🍒08

1.3K 73 9
                                        


  Apapun yang terjadi padamu, dunia akan terus berjalan, bukan? Terkadang dunia terasa tidak adil, mempermainkan kita dengan tantangan di luar batas kemampuan. Ah, atau mungkin aku salah. Bukankah Tuhan hanya memberi cobaan sesuai kemampuan hamba-Nya? Tapi, seberapa percaya Tuhan kepada Beomgyu hingga dunia berkali-kali mengujinya?

"Huek, huek..."

Entah sudah berapa kali Beomgyu memuntahkan isi perutnya. Kepalanya serasa dipukul ribuan paku, tubuhnya lemas. Lambungnya seperti sedang tidak bersahabat; sudah beberapa hari ini makanan yang masuk selalu dimuntahkannya.

"Ah, Beomgyu, jangan sakit... ingat, beberapa minggu lagi ujian terakhirmu," gumamnya berusaha menyemangati dirinya, Tangannya gemetar saat mencari obat dilaci meja kamarnya.

Setelah merasa sedikit membaik, Beomgyu segera keluar dan menuju ke mobil Jaehyun yang sudah menunggunya.

" Hati-hati sayang, papa tidak akan meninggalkan mu " tegur jaehyun yang melihat beomgyu berlari dengan tergesa-gesa

Setibanya di sekolah, Beomgyu berpamitan, dan Jaehyun menjalankan mobilnya setelah memastikan Beomgyu tak terlihat lagi.

" guys, gue butuh hiburan sebelum menghadapi ujian"  seru ryujin lesu

"Asli setres banget gue, beberapa hari ini" ujar winter

"Gimana kalo ketimezone? " tanya ayen penuh semangat

"Setuju! Beomgyu harus ikut. Pokoknya nggak ada alasan!" jawab Ryujin mantap.

"Nah setuju! beomgyu wajib ikut kecuali limji di larang ikut, girls only" winter melirik tajam kearah limji yang di balas anggukan oleh ryujin dan ayen, sedangkan lim jimin menghela nafas sudah malas menanggapi kehebohan ketiga temannya

Lim Jimin adalah salah satu teman pria Beomgyu yang sering menunjukkan perhatian lebih padanya. Teman-teman mereka bahkan beranggapan bahwa limji menyukai Beomgyu. Namun, sayangnya, orang yang jadi pujaan hatinya sama sekali tak peka akan perasaan limji.

" beomgyu ikut ya gyu?" pinta ayen dengan tatapan penuh harap, beomgyu yang di tatap demikian lantas menganggukkan kepalanya tak lupa dia mengirim pesan ke jaehyun sebelum ryujin menyeretnya.

✿✿✿✿

"Kayaknya anak haram papa berhasil nyuci otak lo chan" ucap Mark dengan nada kesal, matanya menatap tajam ke arah sungchan
Sedangkan sungchan hanya diam menatap malas ke arah kakak sulungnya.

Jeno melipat tangannya sambil bersandar pada lemari di kamar Sungchan. Ia menatap kesal ke arah kedua saudaranya. Oh, lebih tepatnya, ke arah adiknya.

"Apa sih yang dia kasih sampai lo tega nyakitin Bubu?” Mark mengepalkan tangannya, menahan amarah yang nyaris meledak.

“Kalau ditanya, jawab, Chan! Lo gak bisu, kan? Atau jangan-jangan... dia ngasih badannya ke lo?” ejek Jeno, dengan kekehannya.

 Perkataan jeno sukses membuat pertahanan sungchan goyah susah payah dia menahan amarahnya tapi jeno berhasil memancing amarahnya.

Sungchan bangkit dari posisi duduknya, melangkah dengan cepat ke arah jeno mencengangkram kuat kerah baju yang Jeno kenakan

“Maksud lo apa, Kak?! Beomgyu nggak seburuk itu, sialan!”

"Ckck, Sungchan, Sungchan... Lo tertipu wajah polosnya, chan” Sungchan mengangkat kepalan tangan, siap meninju Jeno, namun Mark buru-buru menariknya menjauh.

" sungchan apa yang lo lakuin hah?! Segitunya lo ngebela anak sialan itu, inget chan dia yang ngebuat keluarga kita berantakan"

"Tadinya gue pikir lo baik ke dia cuma di depan papa, tapi semakin gue perhatian lo semakin nempel ke anak itu, dan lo tau itu ngebuat bubu sedih, puas lo chan!" mark mencengkram bahu sungchan kuat ingin rasanya mark mendaratkan tinjunya ke wajah mulus sungchan agar adiknya sadar dari kebodohan nya

“Hahaha…” Sungchan tertawa miris, menepis tangan Mark dari pundaknya.

