Kisah Wang Yi kaisar Luozhen yang sebenarnya sudah mati namun jiwanya ditukar oleh Wang Yi dari masa depan, hidup kembali sebagai leluhur pendahulunya dan Zhou Shiyu seorang putri kerajaan Shintong. Peperangan antara Luozhen dan Shintong membuat kai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di atas sebuah jembatan kecil yang membentang di tengah taman bersalju kerajaan Shintong, Wang Yi berdiri sendiri, memandangi langit yang kelabu. Butiran salju turun dengan lembut, melapisi segala sesuatu di sekitarnya dengan selimut putih yang menenangkan. Namun, suasana damai itu terasa jauh dari hati Wang Yi. Ekspresinya suram, matanya yang memandang kosong ke kejauhan memancarkan pergulatan batin yang dalam.
Perkataan terakhir Tang Rui terus berputar dalam benaknya, seperti gema yang sulit dibungkam. "Dunia yang damai tanpa kejahatan... Mengapa aku tidak bisa menciptakan dunia seperti itu?" Kalimat itu menghantui Wang Yi. Dia tahu bahwa meski Tang Rui jatuh dalam kegelapan, niat awalnya lahir dari luka dan keputusasaan, sesuatu yang tidak sepenuhnya asing baginya. Perang telah berakhir, tetapi bekas-bekasnya masih terpatri di hati Wang Yi.
Namun, lamunan kelam itu terhenti saat langkah-langkah lembut terdengar mendekat dari belakang. Shiyu muncul, melangkah anggun melalui salju yang tebal. Pakaian putihnya, yang dihiasi motif kristal es, bergerak mengikuti angin dingin. Dia sudah pulih dari luka-lukanya, tetapi wajah cantiknya masih memancarkan kekhawatiran. Ada kesedihan dalam matanya, namun juga ketenangan yang dia bawa untuk Wang Yi.
Dia berdiri di sebelah Wang Yi, memandangnya dengan lembut. "Apa yang kau pikirkan, Wang Yi?" tanyanya dengan suara yang halus namun penuh perhatian. "Kau sudah terlalu lama di sini. Apa kau baik-baik saja?"
Wang Yi menoleh perlahan, sedikit terkejut dengan kehadirannya. Dia mencoba tersenyum, tetapi senyum itu terasa berat, seolah-olah membawa beban yang tak terlihat. "Aku... hanya sedang merenung," jawabnya pelan. "Tentang apa yang telah terjadi, tentang Tang Rui, dan tentang semua hal yang telah kita lalui."
Shiyu mengangguk, kemudian menatap ke arah yang sama dengan Wang Yi, menyaksikan salju yang terus turun. "Semua ini memang berat," katanya. "Tapi apa yang kau lakukan sudah lebih dari cukup. Kau telah berjuang sekuat tenaga, untukku, untuk semua orang. Bahkan Tang Rui, di akhirnya, mungkin menyadari itu."
"Aku hanya merasa..." Wang Yi berhenti, menatap salju yang menyelimuti tanah seperti mimpi yang dingin dan tak berujung. "Apa yang kita lakukan benar? Apa aku benar-benar membuat dunia ini lebih baik? Atau... aku hanya mengulang lingkaran dendam itu lagi?"
Shiyu memegang tangannya, hangat dan penuh kepastian. "Kau berbeda, Wang Yi. Kau memilih untuk mencintai, bukan membenci. Kau memilih untuk melindungi, bukan menghancurkan. Itu yang membuatmu lebih kuat dari siapa pun. Dunia ini tidak sempurna, tapi dengan kehadiranmu, ada harapan."
Kata-kata Shiyu, meski sederhana, perlahan mengusir awan kelam di hati Wang Yi. Dia menatap Shiyu, mata mereka bertemu, dan dalam sorot mata itu, dia menemukan kekuatan yang selama ini dia cari.
"Terima kasih, Shiyu," kata Wang Yi akhirnya, suaranya lebih tenang. "Aku tidak akan menyerah. Dunia ini layak diperjuangkan, untukmu, untuk kita semua."
Shiyu tersenyum lembut, dan mereka berdua berdiri bersama, memandangi pemandangan salju yang melingkupi kerajaan Shintong. Meski dingin menyelimuti mereka, hangatnya cinta dan keyakinan di antara mereka menjadi api kecil yang tidak akan pernah padam. Hari baru telah datang, dan meski perjalanan masih panjang, mereka tahu bahwa mereka akan melaluinya bersama.