A PASSIONATE AGE GAP

236 6 0
                                    

Halo Pembaca Budiman,

Buat kamu yang ingin baca 6 short story kami yakni:

Buat kamu yang ingin baca 6 short story kami yakni:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1. Pulau Terpencil (Aditya-Luna)
2. Daddy's Ecs (Darius-Anya)
3. Sweet Revenge (Kevin-Clarissa)
4. Meet Me at Pavilion (Abisena-Gendhis)
5. Passionate Age Gap (Rico-Alya)
6. Obsessed (Danu-Maya)

Klik ini:

https://karyakarsa.com/Thewwg/series/hot-age-gap-romance

🔥🔥🔥

MASUKKAN CERITA INI KE LIBRARY /PERPUSTAKAAN KAMU SUPAYA SETIAP ADA PEMBARUAN BAB, KAMU BISA LANGSUNG BACA.

THIS WORK BELONGS TO FIELSYA (Fielsya)

Vote dan komen yang banyak

***

Kumatikan mesin mobil setelah memastikan bahwa posisinya di garasi sudah pas dantidak terlalu mepet dengan dua motor matic yang berjejer rapi di samping kiri, dan sebuahmobil jenis hatchback warna merah bermerk Toyota Yaris milik Reva, istriku, di sebelahkanannya.

Sambil menggulung lengan seragam cokelat kebanggaan keluarga, kutengok jam yangmelingkar ganteng di pergelangan tangan. Jam itu masih menunjukkan pukul tujuh malam.Sedikit rasa heran terlintas dalam benak, karena tidak biasanya istriku itu sudah berada dirumah jam segini.

Sejak dua tahun lalu Reva memiliki kebiasaan baru, yaitu pergi nongkrong bersamarekan-rekan modelnya hingga menjelang tengah malam. Alasannya karena bosan, tidak adayang bisa diajak bermain di rumah, atau tidak ada aktivitas berarti yang bisa dia lakukan.Hal itu tidak pernah aku permasalahkan, karena memahami kondisinya yang mungkinsedikit banyaknya tertekan karena di usia pernikahan kami yang hampir sepuluh tahun, kamibelum juga dikaruniai seorang anak. Bukan tanpa sebab, Reva mengalami penyumbatansaluran tuba yang menyebabkan terhalangnya proses pembuahan sel telur. Dokter sudahmenyarankan agar kami melakukan terapi, atau operasi pemotongan salah satu saluran tubakarena kondisinya memang sudah kronis. Namun, Reva selalu menolak yang aku sendiritidak pernah tahu apa alasan sebenarnya.

Aku keluar dari mobil, hendak masuk ke rumah. Di ambang pintu yang terbuat darikayu jati cukup lebar, aku berpapasan dengan beberapa wanita dan seorang pria yang bisakubilang sama gagahnya denganku. Postur tubuhnya begitu ideal, dengan otot-otot yangtercetak jelas di balik kemeja ketatnya.

"Mas, kami balik dulu ya. Jangan lupa, kapan-kapan Mas Rico yang main ke tempatkami. Jangan kerja mulu," sapa Nindya, salah satu sahabat Reva yang aku kenal cukup baik,sebelum akhirnya mereka berlalu dari hadapanku menuju sebuah mobil di depan gerbangyang baru saja datang.

Aku hanya tersenyum dan mengabaikan mereka yang terdengar tertawa lepas entahkarena apa. Tercium aroma alkohol begitu menyengat ketika kaki ini melangkah ke ruangkeluarga. Banyak sampah bekas makanan, puntung rokok, dan beberapa botol anggur merahdengan kualitas terbaik yang berserakan di ruangan itu.

Yang bisa kulakukan hanya menggelengkan kepala. Sudah berkali-kali aku menegurReva agar tidak bertindak keterlaluan dengan mabuk-mabukan, tapi tak sekali pun diamenggubrisku. Pantas saja di antara para wanita yang kutemui tadi, salah satunya ada yangjalan sempoyongan seraya bergelayut manja di pundak pria asing itu. Rupanya mereka telahbersenang-senang di rumahku.

Bisa kupastikan, saat ini, Reva sedang tidak sadarkan diri di kamar kami. Niat untukmasuk ke kamar, kuurungkan. Rasanya akan makin lelah saat harus menghadapi Reva yangsedang mabuk. Apalagi, libidonya yang tinggi, sudah pasti akan memaksaku untuk melayanihasratnya. Bukan aku tidak mau, tapi dia selalu beradegan hot ketika mabuk, membuatkulepas kendali, layaknya seorang wanita penghibur yang sedang melayani kliennya.Sayangnya hal itu tak berlaku ketika istriku itu dalam keadaan sadar. Seolah hubunganranjang itu hanya dilakukan karena terpaksa. Tak ada gairah, tak ada godaan, tak ada durasipanjang seperti ketika mabuk.

Sebagai lelaki normal yang begitu mencintai istri, tentunya aku sangat berharapadanya gairah yang setara ketika pergumulan itu terjadi dalam keadaan sadar. Sama-samamenikmati sentuhan, dan hentakan masing-masing. Entah sejak kapan dia berubah, yangjelas, hubungan ranjang kami sudah tak seharmonis seperti beberapa tahun lalu.Aku memutuskan untuk membersihkan diri di kamar tamu. Beruntung, ruangan initak tersentuh oleh para pemabuk itu, atau aku akan merasa pusing karena bau alkohol yangcukup menusuk indra penciuman.

Setelah melepas semua pakaian dinas harian, aku bergegas masuk ke kamar mandidengan keadaan yang sudah tanpa sehelai benang pun. Di bawah guyuran shower, akuberkhayal, seorang wanita berada di hadapanku. Membelai lembut rambut, tengkuk, hinggaadik kecilku ini. Entah siapa yang aku bayangkan, yang jelas dia bukan Reva. Sejak akumerasakan perubahannya, gairah ini tak lagi sama untuknya. Jujur saja, akhir-akhir ini pun,aku juga selalu membayangkan wanita lain ketika tubuhku tengah menyatu dengan Reva,untuk mencari kepuasan seksualku sendiri.

Di tengah aktivitasku yang sedang berusaha kembali menidurkan "adik kecilku",terdengar suara ponsel. Dengan cepat aku membasuh kepala dan wajahku, memastikanotakku kembali bersih untuk berbicara dengan orang yang sudah beberapa kali mencobameneleponku.

"Astaga, sabar dong. Lagian siapa sih, ganggu fantasi orang aja," gerutuku sambilterburu-buru mengambil handuk yang ada di lemari kecil depan kamar mandi. Kulilitkandengan cepat handuk tersebut ke bagian bawah perut, dan meraih ponsel yang sebelumnyasudah tergeletak di atas kasur. Rupanya panggilan video, dan tertera jelas di layar ponselnama penelepon, "Gadis Nakal."

"Ih, lama banget sih, angkat teleponnya? Sibuk banget ya?" Dasar bocah, nggak pakaisalam, nggak nanya kabar, malah ngomel. "Oh my God! Jadi Kakak lagi mandi? Auh,seksinya. Eh ngomong-ngomong, jangan bilang kalau Kakak lagi .... Ya ampun, kalian lagistaycation? Kok nggak ngajak sih? Second honeymoon ya?"

Ya salam, belum juga sempat jawab pertanyaan pertama, ini malah nyerocos lebihbanyak lagi. Aku mengibaskan rambut yang masih basah sambil memerhatikan wajah yangternyata tampak masih muda walaupun usia sudah lewat dari kepala tiga. Dadaku juga cukupbidang, dengan bulu-bulu yang tumbuh hampir menutupi dada bagian tengah. Pantas sajabanyak wanita yang masih berusaha mendekatiku. Rupanya aku memang masih terlihatgagah.

"Bisa nggak kebiasaanmu yang cerewet itu dikurangi? Kakak jadi bingung mau jawabpertanyaanmu yang mana?" jawabku seraya tetap memerhatikan penampilanku. Kapan lagibisa narsis di depan perempuan selain istriku?

"Yaelah gitu aja bingung. Tinggal jawab aja sih, kenapa lama angkat telfon? Lagibuatin aku ponakan di kamar mandi sambil staycation?" Si Gadis Nakal mengulangi pertanyaannya.

"Nggak juga. Aku lagi di kamar tamu ...."

"What? Kamar tamu? Ngapain Kakak mandi di sana? Kamar mandi Kakak rusak?Terus mana tuh sainganku?" tanyanya menggebu-gebu.

Ya Tuhan, kalau saja gadis ini ada di sini, dan bukan adikku, pasti akan kusumpalmulutnya dengan bibirku sendiri. Bagaimana bisa ada wanita secerewet ini? Untungnya Reva tak sebawel dia, atau aku mungkin tidak akan betah lama-lama ada di dekatnya.

"Berisik banget sih, Al? Lagian saingan apa coba? Jangan ngaco deh!" tegurku yangsepertinya paham apa kalimat apa yang akan dia lontarkan selanjutnya.

"Ya saingan, dia kan yang udah rebut perhatian Kakak dari aku. Semenjak Kakaknikah, udah nggak pernah lagi ngajakin aku staycation atau sekadar nge-mall bareng." Wajah gadis ini seketika berubah. Bibirnya maju hampir lima senti dengan wajah mendadak sendudan mata menunjukkan binar kesedihan.

"Kamu kangen Kakak, atau jangan-jangan sebenarnya kamu udah lama naksir Kakakdan cemburu sama Reva? Iya?" tanyaku penuh selidik.

***

Penasaran? Yang pengen baca lebih cepat sampai tamat, silakan ke sini:

https://karyakarsa.com/Thewwg/series/hot-age-gap-romance

Besok kita akan ketemu cerita baru. Penasaran? Stay tuned!

AGE GAP ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang