bab 11: MENANGIS

90 8 3
                                    


Happy reading!
....

Akhirnya mereka berdua sampai dikediaman CLARICHEL, yaitu rumah Fika.

Saat masuk, Fika langsung dihadiahkan dengan tatapan intimidasi oleh bundanya Sahira, ayah Revan memang belum pulang kerja dari kantornya.

"Assalamualaikum bunda" ucap Fika dan Ilham dengan bersamaan ketika sampai dihadapan bunda Sahira

Fika memperlihatkan cengirnya dengan segera berjalan terlatih latih menyalam tangan bundanya. Begitu pun dengan Ilham, ia juga ikut menyalam tangan mertuanya itu.

Bunda Sahira mengerutkan keningnya mulai khawatir melihat keadaan anaknya yang berjalan seperti itu.

"Wa'alaikumsalam, kenapa kaki kamu?" Tanya bunda Sahira langsung segera membantu Fika duduk disalah satu sofa diruang tamu mereka, diikuti oleh Ilham juga sambil membantu gadis itu berjalan.

"Tadi Fika kepeleset dirumah manda, jadi kakinya terkilir deh" jawab gadis itu dengan takut takut sambil memperlihatkan senyumannya.

"Udah diobatin belum? Nanti di bawa ke tukang urut aja deh" perkataan bunda Sahira dengan nada khawatirnya membuat Fika langsung cepat menggeleng tidak setuju.

"Nggak usah di bawa ke tukang urut bunda, tadi udah diobatin manda sama keni kok" Tolak Fika merasa sangat bersalah saat ini, apalagi ia telah berbohong kepada bundanya itu.

Memang Fika sangat suka memanjat pohon sendari kecil, tetapi kedua orangtuanya sudah melarang karena takut terjadi hal yang tidak tidak kepada anaknya.

"Yaudah, Fika istirahat ya sayang, kalian udah sholat atau belum?" Tanya bunda Sahira dengan serius menatap keduanya.

"Udah bunda, tadi Ilham sama Fika udah sholat di mesjid yang nggak jauh dari sini" jawab gadis itu langsung membuat bunda Sahira tersenyum bahagia.

"Bunda tau gak? Ilham udah mulai rajin sholat loh, bahkan dia selalu ajak Fika sholat tepat waktu" ungkap gadis itu membuat ilham yang berada disampingnya langsung memalingkan wajahnya karena malu.

"Iya dong, itu kan kewajibannya Ilham. Dia kan mau menjadi suami yang baik untuk Fika" refleks wanita itu langsung menutup mulutnya karena keceplosan.

Ilham yang sedang memalingkan wajahnya tadi pun langsung segera menatap wanita itu dengan sedikit panik.

Fika masih berusaha mencerna semuanya "hah, suami? Kapan Ilham jadi suaminya Fika?" tanya gadis itu dengan menatap bergantian bunda Sahira dan Ilham.

"Maksudnya bunda barusan, ada kemungkinan kalau gue bakal jadi contoh calon suami yang baik untuk lo kelak saat kita nikah nanti" penjelasan Ilham langsung dapat membuat Fika mengangguk paham.

"Ohh, emangnya Ilham mau jadi suaminya Fika dimasa depan?" Tanya gadis itu dengan antusias mengedipkan matanya centil kepala Ilham.

"Hmm" ilham hanya berdehem sebagai jawaban dan mencoba menetralkan detak jantungnya saat ini.

"Heh! Genit banget kamu! Siapa yang ngajarin sih? Pusing bunda lama lama ngeliat kelakuan kamu!" Kesal bunda Sahira sambil memukul pelan punggung Fika.

"Bunda masuk kamar dulu deh, bunda mau cepat siap siap untuk pergi ke kantor ayah. Sebentar lagi suami bunda bakal datang jemput bunda" Sambung wanita itu dengan begitu senang mencium kening Fika dan Ilham secara bergantian, setelahnya ia pun langsung berlalu pergi berjalan memasuki kamarnya.

FIKHAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang