Bab 16

141 1 0
                                    

Erang Asty kencang yang mulai tak tahan dengan permainan yang sangat nikmat ini. Ia melenguh tiap kali Adrian menghujamkan penisnya ke dalam liang cintanya. Ia hanya dapat bertumpu pada kedua tangannya sambil memejamkan mata.

Setelah beberapa lama, Adrian mendorong dan menarik batang kejantanannya seperti sebelumnya, namun dengan ritme yang bahkan lebih cepat dari sebelumnya. Pertanda kalau sebentar lagi suami Asty itu akan segera mencapai klimaksnya.

Benar saja...

"Harrrghhhhh!! Aku keluaaarrrrghhhh!!"

Erang kenikmatan Adrian terdengar di ruangan bersamaan dengan muntahnya cairan cinta kental di dalam liang kewanitaan sang bidadari. Pada saat yang bersamaan, Asty juga tersengal-sengal dan mengeluarkan cairan cinta kenikmatannya. Tercampur dan teraduk di dalam rahim sang guru muda yang jelita.

Adrian dan Asty sama-sama ambruk lemas. Adrian pun pindah posisi sedikit ke atas mensejajari posisi Asty. Ia memeluk, mencium dan menjilati wajah Asty dari posisi belakang, sementara sang istri meringkuk pasrah. Ia menunggu Adrian memenuhi liang cintanya dengan cairan cinta. Semprotan demi semprotan terasa dalam liang cinta sang bidadari. Satu kali, dua kali, tiga kali. Aaahhh.

Sembari mengatur tarikan nafas yang tersengal-sengal, batang kejantanan Adrian mengecil hingga ke ukuran yang paling mini. Pria itu pun menarik kontolnya dari dalam liang cinta sang istri dan disodorkan ke wajah Asty. Asty tahu apa yang diminta oleh sang suami. Tanpa membalikkan badan dan hanya memutar kepala, Ia pun mengulum dan menjilat batang penis yang sudah lemas itu dengan sebersih-bersihnya.

Huff.

Akhirnya kedua insan itu benar-benar terbaring lemas tanpa daya.

Masih dalam kondisi telanjang dan berkeringat, Adrian memeluk Asty dari belakang. Mengecup pundak serta pipi sang istri dan memejamkan matanya.

"Terima kasih sayang, kamu... luar biasa. Sungguh yang tadi nikmat sekali. Enak tidak?"

"Sama-sama, Mas. Iya, enak sekali. Kamu memang hebat, Mas."

Adrian tersenyum dan memejamkan mata.

Kini justru Asty yang tidak bisa memejamkan matanya.

Ia sengaja membalik badan agar sang suami tidak melihat wajah cemasnya.

Kenapa... kenapa tiap kali ia memejamkan mata ia teringat wajah Nanto? Kenapa setiap kali ia mencium suaminya, yang ia ingat adalah ciumannya dengan mantan muridnya itu? Kenapa saat bersetubuh tadi ia justru membayangkan bocah bengal itu?

Kenapa?

Maafkan aku, Mas.

.::..::..::..::.

SANG NANTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang