Mikey mencengkeram dadanya yang terasa sakit. Air matanya terus mengalir, nafasnya sesak. Shinichiro di sebelahnya mengusap punggung sang adik, menatap khawatir.
"Manjiro,"
"Semua salahku," Mikey berbisik pelan. Isakannya mulai terdengar di dalam kamar mandi itu.
"Semuanya salahku. Takemitchy sudah melakukan banyak hal untukku, tapi aku justru selalu menyulitkan dia. Takemitchy tidak pantas mendapatkan itu semua, kan? Semua salahku, Shinichiro. Semuanya salahku."
Shinichiro segera membawa adiknya ke pelukannya. Dia tahu itu buka salah adiknya atau siapapun, tapi itu salahnya. Semua kekacauan itu, kematian demi kematian. Itu semua salahnya yang terlalu egois, menginginkan kehidupan baru untuk adiknya yang nyatanya hanya membawa nasib buruk untuk banyak orang.
"Maafkan aku, Manjiro." Shinichiro memeluk adiknya erat, berbisik di telinganya.
"Sejak awal semua berawal dariku. Kalian harus melewati kesulitan, itu karena aku."
Mikey memeluk kakaknya erat, tangisannya semakin tak terkendali. Shinichiro sedikit kesulitan untuk menenangkan adiknya.
"Shinichiro-kun!"
Shinichiro menoleh ke arah pintu, melihat Draken di sana bersama Emma dan juga Izana. Emma terlihat khawatir, matanya sudah berkaca-kaca melihat keadaan Mikey. Izana di sebelahnya segera merangkulnya erat.
Draken mendekat perlahan diikuti yang lain. Si pirang dengan tato naga itu mengulurkan sebuah jarum suntik pada Shinichiro.
"Apa itu?" tanya Shinichiro.
Draken mendekat, berbisik di telinga si sulung Sano. "Hime bilang itu obat penenang."
Shinichiro mengerutkan keningnya ragu. Melihat jika Shinichiro tak mengambil suntikan di tangannya, Draken kembali berbisik.
"Hanya membuat tubuh rileks, Shinichiro-kun. Itu tidak berbahaya."
Shinichiro menatap Mikey yang masih sesenggukan, lalu menatap obat di tangan Draken. Dia akhirnya mengangguk, meminta Draken untuk menyuntikkan obat itu sementara dia memegangi Mikey.
Tubuh si pemimpin Kantou Manji itu tersentak kecil saat jarum menembus lengannya. Shinichiro terus memeluknya erat sembari mengelus punggungnya.
"Ssst... Tidak apa-apa, Manjiro. Tenang, oke...."
Mikey meremat pakaian Shinichiro erat, tubuhnya semakin lama semakin terasa ringan. Tubuh lemasnya segera dipeluk Shinichiro semakin erat, dia menatap kosong ke depan.
"Hime menyuruh kita untuk kembali jika semua sudah baik-baik saja, Shin-nii." Emma berjongkok di samping Mikey, ikut mengelus punggung si pirang yang hanya diam di pelukan kakaknya.
"Berapa lama obat itu bekerja?" tanya Shinichiro.
"Hanya setengah jam, katanya." Izana menjawab.
Shinichiro menghela napas pelan sebelum akhirnya membopong sang adik.
"Butuh bantuan, Shinichiro-kun? Kau bisa memberikannya padaku. Aku sudah terbiasa membawa Mikey." Tawar Draken.
Shinichiro menggeleng sembari tersenyum tipis, berterimakasih padanya. "Biar aku yang membawanya. Lagipula..."
"... sudah lama aku tidak membawanya di tanganku."
Draken mengangguk paham. Mereka segera keluar dari kamar mandi yang mana langsung mendapatkan tatapan dari orang-orang yang ada di sana.
Shinichiro melangkah perlahan dengan tubuh Mikey di pelukannya, sebelum akhirnya kembali duduk di kursi dengan Mikey yang masih di pangkuannya.
"Apa dia baik-baik saja, Shinichiro-kun?" tanya Baji khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Watching; Restart
RandomSemua orang dibuat bingung saat mereka tiba-tiba berada di sebuah ruangan luas dengan puluhan kursi berjejer menghadap ke sebuah layar yang sangat lebar. 📍Reaction to my fanfict; Restart (Omegaverse) 📍Karakter diambil dari Arc Tiga Dewa(saat per...
