🍒05

100 8 3
                                    

 
  Mentari sudah tinggi, menyinari seluruh bumi dengan teriknya. Di mansion keluarga Jung, semua pekerja sibuk dengan tugasnya masing-masing, kecuali Beomgyu, yang masih berbaring di atas kasurnya. Ia hanya mengenakan kemeja kebesaran yang ditinggalkan Jeno, satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya.

Bukan karena Beomgyu malas, tapi setiap kali ia bergerak, rasa perih di tubuh bagian bawahnya terasa begitu menyiksa. Ini adalah pengalaman pertama bagi Beomgyu, namun Jeno memperlakukannya dengan kasar, meninggalkan bekas yang membuatnya sulit untuk bangkit.

Anna, seorang pelayan muda, melihat nampan sarapan yang ia letakkan pagi tadi masih berada di depan pintu kamar Beomgyu. Ini tidak biasa karena Beomgyu biasanya tak pernah mengabaikan sarapannya. Meski Anna sudah mengetuk pintu Anna tidak mendapatkan respon. Karena masih banyak pekerjaan lain yang harus ia lakukan, Anna pun meninggalkan nampan itu di depan pintu.

Namun, rasa penasaran akhirnya mengalahkan Anna. Ia memberanikan diri membuka pintu kamar Beomgyu dan terkejut melihat pemandangan di dalamnya. Kamar itu berantakan, dan kondisi Beomgyu tampak jauh dari biasanya, Biasanya Beomgyu selalu tampil rapi dengan riasan tipis yang membuatnya tampak semakin cantik. Tapi kali ini, semuanya berbeda.

"Astaga, Beomgyu! Apa yang terjadi padamu?" seru Anna cemas sambil memeriksa kondisinya. Ia tak bisa mengabaikan tanda merah di leher dan dada Beomgyu, juga pakaiannya yang berserakan di lantai. Saat Anna memeriksa sekitar, ia melihat bercak kemerahan dan noda yang mulai mengering di sprei putih.

Beomgyu terisak, menunduk, tak berani menatap Anna. "Aku... kotor, Anna...," isaknya, air mata kembali mengalir di pipinya.

Namun, Anna tidak merasa jijik atau marah. Ia malah mendekap Beomgyu, mengusap punggungnya yang bergetar. "Menangislah, Beomgyu.. sampai kau merasa tenang Setelah itu, ceritakan padaku siapa yang melakukan ini padamu."

Beomgyu menggeleng di dalam pelukan Anna. Bahkan untuk menyebut nama kakak keduanya, ia merasa takut dan enggan. Tapi Anna bukan orang bodon dia sudah bekerja di mansion Jung sejak kecil dan sangat mengenal keluarga majikannya. Anna pun mengenali kemeja yang dikenakan Beomgyu saat ini sebagai milik salah satu tuan mudanya.

Setelah sadar dengan apa yang terjadi membuat mata Anna berkaca-kaca  Ia tak bisa menahan rasa simpati dan ikut menangis, merasakan penderitaan yang dirasakan Beomgyu. "Ayo, bersihkan dirimu dulu, Gyu. Biar aku yang membereskan kamar ini," ujarnya lembut.

Dengan bantuan Anna, Beomgyu berusaha bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, meskipun rasa sakit membuat setiap langkah terasa sangat berat. Melihat betapa sulitnya Beomgyu berjalan, Anna bergidik ngeri, membayangkan betapa kasar perlakuan tuan mudanya terhadap Beomgyu.

Saat Beomgyu berada di kamar mandi, Anna segera merapikan kamar dan mengganti sprei yang kotor tak lama kemudian, Bibi Kim, seorang pelayan senior sekaligus ibu dari Anna, masuk dengan tergesa-gesa dan terkejut melihat mata Beomgyu yang sembab,

"Apa yang terjadi, nak? Mengapa matamu sembab sekali?" tanya Bibi Kim khawatir.

Anna menghentikan kegiatannya menyisir rambut beomgyu, hendak menjawab pertanyaan ibu nya, namun Beomgyu segera memberi isyarat lewat cermin di depannya, meminta Anna untuk diam. "Aku hanya rindu Papa, Bi," jawab Beomgyu dengan suara pelan, berusaha menutupi keadaan sebenarnya.

Bibi Kim mengangguk, meskipun raut wajahnya tetap khawatir. "Kalau begitu, sebaiknya kamu bersiap. Tuan besar akan segera sampai," katanya, sambil mengusap pipi Beomgyu dengan penuh kasih sayang.

