Bab 16

4.5K 205 1
                                    

🥀🥀🥀

Diandra masih diam setelah beberapa saat mendengar ucapan itu. Ia menatap pria itu dengan wajah kebingungan. Sikap Arjuna benar-benar tidak bisa ditebak. Ia tidak bisa membedakan mana dirinya yang sedang akting atau benar-benar tulus dengan ucapannya. Diandra tidak bisa memercayainya begitu saja.

"Terkadang kamu terlihat menyepelekan hal-hal seperti ini," ujar Diandra. "Kamu seolah bisa dengan mudah melakukan itu. Tapi nyatanya gak dibuktikan!" Diandra melanjutkan dengan nada sarkastik.

"Apa kamu merasa kecewa terhadap sesuatu?" tanya Arjuna.

Diandra terdiam. Ia masih menatap pria itu tajam, tetapi sorot matanya penuh dengan emosi yang sulit diartikan. Kemudian, Diandra memutus tatapannya dengan membuang muka ke arah lain.

"Udahlah, saya capek debat terus sama kamu." Diandra berusaha melepaskan cengkeraman tangan Arjuna di pergelangan tangannya. Namun ternyata, Arjuna malah semakin erat menggenggamnya.

"Arjuna, lepaskan tangan saya sekarang!" Diandra memperingatkan dengan suara yang cukup lantang. Dagunya terangkat menatap pria itu.

Arjuna mendengkus seraya menunjukkan seriangainya. Ia merasa tertantang dengan sikap Diandra yang seperti ini. Arjuna maju selangkah sehingga jarak mereka semakin dekat. "Siapa yang lebih dulu mengajak berdebat?" tanya Arjuna dengan nada rendah. "Saya berkata baik-baik sama kamu. Tapi jawaban kamu seperti itu."

"Karena kamu bicara sesuatu yang mustahil!" Amarahnya mulai terpancing karena pembicaraan itu. "Pernikahan kita itu, tidak lebih dari sekadar formalitas! Kita tidak akan pernah—"

"Saya tahu pernikahan ini karena perjodohan dan sedikit dipaksakan, karena untuk membersihkan nama baik keluarga saya! Tapi kamu harus ingat, gak ada perjanjian hitam di atas putih tentang pernikahan kita!" Arjuna memotong ucapan Diandra. "Saya memang terikat perjanjian dengan Mama kamu, tapi saya merasa muak karena dia memperlakukan kamu seperti itu! Saya diam bukan karena gak peduli." Mata pria itu berkilat-kilat menatap Diandra. "Apa kamu kecewa karena itu? Karena saya gak bisa membuktikan ucapan saya kemarin?"

Diandra membuang muka. Napasnya sedikit tersengal-sengal. Karena amarah yang tertahan. Diandra enggan mengakui perasaan itu. Ia salah karena sudah berharap pada Arjuna. Mau bagaimanapun, mereka tidak akan berhasil dalam pernikahan ini. Arjuna sudah dikontrol oleh Utari sampai pria itu tidak bisa berkutik. Nama keluarganya menjadi taruhan jika terlibat lebih jauh bersama Diandra.

Sebenarnya Diandra penasaran, perjanjian apa yang disepakati oleh Arjuna dan Utari. Namun, karena amarahnya, ia tidak mengeluarkan pertanyaan itu.

Arjuna membuang napas frustrasi. Kemudian, ia melepaskan tangan Diandra. "Oke, kalau kamu gak mau memperbaiki hubungan kita dan lebih nyaman seperti sebelumnya. Tapi saya punya satu permintaan, besok kamu harus ikut ke rumah saya, keadaan Mama drop pagi tadi."

Diandra sontak menatap Arjuna dengan raut wajah khawatir yang tidak terlalu kentara.

"Mama mau ketemu kamu dan saya berjanji bawa kamu ke rumah besok. Mau gak mau, harus ada sedikit sandiwara di depan keluargaku, terutama Mama," lanjut Arjuna.

Diandra tahu jika keadaan ibu mertuanya sedang tidak baik. Ketika pernikahan mereka pun, wanita itu tidak mengikuti resepsi sampai akhir karena tidak boleh terlalu kelelahan. Puspita itu tipe mertua yang baik, Diandra menghormatinya, tidak seperti pada Utari. Ia menghormati Puspita seperti pada ibunya sendiri. Mendengar kabar itu membuat dirinya terkejut.

"Saya harap kamu bersedia ketemu Mama dan memperlihatkan kalau hubungan kita memang baik-baik aja." Arjuna menambahkan sebelum akhirnya ia meninggalkan Diandra di sana. Pria itu pergi ke kamarnya setelah mengatakan hal itu.

Panggung SandiwaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang