bab 18: KECEWA

57 6 0
                                    


Happy reading!

....

Fika membalas pelukan Ilham dengan tak kalah erat juga. Ilham sekarang bisa merasakan kalau gadis itu sangat basah saat ini, begitu banyak keringat yang ada di seluruh tubuh dan juga wajahnya.

"Fika takut Ilham!" Ucap nya dengan begitu lirih, hanya ilham yang dapat mendengarkan hal itu.

Ilham semakin merasa dirinya tidak berguna, ternyata ia telah lalai dan gagal dalam menjaga istrinya.

"Jangan takut ya, kan sekarang udah ada gue?" Ilham yang mencoba menenangkan gadis yang sudah kembali menangis itu.

Semuanya ikut sedih melihat keadaan Fika yang seperti ini, biasanya mereka melihat gadis itu selalu ceria, tapi sekarang malah sebaliknya.

Fika dan Ilham masih saja berpelukan, tetapi mata Fika mulai menelusuri satu persatu orang yang ada disana. Hingga tatapan sayu nya berhenti pada seorang gadis yang bersama Ilham di mall waktu itu.

Fika mulai tersadar dan langsung melepaskan pelukannya dengan Ilham dan malah kembali semakin menangis.

"Kenapa, hmm?" Tanya Ilham ingin memegang tangan gadis didepannya tetapi langsung cepat ditepis oleh Fika.

"Kenapa sayang? Ada yang sakit?" Tanya Revan yang khawatir mulai mendekati putrinya dan memeluknya erat, tetapi kali ini Fika tidak memberontak seperti tadi lagi.

"Fika gak mau lihat Ilham ayah" cicit Fika yang berbisik kepada ayahnya.

Revan yang mengerti pun menghela nafasnya dengan pelan. Istrinya Sahira sudah menceritakan apa yang telah diceritakan Fika kepadanya, bahkan Fika menceritakan tentang kedekatan Ilham dengan seorang gadis sambil menangis waktu itu.

"Sayang, ini bunda nak" ucap bunda Sahira segera menghampiri Fika dan ikut memeluknya juga.

"Bunda, Fika gak mau lihat Ilham untuk sekarang ini" kali ini gadis itu berbisik kepada sang bunda mencoba menahan suara tangisannya.

Bunda Sahira pun langsung menatap suaminya untuk meminta pendapat, hingga ayah Revan pun akhirnya mengangguk. Sekarang yang terpenting adalah membuat putrinya merasa nyaman dan tidak sedih lagi.

"Ilham, ayah mau bicara sebentar sama kamu, ikut ayah!" ucap ayah Revan membuat semua pasang mata menatap ke arahnya.

Ilham sedikit bingung, tetapi ketika ia menatap Fika, gadis itu malah memalingkan tatapannya seperti tidak mau melihatnya.

Akhirnya Ilham mengangguk pasrah dan mulai mengikuti langkah ayah Revan keluar dari ruangan istrinya.

Setelah kepergian kedua orang itu, tatapan semuanya kembali kepada Fika yang sedang memeluk bunda Liana.

Liana sangat merasa bersalah, ia telah membuat keputusan yang dapat membahayakan menantunya, sungguh ia merasa sedih melihat keadaan Fika yang seperti ini.

"Bunda, Fika gak mau lihat cewe itu" lirih Fika yang dapat didengar oleh Sahira dan Liana.

Mereka yang mengerti arah pembicaraan Fika pun langsung beradu pandang. Kalau mereka bilang Cia pulang sekarang, pasti gadis itu akan takut karena tidak ada yang menemaninya dirumah, hanya ART saja.

Tak lama setelahnya Ilham dan Revan akhirnya datang kembali masuk kedalam ruangan Fika, tetapi Ilham berhenti didekat pintu ruangan.
Dan Revan, ia segera menghampiri Novan untuk menjelaskan semuanya kepada sahabatnya itu.

Ilham tidak melepaskan tatapannya dari istrinya yang sedang menghindari tatapannya, begitu kecewa kah gadis itu kepadanya.

"Semuanya, Ilham pulang" pamit Ilham kepada semua orang yang ada disana.

FIKHAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang