20.Restart: Inui

994 119 26
                                        

Inupi berdiri diam di depan sebuah makam. Di tangannya, sebuah bunga dipegang dengan erat. Matanya tak pernah lepas dari sebuah makam bertuliskan Inui Akane itu.

"Inupi, sudah selesai?"

Inupi tersentak kaget. Dia menatap ke belakang, menemukan Koko yang tengah menatapnya.

"Sebentar."

Inupi kembali menatap makam bertuliskan "Inui Akane" di depannya. Dia meletakkan bunga di makam itu, berdoa sebentar, lalu pergi dari sana bersama Hajime Kokonoi.

Kedua tangan Inupi terkepal erat saat dia menatap ke layar. Dia menarik nafas panjang dan mengangkat tangannya.

"Ya, Sei?" Hime menatapnya.

Inupi tampak ragu untuk menanyakan apa yang ada di kepalanya. Dia mungkin sudah menebak, hanya saja Inupi sedikit merasa tidak nyaman.

Melihat keraguannya, Hime tersenyum tipis. "Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan," ucapnya.

"Maaf harus mengatakan ini. Tapi, ya! Inui Akane, tidak selamat."

Tangan Inupi yang sebelumnya terangkat turun perlahan, kembali mengepal erat di sisi tubuhnya.

"Begitu," bisiknya. Lirih, hampir tak terdengar. Inupi memejamkan matanya dan kembali menarik nafas panjang. Bukan seperti dia ingin menyalahkan Takemichi karena dia tidak akan bisa menyalahkannya.

"Bisa dikatakan, itu adalah satu-satunya yang gagal di "atur ulang."" Hime kembali berbicara.

"Itu karena Akane... tidak benar-benar memiliki hubungan takdir dengan Takemichi, maupun mereka yang memiliki kekuatan lompatan waktu."

Hening menyelimuti tempat itu. Tak ada yang berani berbicara karena takut menyinggung yang bersangkutan. Inupi sendiri masih tidak mengatakan apapun lagi, begitu juga Koko. Yang sejak tadi berusaha menahan perasaan sakit di dadanya.

Melihat suasana yang tiba-tiba menjadi tidak mengenakkan, Akane ikut mengangkat tangannya.

"Ya, Akane?"

Akane tersenyum tipis. Dia menatap adiknya dan juga Koko yang sama-sama tengah menatapnya. "Bagaimana... Seishu?"

Inupi tersentak, mengerti apa yang dibicarakan kakaknya. Tapi dia masih belum mengatakan apapun, hanya diam sambil menatap Akane tanpa berpaling.

"Jika mereka yang ada di sini, aku yakin kau sudah paham."

Akane tersenyum sendu. "Ya." Dia mengangguk.

"Bukan berarti aku akan menyalahkan mereka. Bagaimanapun, Seishu dan Hajime hanyalah anak-anak."

Akane tertawa kecil. Tawanya tanpa sadar membuat Koko tersipu, hingga akhirnya laki-laki itu membuan muka karena malu.

"Tapi, Hajime-kun."

Koko yang tiba-tiba dipanggil tersentak kaget. Dia menoleh perlahan, menatap Akane dengan gugup.

"Aku sudah pernah mengatakannya, kan?" Sambung Akane.

Koko berkedip bingung. "A-apa?"

Akane tersenyum tipis, tertawa kecil sebelum melanjutkan kalimatnya. "Mencium seseorang tanpa izin itu... kau tidak boleh melakukannya."

Keheningan melanda, sementara wajah Koko sudah memerah padam, seolah baru saja ketahuan melakukan sesuatu yang buruk (sebenarnya dia ya!). Inupi di sebelahnya mengerutkan keningnya bingung melihat reaksi Koko.

"A-aku," Koko tergagap. Mata kucingnya sedikit melirik Inupi di sampingnya.

"Ma-maaf, Akane-san."

"Yah, kau bisa tenang jika yang kau tanyakan adalah Inupi yang ada di layar." Hime tiba-tiba berbicara, sedikit merasa kasihan pada Koko sehingga langsung memotong pembicaraan itu.

Watching; RestartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang