OBSESSED (4)

114 3 0
                                    

THIS WORK BELONGS TO RY-SANTI (Ry-santi)

Vote dan komen yang banyak

🔥🔥🔥

Orang bakal menilai kalau Maya seperti masuk ke kandang macan yang berani-beraninya datang seorang diri ketika jarum jam menunjukkan pukul delapan malam. Mungkin ada juga yang mencemooh Maya tak memiliki pendirian untuk terus menjauhi Danu. Tentu saja, pendapat kedua itu tetap Maya lakukan dan malam ini harus berakhir karena dia sudah mantap akan memilih Gema.

Mana mungkin dia menyia-nyiakan Gema hanya demi mendapatkan seorang pria labil yang suka marah-marah?

Dan umur! Inget, May, dia 38! Kamu 22! Gila apa naksir om-om!

Dia manggut-manggut membenarkan dewi batinnya selagi mengedarkan pandang, mengawasi setiap detail perabotan yang tidak pernah jauh berbeda dari yang terakhir kali dilihat. Serba minimalis. Serba hitam dan putih. Serba misterius.

Ngebosenin banget deh hidupnya Om-om ini!

Sejujurnya Maya ingin bicara to the point supaya tidak terlalu lama berinteraksi dengan Danu. Ibarat magnet, semakin lama dia berdekatan maka semakin sulit terlepas dan keraguan di hatinya bakal membesar. Lagi pula, masih banyak perempuan lain yang bisa digaet Danu—lebih matang dan cantik. Kenapa pula lelaki itu masih terpaku pada dara muda sepertinya?

Sayang, begitu disambut sang pemilik apartemen, cacing-cacing dalam perut Maya langsung berdemo akibat setengah porsi udon tak mampu memuaskan rasa lapar. Alhasil, dia mengumpat, menepuk perut yang justru menimbulkan ajakan makan malam. Kini, lelaki itu tengah berkutat di dapur, menggoreng beberapa potong ayam kremes yang sialan menggiurkan.

Termasuk orangnya, pikir Maya yang kemudian menepuk bibirnya sendiri.

"Jangan gila jadi cewek," gumam Maya sepelan mungkin lantas meneruskan pengamatannya ke sekitar.

Apartemen Danu masihlah sama, berada di Kuningan yang merupakan sentra bisnis elit ibukota beserta sederet kemewahannya. Maya membatin, Danu memang kaya sejak orok meski tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang berlabel old money. Hanya saja, silsilah keluarga Danu tidak boleh diremehkan, apalagi ayahnya pernah menjabat sebagai kepala Dinas Kesehatan Kota sebelum naik menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi lima belas tahun silam. Poin penting lagi, Danu anak tunggal dan digosipkan belum menikah lagi selepas berpisah secara resmi dari istri.

Pandangan Maya beredar, meneliti setiap detail perabotan yang dimiliki Danu alih-alih membantu si empunya apartemen menggoreng. Tidak! Maya tidak akan serta merta merelakan secuil tenaganya menolong Danu. Dia bukan tipikal mothering treatment karena pria dewasa seperti Danu tentu tidak butuh diperlakukan layaknya anak kecil. Terlalu tua, batin Maya.

Alasan lain adala dua manusia yang berada di satu tempat bersama pasti ujung-ujungnya akan terlibat sesuatu yang tidak diinginkan. Maya sudah hafal trik-trik murahan yang dibacanya melalui novel online. Dia sudah membangun dinding setebal tembok Cina agar Danu tidak meluncurkan rayuan.

"Gimana keadaan kamu?"

Suara Danu memecah keheningan yang tercipta ketika dia membalikkan badan tuk menyodorkan ayam goreng kremes ke atas meja makan.

"B aja," jawab Maya melirik Danu. "Kapan sih dokter bisa berpenampilan kayak bapak-bapak pada umumnya?"

Danu mengerutkan hidung tak mengerti. "Maksud kamu?" Dia mematikan kompor listrik dan mengambil dua piring dan dua sendok, memberikannya kepada Maya. Sejenak Danu memindai gaya pakaiannya sendiri; sweatpants abu-abu dan kaus putih longgar. Tidak ada yang salah lantas bocah ingusan di depannya ini kenapa malah protes, batin Danu. Tak mengindahkan sindiran Maya, Danu membuka kulkas dan mengambil dua kaleng soda.

AGE GAP ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang