84. Kebenaran

37 2 4
                                    

"Apa masalahnya jika dia menjadi saksi untuk pihak kita?"

"Oh, dia seorang saksi, pengedar narkoba, dan bandar narkoba. Bagaimana bisa kau membawa penjahat ke dalam gedung Kementerian Pertahanan Nasional, apalagi berkeliaran di tempat lain?"

"Kalau begitu, tolong bawa bukti yang tepat, bukan hanya bukti tidak langsung."

"Kenapa kau bersikap seperti ini padahal kau tahu segalanya? Jika ini menjadi masalah, kita juga yang akan mendapat masalah. Kenapa kau tidak menghubungi brigadir jenderal di saat seperti ini? Aku tidak tahu apa yang telah kau coba lakukan."

"Ah, itu...! Itu... itu tidak mungkin, kan?"

Sehwa berdiri di sudut dan hanya menggoyangkan jari-jarinya. Dia datang lebih awal, tapi pintu masuknya diblokir dan dia tidak bisa pergi kemana-mana. Dapat dimengerti jika para staf curiga. Ia menyuruhnya untuk tidak menelepon Ki Tae-jeong tanpa memberitahukan alasannya, dan kemudian mereka tetap bersikeras untuk membiarkan seseorang yang bahkan bukan pejabat masuk...

"Benar. Kau tahu ini terlihat semakin mencurigakan jika terus berlanjut seperti ini?"

"Benar...!"

Sersan Dua Choi, yang sangat yakin bahwa Ki Tae-jeong dan Sehwa telah menjadi lebih dekat, menutup mulutnya seolah-olah dia memiliki misi yang besar. Pria yang mirip beruang itu penuh dengan semangat untuk membuat acara kejutan ini sukses.

"Karena...! Orang ini adalah. Uhmm...Brigadir Jenderal...!"

"Sehwa?"

Sebuah suara hangat dan asing mengetuk pikiran Sehwa, memotong kata-kata Sersan Dua Choi yang sedang berusaha berbicara dengan penuh semangat. Kepala Sehwa perlahan terangkat saat ia dengan tenang menahan tatapan orang-orang yang merupakan campuran dari rasa ingin tahu, jengkel, dan tidak nyaman.

"Benar, aku melihatnya dari jauh dan tidak yakin."

Yang mengejutkan, orang yang berbicara kepadanya adalah Jenderal Oh Seon-ran.

T/N : entah knp tiap ada Oh Seon-ran bawaannya adem. Jujur alasan aku tl sampe akhir selain pengen liat Tae-jeong nangis ya karena Oh Seon-ran. Cwo Ter-greenfleg selain Kang Doshik meski ayangnya mati.

"Salam hormat."

Dia melirik ke arah orang-orang yang terlambat mengangkat tangan dengan ekspresi terkejut, dan tersenyum sedikit pada Sehwa. Sepertinya dia berusaha keras, tapi... senyum lembutnya terasa canggung, dan mata serta bibirnya bergetar tanpa wibawa.

"Saya minta maaf karena telah menyebabkan keributan, Jenderal."

"Sersan Dua Choi. Atasanmu tidak bisa menangani hal seperti ini dengan cepat, bahkan dia meninggalkan seorang hamil di luar selama ini?"

"Tidak, aku datang tanpa menghubungi..."

Saat Sehwa menghentikan tekanan Oh Seon-ran yang sangat ganas terhadapnya, mata Sersan Dua Choi berbinar-binar seakan-akan dia terharu.

"Aku sengaja meminta untuk tidak memberitahu Brigadir jenderal. Itu... karena aku ingin membuat kejutan..."

Oh Seon-ran, yang telah menatap tajam pada Sehwa yang membuat alasan, segera menghela nafas panjang, bahunya sedikit bergetar. Astaga, apa yang harus ia lakukan dengan orang ini? Meskipun Sehwa tidak mengatakannya dengan keras, tindakannya jelas menunjukkan bahwa ia sedang memikirkan hal seperti itu.

Dan Sehwa merasa geli karena tidak terbiasa dengan sikap Oh Seon-ran, jadi ia mencengkeram erat tali tas belanja yang malang itu. Ini adalah pertama kalinya ia menyadari bahwa orang dewasa dapat membuat ekspresi seperti itu saat melihatnya. Bukannya mengasihani dirinya sendiri atau memperlakukannya seperti pecundang, tetapi lebih karena dia merasa khawatir dan imut. Jika Sehwa benar-benar memiliki keluarga, entah itu ayah atau paman, seharusnya mereka akan membuat wajah seperti itu dan memarahi Sehwa.

The marchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang