🥀🥀🥀
Arjuna menatap Diandra dengan sebelah alis terangkat. "Serius kamu mau melakukan itu?" tanya Arjuna.
Ia sedikit khawatir karena kejadian saat itu membuat Diandra sedikit tertekan. Tidak mudah baginya untuk berhadapan dengan wartawan.
"Saya butuh seseorang, paparazzi mungkin? Jadi foto itu diambil secara diam-diam seperti pertama kali foto kita tersebar." Diandra menjelaskan secara singkat.
"Kamu yakin?" tanya Arjuna dengan ekspresi ragu yang kentara di wajahnya.
Diandra mengangguk tegas, meski dalam hatinya ada sedikit keraguan. "Ya, saya yakin. Foto-foto itu akan terlihat lebih natural kalau diambil tanpa kita sadari. Kalau terlalu formal, publik bisa mencium kalau semuanya hanya rekayasa."
Arjuna menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap wanita di depannya dengan pandangan yang sulit ditebak. "Kamu sudah memikirkan ini dengan matang?"
Diandra tidak menjawab langsung. Ia hanya meneguk segelas air putih di depannya, mencoba mengendalikan pikirannya yang bergejolak. "Saya baru memikirkan hal itu beberapa saat lalu, tapi sepertinya itu langkah awal yang bagus."
Arjuna mengangguk paham. "Sebenarnya ada yang lebih baik dari itu."
Diandra mengernyit menatap Arjuna.
"Minggu depan ada acara Gala dinner. Itu acara amal tahunan yang cukup besar. Banyak pejabat dan selebriti yang hadir. Termasuk saya. Tapi kamu harus bersiap dengan sorotan media yang cukup besar. Kamu akan benar-benar jadi pusat perhatian."
"Keluarga saya pasti akan hadir di acara itu, kan?" Tatapan Diandra berubah ragu ketika bertanya tentang hal itu.
"Seharusnya iya, mereka terkenal dengan kedermawanannya. Begitulah mereka di depan publik," jawab Arjuna dengan dikit nada sindirian di akhir kalimat. "Mahardika pasti menghubungi kamu dalam waktu dekat dan mengajak kamu menghadiri acara itu," jawab Arjuna santai. "Tentang Mahardika ... saya gak akan lelah buat ingetin kamu biar gak terlalu dekat sama dia. Dia itu gak sebaik yang kamu kira. Cara dia memperlakukan kamu itu seperti bukan pada seorang adik, tapi seorang wanita. Tapi, terserah kamu mau percaya atau nggak."
"Tapi ...." Diandra tidak melanjutkan kalimatnya. Ia kembali mengingat sikap Mahardika yang sedikit aneh akhir-akhir ini.
"Setelah saya tahu hubungan kamu dengan Utari itu bukan anak dan ibu kandung. Berarti Mahardika hanya punya hubungan darah dengan papa kamu, kan?" Arjuna sedikit mengorek informasi pribadi Diandra tentang silsilah keluarga mereka. Arjuna juga tidak memanggil Utari dengan sebutan Mama ataupun sapaan sopan lainnya pada yang lebih tua.
Diandra mengangguk ragu.
"Tapi ... tunggu dulu." Arjuna merasa janggal. "Kenapa Mahardika bisa lahir lebih dulu dari kamu? Apa sebelum papa kamu menikah sama mama kamu ... dia sudah menikah dengan Utari?"
Diandra kembali ragu untuk menjawab pertanyaan Arjuna. Ia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada pria itu.
"Kalau kamu gak bisa cerita sekarang, gak masalah. Saya cuma ngerasa aneh aja dan bertanya-tanya, kenapa Utari menyebut kamu anak tidak sah kalau papa sama mama kamu menikah secara sah."
Diandra terdiam, pandangannya menunduk. Pikirannya berkecamuk, mencoba memilah mana yang bisa ia ceritakan dan mana yang harus tetap ia simpan sendiri. Ucapan Arjuna mengenai Mahardika dan Utari membuka kembali luka lama yang sedang ia coba abaikan.
Diandra menarik napas dalam dan kembali mengangkat wajahnya untuk menatap Arjuna. Akhirnya Diandra menceritakan sedikit tentang dirinya dan ternyata Arjuna sama sekali tidak mengetahui tentang dirinya yang tinggal di Swiss selama lima belas tahun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Panggung Sandiwara
RomanceDiandra Ardani Kusuma adalah seorang putri yang terbuang dari keluarga Kusuma. Sejak kecil, ia sudah diasingkan ke luar negeri. Namun, Diandra terpaksa kembali ke Indonesia karena Irwan Kusuma, ayahnya, menjodohkan Diandra dengan Arjuna Gunawan Sant...