🍒16

174 21 11
                                    

  Sudah dua hari berlalu sejak Sungchan dan Mark terus terlibat dalam perang dingin, sementara Mark selalu menghindari tatapan Jaehyun. Meskipun begitu, Jaehyun tidak mempermasalahkannya. Ia sengaja memberi ruang untuk Mark berpikir dan merenung, berharap waktu bisa menyembuhkan ketegangan yang ada.

Saat ini, Jaehyun berada di kamar Beomgyu, menemani putrinya belajar. Ia mengingatkan Beomgyu bahwa dua hari lagi ujian terakhirnya.

"Adek masih belum siap cerita, sayang?" ujar Jaehyun, memecah keheningan yang sebelumnya menyelimuti ruangan.

Beomgyu, yang sebelumnya tampak asyik melamun sambil menatap bukunya, langsung menatap ayahnya dengan mata penuh kesedihan. Suara Beomgyu serak saat ia mencoba membuka mulut.

"Adek... dipaksa, Pa... Dia... dia maksa Adek... Hiks..." Beomgyu berusaha keras untuk melanjutkan, namun tangisannya semakin pecah. Ia tak mampu mengeluarkan kata-kata lainnya, tubuhnya semakin lemah, seolah terhimpit oleh beban yang sangat berat.

Jaehyun, yang sejak tadi mendengarkan dengan cemas, segera mendekap tubuh Beomgyu yang ringkih. "Jangan dilanjutkan kalau Adek belum mampu, ya sayang?" ucapnya dengan suara gemetar, meskipun mencoba menunjukkan ketenangan. Namun, raut wajah Jaehyun jelas menunjukkan betapa marahnya ia saat ini, mendengar apa yang baru saja dikatakan Beomgyu.

Mendengar kata-kata "dipaksa" dari Beomgyu, hati Jaehyun langsung terbakar. Apa maksudnya? pikirnya dengan gelisah. Membayangkan apa yang bisa saja terjadi pada putrinya membuat Jaehyun hampir tidak sanggup menahan amarahnya.

"Papa akan selalu ada buat Adek. Tenang saja," ujar Jaehyun dengan tegas, berusaha menenangkan Beomgyu sekaligus menguatkan dirinya. Ia harus tahu lebih banyak, tapi saat ini, yang terpenting adalah memberi Beomgyu rasa aman terlebih dahulu.

Jaehyun bersumpah akan mencari bajingan yang telah berbuat buruk kepada putrinya.

_________

  Saat ini, ruang keluarga di rumah Jung terasa mencekam setelah Jaehyun akhirnya mengungkapkan hal yang sebenarnya, yang sempat tertunda.

"Wah! Hebat... Sekali darah jalang, tetap jalang," ucap Taeyong sembari bertepuk tangan dengan nada sarkastik.

Sementara itu, Mark, jeno dan Sungchan terdiam, terkejut mendengar ungkapan mengejutkan dari ayah mereka. Terutama jeno yang mematung mencoba mencerna apa yang ayahnya katakan.

"Pa... Ini nggak bener kan, Pa? Papa bercanda kan?" tanya Sungchan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang didengarnya tidaklah benar. Namun, harapannya sirna begitu saja ketika Jaehyun hanya membalas dengan gelengan kepala.

"Jaehyun, Jaehyun, putri kesayanganmu ternyata mengikuti jejak ibunya. Sungguh miris sekali," ucap Taeyong lagi dengan nada penuh sindiran.

"Taeyong, sudah berapa kali aku katakan kalau semua yang kau pikirkan tidak pernah benar? Sekali saja, cobalah dengarkan penjelasanku. Belasan tahun kau selalu menghindari saat aku hendak menjelaskan semuanya," Jaehyun menjeda ucapannya dan menghela napas berat.

"Tidak ada yang perlu aku dengar, Jae. Di mataku, semuanya tetap sama. Tidak akan pernah berubah. Tidak perlu kamu membela diri," jawab Taeyong dengan nada dingin.

Jaehyun merasa frustasi menghadapi Taeyong. Dia sudah berulang kali mencoba menjelaskan, tapi Taeyong selalu menghindar, menutup telinga terhadap penjelasannya.

"Pa, Bu, tolong kesampingkan dulu masalah kalian, ini Beomgyu gimana?" Mark memberanikan diri untuk menyela perdebatan kedua orang tuanya. Sejujurnya, ia sudah jengah mendengar perdebatan yang selalu berputar pada hal yang sama.

Jeno, yang duduk di samping Taeyong, masih diam membisu. Wajah tegangnya terlihat jelas.

"Diam, Mark! Masalah anak itu bukan masalah Bubu, Bubu tidak peduli," ucap Taeyong, menginterupsi Mark.

Jung BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang