Tujuh belas✔

365 27 0
                                    

Tandain typo-nya💢

☆Happy Reading☆

...

Malam berganti pagi, langit yang awalnya gelap gulita mulai menunjukkan fajar yang membuatnya sedikit demi sedikit cerah. Kicauan serangga malam berganti menjadi kicauan burung.

Dua manusia yang tengah bergulung di bawah selimut dengan posisi saling berpelukan. Entah apa yang terjadi setelah salah satunya terbangun dari tidurnya.

Yang paling menegangkan adalah, salah satu dari keduanya terusik karena sinar matahari yang mulai menembus kaca jendela. Yang memang sedari malam tidak tertutup oleh gorden.

"Eungh.."

Mauriella merasa sesuatu beban berada di perutnya, dan mengapa di depannya ada tembok. Mungkin karena nyawanya belum terkumpul sepenuhnya jadi dia halusianasi.

Dia mengerjabkan matanya berulang kali, dia tak merasakan perubahan. Dahinya mengeryit bingung..

Tunggu!! Dia seperti di pelukan seseorang!! Kepalanya mulai mendongak dan terlihatlah rahang yang sangat kokoh.

"AAA!!!"

Sontak Mauriella menendang orang yang tengah memeluknya,, anehnya lagi tendangan itu hanya mampu membangunkannya. Bukan menjatuhkannya dari atas ranjang seperti yang biasanya di novel atau film yang sering dia tahu.

"Hei, morning sweety."  Suara khas bangun tidur seorang pria memenuhi telinga Mauriella.

"K-kamu?! Kenapa ada di sini?!" Nada bicara yang tinggi membuat Pria itu mengeryit tak suka.

"Karna kita satu." Ujarnya dengan enteng.

"Kenapa kamu di kamar aku?!" Pekik Mauriella yang merasa sangat frustasi. Kenapa laki laki ini ada di mana mana, gagal sudah semuanya.

Terlihat reaksi pria itu, dia mendudukkan dirinya dan menyandar di head bad, seraya mengadikkan bahunya. Tak lupa dengan ekspresi tak acuhnya yang di tunjukkan pada Mauriella.

"Ini nggak bener Javier. Kita nggak seharusnya sama sama terus, kamu yang lepasin aku dulu." Ujar Mauriella dengan pelan, dia sungguh tak tahu lagi cara untuk menyikapi semua ini.

"Kenapa?" Tanya nya dengan nada yang sangat enteng, hal itu membuat Mauriella bertambah sesak.

"Aku—"

"Kita nggak seharusnya bersama, kamu terlalu sempurna untuk aku. Aku, aku hanya perempuan tak tahu malu Javier!" Nada bicara Mauriella meninggi dia kalimatnya.

"No!"

"Kamu itu—"

"Stop!!"

Mauriella beranjak dari ranjangnya lalu berjalan cepat ke arah kamar mandi dan menguncinya. Dengan cepat dia menghidupkan shower dan membiarkan seluruh tubuhnya basah.

Mauriella merasa frustasi sekarang, apa yang harus dia lakukan. Mengapa pria itu ada dimana mana. Sedangkan 1 minggu lagi dia akan menikah dengan orang yang tak di ketahuinya.

Tuhan apa yang harus dia lakukan setelah ini, dia bingung. Apa harus dia kabur ke kutub selatan agar tak ada yang mencarinya.

Kalau tahu begini kenapa dia hidup kembali, apa yang terjadi itu adalah mimpi dan tak pernah dia alami. Apa itu hanyalah gambaran masa depan.

"Akh ini membingungkan."

Apa selama ini dia halusinasi, yang dia alami dulu hanyalah mimpi saat dia koma. Namun mana ada seperti yang seperti itu. Di saat saat seperti ini mentalnya patut di pertanyakan.

Dia tak mau berfikir yang berat lagi, dia ingin mendingin kan kepalanya yang pagi pagi sudah sangat panas.

Lain di dalam lain juga yang terjadi di luar,  Javier sedang melamun di atas ranjang. Seraya memikirkan apa yang membuat Mauriella se emosi itu.

Apa karena dia?

Apa Mauriella membencinya? atau karena Mauriella sudah tak menyukainya?

Apa dirinya sudah tak tampan lagi?

Dengan cepat Javier menoleh ke arah cermin yang berada di meja rias seraya memegangi kedua pipinya.

Tidak ada kerutan, wajahnya masih sama. Dan perutnya tidak buncit, bahkan ototnya perunya terbentuk sejak dia memasuki Junior high school.

Dia masih dengan wujud yang kata semua orang nyaris sempurna, lantas apa yang membuat Mauriella tak mau dengannya?

Tok

Tok

Tok

Javier menoleh ke arah pintu kamar, apa harus dia yang membuka. Tapi tak apa sebagai calon suami yang baik dia akan membukakan pintu. Memang tak ada hubungannya namun tak apalah.

Cklek

Javier melihat seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Aliano yang merupakan rekan kerjanya.

.
.
.
.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Astaga, apa ini.. Aliano adalah Paman Mauriella, adik dari ibunya.

"Apa yang anda lakukan?" Tanya pria itu dengan nada dinginnya. Javier sempat meneguk ludahnya karena aura yang di keluarkan pria itu memang sangat dominan.

Tapi aura yang di keluarkan Javier juga sangat dominan tak lupa dengan wajah datar dan dinginnya. Di tambah dengan struktur wajah yang tegas membuat Javier menjadi yang lebih dominan.

Tinghi bada mereka tak berbeda jauh, walau Javier tetaplah yang lebih tinggi dari Aliano.

"Hmm, apa yang saya lakukan?" Ujar Javier seraya bersmirk dan salah satunya terangkat yang membuat wajahnya seperti mengejek.





...

☆Finally☆

Hehe, up lagi... nih tangan gatell banget ngetik kalau udah mood.

Hitung hitung nyenengin readers walau authornya juga tertekan.. draf terkahir huhu.. ini aja nambah 100 kata lebih dikit hehe..

Bentar lagi saiya ujian, do'a-in ya nilainya bagus, kalau bagus di usahain up seminggu 3  kali.. jadi berdoa yaa hehe..

Thankyu..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Best Of MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang