Terlebih, untuk saat ini ia tidak begitu yakin akan mampu mengalahkan William.
"Kau gila?!" Evelyna memekik tak terima.
Anniston bangkit dari duduknya dan mulai mendekati William.
"Will,"
William sontak sangat terkejut. Ini pertama kalinya Anniston memanggil dengan nama langsung. Atensinya beralih.
Masih dalam posisi yang sama, sang adik membisikkan sesuatu. Entah mengapa, nadanya tidak hanya sekadar provokasi belaka. William sangat yakin, Anniston tengah serius saat ini.
"Bagaimana caranya mengeluarkan energi sihir?"
Sang surai perak meneguk ludah kasar. Apa adiknya sudah gila? Apa yang akan dilakukannya saat ini? Amanat mutlak dari putra mahkota adalah mengawal Anniston dan menghindari segala bentuk keributan.
"Apa maksudmu?!" William mendapati sorot tajam dari manik langit tersebut.
Bukan lagi sebuah bisikan, namun kalimat lantang mulai menggema dan menjadi sorotan utama bagi semua tamu yang masih terperangah.
"Seseorang telah mencemarkan nama baik Lucianne Luneire," Anniston menjatuhkan kembali tatapan ke arah William.
"Apa kau akan diam saja?" Anniston tidak menyadari bahwa perannya membawa 'kayu bakar' sukses besar. William mengeratkan pegangan pada bilah pedang, tatapannya semakin tak bersahabat.
"Apa?!"
William tak mampu menahan luapan emosinya. Bahkan di saat seperti ini pun ada yang berani melibatkan Lucianne.
"Ann, kau menjauh saja," William mungkin belum bisa menyetarai Adrian, tapi biar bagaimanapun dirinya tetaplah seorang Luneire.
"Apa kau bercanda? Aku masih belum puas," tepat di saat itu juga, energi sihir meluncur. Evelyna tak terima jika ini harus berakhir dengan dirinya yang tampak menyedihkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
"The Villainess Doesn't Wanna be Here"
FantasyAyana hanyalah seorang anak kuliahan semester akhir yang sedang mengalami burnout akibat menghadapi skripsi. Dalam pelariannya mencari ketenangan, ia mulai menghabiskan waktu dengan membaca berbagai judul manhwa. Bukannya termotivasi, Ayana malah se...