" Dengar kak!, apapun alasannya beomgyu nggak bersalah, bahkan mungkin beomgyu nggak minta di lahirkan dengan kondisi seperti ini, Dia gak bisa milih dikeluarga mana dia di lahirkan! Kalo memang ada yang salah itu bukan salah beomgyu, coba lo bayangin gimana bisa anak yang baru lahir  membuat kesalahan? Apa yang bisa di lakuin di usia segitu kak? hah__" sungchan menghela nafasnya berat cukup sulit berdebat dengan kedua saudaranya yang sama keras kepalanya ini

" Ka Mark lo calon pemimpin di perusahaannya papa, seharusnya lo bisa berpikir dengan bijaksana bukan menghakimi tanpa tau dari sisi lainnya, dan lo juga kak jen, lo udah dewasa bukan remaja yang harus di suapin kenyataan terlebih dahulu"

sungchan sudah muak dengan drama yg terjadi di keluarganya, sungchan rindu suasana hangat yang tercipta di dalam rumahnya maka sungchan mencoba mencari tau dan berdamai dengan kebencian yang bahkan tidak pernah sungchan mengerti.

“Jangan sok tahu, Chan, kalau lo nggak tau apa-apa! Ingat, di sini yang tersakit Bubu!” bentak Jeno, menyela.

“Lo tanya gue tau apa?” Sungchan menatap kedua saudaranya tajam, “Dengerin, gue nggak akan ngulang apa yang bakalan gue omongin, GUE TAU BEBERAPA HAL YANG NGGAK KALIAN KETAHUI!”

sungchan berteriak di depan kedua saudaranya beruntung setiap kamar di mansion Jung di lengkapi dengan peredam suara, jika tidak, mungkin mereka akan menjadi tontonan para maid yang sedang bekerja.

Mark dan jeno menatap sungchan terkejud, apa yang sebenarnya sungchan ketahui dan tidak di ketahui oleh mereka

"Gue nggak akan ngasih tahu apa pun ke kalian. Yang berhak jelasin semuanya itu Papa dan Bubu, bukan gue. Dan satu lagi, stop ganggu gue sama Beomgyu." ucap sungchan seolah menjawab keterkejutan kedua saudaranya.

"Jadi, lo lebih milih dia daripada Bubu lo sendiri, Chan?" tanya Jeno dengan nada tak percaya.

"Kak, serius lo nanya itu ke gue?" Sungchan tersenyum remeh, menatap mereka bergantian. "Gue balik tanya. Apa alasan lo benci Beomgyu selain apa yang kita yakinin selama ini? Lo nggak bisa jawab, kan?" Sungchan menatap Jeno tajam.

"Dan lo kak mark! apa alasan lo benci bahkan memperlakukan beomgyu dengan kasar selama ini?"

Jeno dan Mark terdiam, mencoba mencerna setiap kata Sungchan. Hati mereka sedikit goyah, bagian dari mereka membensrkan
sungchan, tapi ego mereka bersikeras bahwa Bubunya lebih penting. Anak mana yang sanggup melihat ibunya terluka?

"Ck! Kalian nggak bisa jawab, kan?" Sungchan tersenyum tipis. "Mau Beomgyu lahir dari rahim Bubu atau bukan, gue nggak peduli. Gue lihat dia dari bayi sampai sekarang. Cukup buat gue sadar bahwa Beomgyu itu bagian dari kita, terlepas siapa pun yang melahirkannya. Bukankah keluarga itu nggak melulu soal darah, lantas apa alasan gue harus nolak kehadirannya?"
sungchan menghela nafasnya pelan menatap kedua saudaranya yang mematung dihadapannya

Lagi-lagi Sungchan menghela napas, menatap kedua kakaknya yang masih terdiam. "Gue tau, gue juga terlambat menyadarinya. Tapi gue bakal berusaha nebus kesalahan yang udah gue lakuin ke dia selama ini."

Ia menunduk sejenak, membiarkan kata-katanya menggantung di udara. "Gue nyesel, Kak. Nyesel udah mengabaikan Beomgyu. Dia satu-satunya adik yang gue punya. Seharusnya gue bisa merangkul dia, bukannya malah menjauhinya. Gue sadar, sikap gue selama ini nggak beda jauh sama kalian, Tapi gue nggak mau lanjut kayak gini. Dan soal Bubu... bukan berarti gue nggak sayang Bubu. Justru karena gue sayang, gue mencoba berdamai sama keadaan."

Sungchan menatap mereka satu per satu, memastikan kata-katanya mengena. "Masalah orang tua kita itu urusan mereka. Kita nggak berhak ikut campur selama Papa nggak main fisik ke Bubu. Gue percaya mereka bisa menyelesaikan urusan mereka, mungkin nggak sekarang, tapi nanti."

Setelah mengatakan itu, Sungchan berbalik, meninggalkan kedua kakaknya yang masih terdiam, berusaha mencerna setiap kata yang baru saja ia ucapkan.

Jeno pun pergi, dengan hati yang tak tentu arah. Sementara Mark masih berdiri mematung, mencerna setiap kata yang sungchan ucapkan. Sebagai putra sulung, seharusnya ia bisa dewasa. Namun, justru Sungchan yang berpikir jauh lebih dewasa.

Emosinya yang tadi membara setelah melihat sungchan yang memaksa papanya agar di ijinkan menjemput beomgyu di depan bubunya yang mana membuat taeyong sedih dan kecewa, luruh begitu saja
Tergantikan perasaan yang sulit mark pahami.

Bahkan sudah berkali-kali haechan memperingatkannya jika semua yang terjadi bukanlah salah dari adik bungsunya tapi berkali-kali juga mark mengabaikannya.

✿✿✿✿

Jung BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang