Nanto menarik napas panjang, dia memang kurang berpikir panjang tadi. Oke paguyuban entah apa ini berjanji untuk tidak menyebarkan rekaman mereka, tapi bagaimana seandainya tadi ada banyak yang merekam aksinya? Siapa yang dapat menjamin rekaman itu tetap aman? Tidak ada kan. Bisa saja tetap akan tersebar. Lain kali ia harus benar-benar memperhatikan lingkungan jika terulang hal yang sama. Tidak boleh gegabah!
Wooi! Termos bocor!! LAIN KALI? Lain kali apaan!!! Memangnya mau berantem terus sampai tua!? Kamu itu siapa? The Undertaker? Barry Prima? Cukup lah! Jangan kecewakan Om Darno dan Tante Susan dengan kebengalanmu!
Nanto mengangguk-angguk mengikuti kata hatinya, iya ya. Sudah cukup berkelahinya! Sudah cukup! Dia pulang ke kota untuk belajar! Bukan untuk tampil di Wrestlemania! Dia kembali ke kota ini untuk meraih masa depan yang lebih cerah! Bukan untuk mengulangi lagi gelapnya kehidupannya yang lama! Sudah ya? Cukup tadi yang terakhir, ya?
Gadis di samping Nanto tertawa geli dengan manisnya saat melihat pemuda itu mengangguk-angguk sambil ngelamun sendiri. Nanto jadi salah tingkah. Duh cewek ini. Sudah aduhai, nggemesin pula. Jadi berasa pengen ngremes-ngremes.
"Jangan ngelamun ah, Mas. Takut disambar setan iseng, ntar kerasukan lho. Mending kalau setannya lulusan S2 jadinya pinter, kalau setan bencong gimana? Kan jadi melambai." Kembali gadis itu tertawa renyah. Lebih renyah dari keripik kentang berselimut bumbu seaweed. Ia pun segera mengulurkan tangannya dan tersenyum manis. "Lebih baik kenalan aja yuk. Aku Nuke, Nuke Kurniasih, mahasiswi Fakultas Komunikasi, Universitas Daya Guna."
Ada cewek manis ngajak kenalan. Mosok ya mau ditolak?
"Nanto. Calon mahasiswa UAL."
"Heh? Calon? Kirain udah kuliah, Mas."
"Hahaha. Baru mau kok."
"Jadi baru mau masuk ya? Mudah-mudahan semua lancar, Mas. UAL bagus kok. Banyak temanku di sana. Di UAL ambil apa, Mas?"
"FTI. Amin. Makasih ya, Nuke."
Nanto tersenyum. Ada apa hari ini ya? Rasanya kok seru banget sedari pagi. Pagi tadi dia mencium Bu Asty, sore dia nganterin Hanna pulang, dan malamnya dia kenalan dengan Nuke. Nikmat mana lagi yang kau dustakan?
Ah, berasa ganteng banget deh dia hari ini. Serasa tokoh utama.
"Video ini tadi yang ngirim pacar aku, Mas."
Kampret.
Jebul wes duwe pacar. Ternyata sudah punya pacar.
"Yang ngirim pacar kamu?"
"Iya, dia buka usaha kentang tornado di lapangan. Biasanya sih yang jalanin anak buahnya, tapi malam ini pas kebetulan anak buahnya sakit jadi dia yang jalanin sendiri. Dia salah satu yang sering dikompasin anak-anak preman itu, Mas."
"Oh gitu... Mereka sering datang ya? Kasihan kalau yang kena kompas kayak bapak-bapak tukang ronde seperti tadi. Seharusnya ada cara yang lebih patut untuk mencari rezeki."
"Yes. Nah itu, Mas Nanto. Kami sudah sering mengajukan protes baik ke mereka ataupun ke polisi terdekat karena cara-cara yang mereka lakukan kadang keterlaluan. Tapi hasilnya zonk, Mas. Mungkin polisi juga takut karena mereka berasal dari jaringan yang besar - jadi bukan cuma mereka bertiga saja anggota komplotan ini, Mas. Mereka anggota geng yang lebih besar yang sepertinya juga punya backing di kepolisian. Jadi ya gitu deh. Kami memang harus selalu menyiapkan dana lebih hanya untuk membayar mereka. Aslinya mereka bertiga itu cuma kroco, Mas. Remahan rengginang di kaleng Khong Gu@n."
Nanto mengangguk-angguk, lalu berucap. "Mudah-mudahan yang tadi itu cukup memberi efek jera, supaya mereka bertindak lebih sopan atau lebih beradab lain kali. Kalau untuk menghentikan mereka selamanya sepertinya memang tidak mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG NANTO
PertualanganBu Asty tiba-tiba saja menarik kerah kemeja Nanto, memejamkan mata dan mencium bibir Nanto dengan ciuman. Birahi guru muda itu sudah terlanjur menyala, dan mereka berdua pasti akan menerima konsekuensinya. Tapi itu nanti. Sekarang, biarlah keduanya...