Layar menyala, memperlihatkan sebuah gedung lama dengan sosok Madarame Shion yang tengah duduk di sebuah kursi. Di depannya, seorang anak laki-laki berdiri menunduk.
"Jadi, kau ingin meminta bantuan Black Dragon untuk memberi pelajaran pada anak-anak yang mengganggumu?"
"Ugh! Kenapa tiba-tiba ada aku?" Shion bergumam, menatap dirinya di layar. Dia jelas tidak ingin berurusan dengan Mikey lagi.
"Jadi, sekarang Black Dragon generasi sembilan, huh?" Mikey mendengus pelang, salah satu sudutkan bibirnya terangkat, dia menyeringai tipis.
"Tapi bukankah Izana sudah bersama keluarga Sano?" Mitsuya mengerutkan keningnya.
"Harusnya, pertarungan dengan Black Dragon tidak diperlukan, kan?"
Hime tertawa kecil, menatap Mitsuya dan yang lain yang juga memiliki pemikiran sama.
"Beberapa hal harus tetap terjadi," ucap Hime menjelaskan.
"Jika tidak ada konflik dengan Black Dragon, maka Toman kalian juga tidak ada."
"Benar juga," gumam Mitsuya.
"Tapi Black Dragon milik Shinichiro-kun, kan?" Kazutora akhirnya memberanikan diri untuk berbicara setelah sekian lama hanya menjadi penonton dalam diam.
"Apa dia tidak tahu?" Kazutora menunjuk Shion yang terkesiap.
"Memangnya kenapa kalau aku tidak tahu!" Shion menyahut kesal.
"Toh, dulu aku hanya tahu jika dia itu Mikey. Saat Izana memintaku untuk memimpin pertarungan Black Dragon dengan Toman juga aku tidak tahu jika Mikey itu nama panggilan Sano Manjiro."
Shion mendengus pelan dengan kedua tangan terlipat di dada, melanjutkan kalimatnya.
"Aku tahu tentang hubungan Izana dan Shinichiro-kun. Tapi aku tidak tahu jika Mikey adalah adiknya. Jadi itu bukan salahku! Aku kan hanya mengikuti perintah Bos!"
Tak ada yang mengatakan apapun setelah Shion berbicara. Shion sendiri kembali menggumamkan banyak hal, masih menatap dirinya di layar dengan sedikit kesal.
"Jadi, kau ingin meminta bantuan Black Dragon untuk memberi pelajaran pada anak-anak yang mengganggumu?"
Junpeke mengangguk dengan kepala menunduk. "Ya, Madarame-san."
"Yah, jika dia menganggu tanpa alasan, kami akan membantu. Bos kami sebelumnya tidak menyukai hal-hal seperti itu."
"Ingatkan aku untuk menghajarnya saat kembali nanti." Sudut bibirnya berkedut kesal. Shion menatap layar dengan tangan terkepal erat.
Junpeke terus menunduk, jantungnya berdetak kencang, keringat dingin mulai keluar. Dia berniat membalas dendam pada Kazutora dan teman-temannya karena masalah sebelumnya. Akan tetapi dia tidak bisa melakukannya sendiri. Junpeke memilih untuk meminta bantuan pada Black Dragon hanya bermodalkan nekat, sedikit merubah ceritanya seakan-akan dia korban agar mereka mau membantu.
Junpeke menghela nafas lega dalam hati saat Madarame Shion menyetujui permintaannya. Tentu saja semua tidak gratis. Dia mencuri uang orang tuanya untuk diberikan pada Black Dragon sebagai 'imbalan'.
"Lihat si brengsek itu. Berani sekali berbicara omong kosong, lalu membawa Black Dragon juga." Baji menyeringai, memperlihatkan gigi taringnya.
"Aku pasti akan memukulnya lebih banyak dari yang terakhir kali."
Tak ada yang berbicara untuk melarang Baji atau semacamnya. Tentu saja karena mereka juga sama kesalnya dengan laki-laki itu.
Shion hanya melihat dalam diam saat Junpeke keluar dari markas mereka. Tangannya merogoh saku, mengambil ponselnya dan menelfon seseorang.
"Maaf menganggu, Bos. Ada seseorang yang meminta bantuan kita."
"Dia berbicara dengan Izana?" Mikey mengangkat satu alisnya.
"Memang siapa lagi Bosnya selain aku?" Izana menyahut, menatap saudaranya tak suka.
"South?"
South yang disebut hanya diam tak peduli. Izana mendengus pelan dengan kedua tangan terlipat di dada.
"Dia hanya mengambil bawahanku karena aku mati. Jika aku masih hidup, jangan harap dia bisa mengambil milikku."
Izana tersenyum miring, nadanya sangat percaya diri. South di belakang menyeringai semangat.
"Kuharap aku bertarung denganmu di sana, Kurokawa." South tertawa. "Disana" yang dia maksud adalah garis waktu lain, yang ada di layar.
Izana ikut menyeringai, namun tidak mengatakan apapun. Tapi dia jelas sama sekali tidak takut, masih memasang ekspresi angkuhnya seperti biasa.
"Nama? Junpeke. Ya, katanya mantan temannya mengeroyok dia hanya karena dirinya sudah tidak bisa dimanfaatkan. Ah, terserah padaku? Baik-baik. Maaf menganggu waktumu, Bos."
Shion menyimpan kembali ponselnya, lalu menatap anak buahnya yang sudah berbaris rapi. Tatapannya tertuju pada sosok laki-laki berambut merah di sampingnya.
"Cari orang yang bernama Mikey itu, katakan padanya jika Black Dragon menantangnya."
Laki-laki itu mengangguk paham dan segera pergi dari sana untuk melaksanakan perintah bosnya.
Layar kemudian berubah, berganti memperlihatkan sebuah restoran. Izana lalu terlihat, tengah menikmati semangkuk ramen sembari berbicara dengan seseorang di telepon. Kakucho di seberangnya menatap Izana penasaran saat melihatnya sudah menutup telepon.
"Ada apa, Izana?"
"Hm? Oh, bukan apa-apa. Shion bilang ada seseorang yang meminta bantuan Black Dragon. Aku menyerahkan semuanya pada Shion untuk diurus."
"Kau tidak ingin kembali memimpin Black Dragon lagi?" Kakucho mengangkat satu alisnya heran.
"Ah, aku malas. Biarkan saja Shion mengurusnya lebih lama. Lagipula," Izana menunduk, menatap mangkuk ramen di mejanya. "Aku sedang memikirkan tentang membentuk geng-ku sendiri."
"Oh? Sepertinya giliran Tenjiku?" Ran tersenyum lebar sembari memainkan baton kesayangannya.
"Sepertinya, pembentukan Tenjiku berbeda?" Mucho menatap layar dengan seksama.
"Hm? Benar juga." Mochi mengangguk setuju.
"Tenang saja. Anggota kalian masih sama. Kalian...." Hime menunjuk barisan yang berisi anggota Tenjiku.
"Baik pemimpin, juga para "Raja Surgawi Tenjiku". Tidak ada yang berubah."
.
.
.
Tbc...
4 Agustus 2025
Kepalaku cenat-cenut dari kemaren, sebel banget(ಥ ͜ʖಥ)
KAMU SEDANG MEMBACA
Watching; Restart
RandomSemua orang dibuat bingung saat mereka tiba-tiba berada di sebuah ruangan luas dengan puluhan kursi berjejer menghadap ke sebuah layar yang sangat lebar. 📍Reaction to my fanfict; Restart (Omegaverse) 📍Karakter diambil dari Arc Tiga Dewa(saat per...