Beomgyu terkejut mendengar kedatangan ayahnya yang mendadak. Setelah mengecek ponselnya, ia menemukan pesan dari Jaehyun yang dikirimkan sejak pagi, juga beberapa panggilan tak terjawab. Beongyu segera bergegas, dengan sedikit tertatih Beomgyu berjalan keluar menuju kamar utamanya.

Demi Tuhan beomgyu ingin menangis, bagaimana tidak untuk berjalan saja beomgyu bersusah payah, bahkan beomgyu harus menaiki tangga menuju kamarnya sungguh sial.

"Ahk... Hiss"
Baru setengah perjalanan beomgyu sudah merasa tidak sanggup rasa perih benar-benar menyiksa beomgyu, ia memegang sisi tangga dengan kuat.

Tanpa beomgyu sadari dari arah atas ada ketiga kakaknya yang sedang bergegas turun bahkan mereka bertiga mendengar ringisan beomgyu.

Mark memandang beomgyu tanpa minat lalu pergi meninggalkan beomgyu,
Begitu juga Sungchan yang memandang beomgyu acuh tapi jauh di lubuk hatinya Sungchan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan beomgyu sepertinya dia kesakitan ketika melangkah apakah ia terjatuh? Ah tapi itu bukan urusannya bukan? Lebih baik dia menyusul mark.

Sedangkan Jeno yang berada di belakang mereka, memperhatikan Beomgyu lebih lama. Beomgyu menyadari tatapan Jeno dan segera menunduk, berusaha menghindar. Jeno sempat melewati Beomgyu, namun setelah beberapa langkah, ia berbalik dan menggendong Beomgyu, yang terkejut dan berusaha memberontak.

tentu hal ini di saksikan Sungchan yang berada beberapa langkah di depan Jeno, dia menatap kepergian Jeno dan beomgyu dengan ekspresi penuh tanya, sepertinya kakak keduanya ini terbentur tembok, sejak kapan dia Sudi membantu beomgyu?bukankah dari ketiganya Jeno yang paling membenci beomgyu?

"Diam, atau gue lempar ke bawah," ancam Jeno dingin. Mendengar itu, Beomgyu pun terdiam, tahu bahwa semakin ia melawan, Jeno hanya akan semakin kasar.

Setelah mengantarnya ke depan kamar, Jeno menurunkannya. "Masuk," perintahnya singkat, dan Beomgyu pun hanya mengangguk pelan sebelum masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Ia memegangi dadanya yang berdebar kencang karena takut.

Di luar,Jeno menatap pintu kamar beomgyu sekilas memikirkan tindakan nya yang baru saja dia lakukan, Jeno rasa dia sudah gila entah apa yang Ia pikirkan, Jeno menggeleng pelan mencoba menepis perasaanya dan segera pergi menyusul kedua saudaranya.

"Wah, pahlawan kesiangan kita telah sampai" ledek mark setelah melihat Jeno berjalan ke arahnya

"Pangeran berkuda, lebih tepatnya," sahut Sungchan sambil terkekeh.

Taeyong, yang mendengar cerita dari Sungchan, memandang Jeno penuh tanya "Di kasih apa kamu sama anak itu jen?sampai sudi mengantarnya ke kamarnya oh tidak menggendong ke kamarnya "

Jeno menghela napas, berusaha tetap tenang. "Dia hampir jatuh bu, dan Jeno ngelakuin itu karena terpaksa, kalo dia jatuh bukan tidak mungkin kita yang akan kena marah papa nanti"jawabnya beralasan.

"Gak harus lo gendong juga kan Jen, gue liat kakinya masih berfungsi kecuali lo buat dia lumpuh"sindir Mark dengan nada menggoda.

Raut wajah Jeno tetap tenang, meskipun sindiran Mark cukup menusuk. "Sudahlah, ayo kita berangkat, bubu gak mau kita telat," ucap Taeyong menengahi perdebatan kecil ketiga putranya , membawa mereka keluar dari mansion untuk berkunjung ke rumah sahabatnya.

"Bu, ada kak taro kan di sana? " antusias sungchan

"Mo ngerdus yah dasar bocah"

"Biasa jen adek lo ini masih dalam misi mengejar adek jaemin "

"Hahahha" tawa mark dan Jeno pecah

Taeyong berencana pergi ke rumah salah satu sahabatnya yang baru datang dari Tiongkok namanya winwin wanita cantik nan anggun.

"Jika bibi winwin bertanya di mana anak itu kalian tau kan boy's harus menjawab apa"

"Kami mengerti bu" ucap mark yang di balas anggukan oleh kedua saudaranya yang lain

______________

Jung BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang