🍒20

49 12 4
                                    


  Mark berlari kalang kabut di sepanjang koridor rumah sakit, tidak peduli pada tatapan heran atau terganggu dari orang-orang di sekitarnya. Napasnya memburu, pikirannya dipenuhi satu hal—kamar tempat adiknya dirawat. Setelah menerima pesan dari Sungchan tentang apa yang terjadi, Mark langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang hampir gila, tak memedulikan apapun di jalan.

Brak!

Pintu kamar inap Beomgyu terbuka dengan keras, mengejutkan semua orang di dalamnya. Pasang mata Jaehyun, Jungkook, dan Sungchan serentak menoleh ke arahnya, tapi tidak ada satupun yang mengucapkan sepatah kata.

Mark, dengan wajah penuh kecemasan dan air mata yang hampir tumpah, melangkah cepat mendekati Beomgyu. "Adek... adek gak akan pergi ke mana-mana, kan?" tanyanya dengan suara yang bergetar.

Jaehyun dan Jungkook hanya terdiam, saling melirik tanpa tahu harus menjawab apa. Wajah keduanya menyiratkan kepedihan yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.

Mark meraih bahu Beomgyu dengan lembut, seolah takut melukai adiknya lebih dari yang sudah terjadi. "Adek gak akan pergi, kan? Bilang sama kakak ini cuma bohong... ini gak nyata..."

Sungchan berdiri di sudut ruangan, tubuhnya kaku. Mulutnya terbuka, tapi tidak ada suara yang keluar. Otaknya seperti berhenti bekerja.

Beomgyu, yang wajahnya tampak lebih pucat dari biasanya, tersenyum kecil. Namun, senyuman itu lebih seperti luka yang tak terlihat. "Kata Papa dan Mama... ini gak akan lama, Kak," ucapnya pelan, setiap kata yang meluncur seperti petir yang menyambar hati Mark tanpa ampun.

Mark terdiam. Dunia di sekelilingnya terasa hancur perlahan. Semua harapan yang ia genggam tadi berubah menjadi kehampaan.

Mark merasa dunianya runtuh seketika. Bukankah baru beberapa minggu yang lalu ia mulai mendekatkan diri dengan adik bungsunya? Bukankah baru saja ia mengukir kisah-kisah kecil yang manis bersama Beomgyu, mencoba menebus waktu yang terbuang dan luka yang pernah tercipta?

Namun sekarang, seolah semesta memutuskan untuk merenggut semuanya. Memberinya sedikit kebahagiaan hanya untuk menghancurkannya kembali. Mark ingin marah—ingin berteriak pada semesta, pada takdir, pada siapa pun yang bertanggung jawab atas rasa sakit ini. Tapi kepada siapa? Siapa yang harus ia salahkan?

Dengan tangan yang gemetar, ia merengkuh tubuh Beomgyu, menariknya ke dalam pelukan yang erat, seolah takut melepaskannya untuk selamanya. Air mata yang selama ini ia tahan akhirnya mengalir, membasahi bahu adiknya.

"Adek... janji sama Kakak, jangan pergi terlalu lama, ya?" bisik Mark, suaranya bergetar penuh harap. "Kakak janji... apa pun yang adek mau, Kakak akan kasih, asal adek kembali lagi. Tolong, Dek..."

Beomgyu tersenyum kecil, meski senyum itu terlihat begitu lemah. Ia mengangguk pelan, seolah ingin meyakinkan Mark meskipun kenyataan yang mereka hadapi tidaklah seindah itu.

Melihat keduanya, Sungchan yang sejak tadi hanya diam berdiri di sudut ruangan akhirnya tidak mampu lagi menahan emosinya. Ia bangkit, mendekati kedua saudaranya, dan tanpa sepatah kata memeluk mereka berdua. Pelukannya erat, seolah ingin berbagi rasa sakit yang sama.

Di dalam pelukan itu, ketiganya saling membisu. Tidak ada yang mampu berkata-kata lagi. Hanya suara tangis lirih yang menjadi saksi dari sebuah hubungan yang terasa begitu kuat, namun diguncang oleh kenyataan yang kejam.

Di sisi lain, dua orang dewasa yang berdiri di sudut ruangan, Jaehyun dan Jungkook, hanya bisa diam menyaksikan adegan itu. Mereka menahan napas, mencoba tetap kuat, namun air mata jatuh tanpa bisa mereka cegah. Kedua ayah itu saling bertukar pandang, merasa tak berdaya di tengah rasa kehilangan yang perlahan merambat di ruangan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jung BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang