This work belongs to Fielsya (Fielsya)
Vote dan komen yang banyak.🔥🔥🔥
Almira’s POV
Cuaca di kota Surabaya lagi nggak nentu. Kadang pagi cerah, tapi malam mendadak hujan lebat, begitu pun sebaliknya. Hal yang bisa menghambat aktivitas seseorang. Nggak bisa dikeluhkan sih, karena yang nurunin hujan kan Tuhan, bukan manusia. Cuma ya kadang-kadang aku juga happy, jadi punya alasan untuk membatalkan janji yang kurang sreg di hati.
Seperti hari ini, aku yang lagi mager alias malas gerak ternyata didukung Tuhan untuk bisa batalin janji hangout bareng temen-temen kampus. Bukan tanpa sebab, mereka jelas akan membawa pacar masing-masing, sedangkan aku hanya seorang jomlo sejati sejak lahir. Bukan karena tidak ada yang tertarik padaku. Hanya saja melihat rumitnya hubungan teman-temanku yang mayoritas terjebak dalam hubungan toxic, aku jadi malas menjalin hubungan dengan lawan jenis. Di tambah papa dan kakakku yang super over protective pasti akan membuat lelaki mana pun yang mendekat, merasa tidak nyaman.
Tapi ya udah lah ya, namanya juga hidup, kadang memang ada orang yang sangat menyayangi kita, melakukan banyak hal untuk melindungi kita dari hal-hal yang tidak kita inginkan. Mungkin itu juga cara papa dan kakakku untuk menjagaku dari banyaknya laki-laki yang tidak baik. Toh nggak ada ruginya juga kalau sampai detik ini aku jomlo. Nggak perlu merasa sakit hati atau cemburu kepada siapa pun. Aku bebas melakukan apa pun dan pergi ke mana pun sesuka hatiku tanpa harus memikirkan orang lain, apakah dia akan setuju atau tidak. Ya, tentunya hal itu tetap harus seizin bodyguard pribadiku.
Suasana sendu di rumah sangatlah nyaman. Hawa yang biasanya terasa panas hari ini terasa sejuk setelah beberapa jam kota ini diguyur hujan tanpa henti. Makan seblak level pedas maksimal dipadu dengan teh hangat sepertinya enak menemani malamku yang sunyi, sepi, dan sendiri.
Ya, rumah ini sangat sepi malam ini karena kedua orang tuaku dan para ajudannya sudah pergi ke luar kota. Harusnya mereka berangkat besok lusa, tetapi entah karena urusan mendesak apa hingga mereka terpaksa berangkat malam ini juga. Kalau saja tahu akan begini, aku menginap dari sekarang saja di rumah kakakku. Tapi mau bagaimana lagi? Tadi aku sudah mengabarinya kalau akan mulai menginap di sana lusa.
Sungguh membosankan, walaupun di rumah ini masih ada beberapa orang asisten rumah tangga dan seorang penjaga rumah, tapi tak ada yang bisa kuajak ngobrol. Jam sepuluh malam adalah waktu istirahat untuk mereka setelah hampir seharian mengerjakan hampir seluruh pekerjaan rumah yang luasnya nggak kira-kira gini.
Beberapa kali aku coba memejamkan mata, berharap bisa langsung tidur dan terbangun di pagi yang cukup cerah. Namun tak ada hasil. Mata ini tak bisa diajak kompromi, seolah ingin mengajakku begadang, mereka tak membiarkanku merasakan kantuk sedikit pun.
Kucoba menghidupkan laptop di atas meja belajar, berniat menonton beberapa series baru yang sedang booming. Bukan drama korea melainkan series Indonesia, karena sejujurnya aku kurang suka menonton pria-pria cantik seperti kebanyakan perempuan di luar sana.
Di tengah menunggu laptop yang masih dalam proses menyala, terdengar suara ketukan pintu.“Siapa?” tanyaku.
“Al, ini aku, Rico,” sahut seseorang di balik pintu. Setelah mendengar namanya, seketika petir menggelegar di luar sana dan membuat listrik di rumah padam.
Jantung rasanya mau copot, kenapa adegan ini mirip dengan adegan-adegan yang ada di film horor? Lagi pula rasanya aneh, kenapa juga tiba-tiba Kak Rico ada di sini jam segini? Bukankah tadi dia bilang akan berusaha memperbaiki masalah rumah tangganya dengan Mbak Reva? Mana mungkin ada di sini? Jam segini pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGE GAP ROMANCE
القصة القصيرةThe WWG datang lagi membawa project baru bertema THE WWG HOLIDAY PROJECT. Terdiri dari kumpulan cerita adult romance yang semuanya bertemakan age gap. Dalam kumpulan cerita ini, kamu akan dibawa ke dalam kisah-kisah romansa yang muncul tanpa rencan...