written by; Sha
*
*
*
Fuck Buddies!
*
*
*
Disclaimer!
Tidak untuk pembaca dibawah umur!
Typo everywhere!
Abaikan time stamps!
*
*
*
ChanBaek!
*Alat musik yang dijual di toko itu sangat lengkap, bahkan bentuk dan kualitasnya juga bagus. Tidak sia-sia Ribby pergi kesana karena dia bisa sekaligus membeli piano miniatur yang selama ini Ribby cari.
"Saya ambil ini semua, sama gitar yang tadi." ucap Ribby berdiri di depan meja kasir.
"Berapa totalnya?" tanya Asher pada si penjual.
"Gitarnya, 2.350.000, dua miniatur piano ini 6.720.000. Sama seruling 300.000. Totalnya 9.370.000 rupiah. Silahkan tulis alamatnya disini, kita ikut pengiriman besok siang yaa kak. Ongkos kirimnya gratis untuk pembelajaan di atas lima juta rupiah." ucap si penjaga kasir.
Asher langsung mengeluarkan kartu dari dompetnya namun Ribby langsung menepis tangan Asher dan menatapnya tajam.
"Lo ngapain?"
"Bayar lah."
"Gak! Ini kan barang gue, gue yang bayar." Ribby memberikan kartunya pada kasir. "Lo traktir gue makan aja, gue lagi pengen makan barbeque, cari restaurant korea di deket sini."
"Lo aja yang cari."
Ribby mendelik. "Apa?"
"Gak, gapapa." Asher buru-buru membuka ponselnya.
Setelah selesai di toko musik, Ribby mampir ke toko bunga. Kebetulan bunga di kamarnya sudah harus diganti.
"Sejak kapan lo suka bunga?" tanya Asher. Ia penasaran sejak melihat ada bunga yang dipajang di meja Ribby.
"Sejak gue direhab, disana ada satu bunga yang selalu gue liatin setiap kali gue ngelamun di taman. Beda sama bunga-bunga lain, bunga itu satu-satunya yang tumbuh di atas rumput. Tapi waktu gue kesana lagi setelah gue keluar dari rehab, bunga itu udah gak ada, kayanya petugas pembersih pikir bunga itu rumput. Karena warnanya hijau mirip rumput, dia juga tumbuh diantara rumput. Gue inget bentuk bunga itu, tapi sampe sekarang gue belum nemu itu bunga apa. Jadi gue beli aja bunga yang paling gak laku, karena gue gak mau bunga-bunga itu ngerasa gak berharga cuma karena mereka beda."
"Lo harus gambarin bunga itu, biar gue cari."
Ribby tersenyum kecil. "Gue kasih nama bunga itu, Disappear. Karena dia gak keliatan, karena dia hilang tiba-tiba, karena dia cuma sementara."
Asher diam tertegun, merasa seperti Ribby sedang membicarakannya.
"Anyway.. gue mau bunga yang ini." Ribby menunjuk mawar merah.
"Bukannya itu bunga yang paling laku dimana-mana?" tanya Asher. Karena Ribby menunjuk bunga mawar yang tidak sesuai dengan ucapan Ribby barusan.
"Iya, sekarang gue lagi pengen bunga yang bisa ditemuin dimana-mana, bunga populer, yang gak akan ilang. Bunga yang tetep cantik meskipun diliat berkali-kali, bunga yang mekar kapanpun dan dimanapun. Kalo lo? Lo pasti gak suka bunga."
Asher langsung menaruh belanjaan mereka di lantai dan menangkup pipi Ribby, menjatuhkan kecupan yang hanya sekedar sentuhan bibir namun cukup dalam.