20

1.9K 288 14
                                    

_OBSESI_

Angin malam mengenai wajah mereka. Pertemuan Marsha dan Zeran di restaurant dan kejadian yang tak terduga membuat mereka memutuskan pergi dari restaurant saja. Sebenarnya Marsha yang meminta, alasan sebenarnya dia tak mau lagi melihat Zeran duduk di meja yang sama dengan si Kathrin-Kathrin itu. Namun, tentu Marsha tak mengungkapkan alasan yang sebenarnya karena malu, jadi dirinya beralasan kalau sudah tidak mood saja di tempat itu dan mengajak Zeran keluar. Akhirnya Zeran dengan perasaan tak enak menghubungi Kathrin kalau harus pergi, begitu pun dengan Marsha.

Jadilah sekarang mereka berkendara motor dengan Zeran yang menyetir. Mereka masih berkeliling tanpa tujuan yang jelas, sebab Marsha ditanya mau kemana, jawabnya selalu saja 'terserah'. Zeran tentu menjadi bingung, dia juga tak tau tempat yang Marsha suka. Motor Zeran berhenti disaat lampu lalu lintas berwarna merah. Dia memandang Marsha melalui spion motornya sejenak lalu mencoba kembali bertanya pada Marsha.

"Sha beneran deh daripada ga jelas muter-muter gini, kita enaknya kemana?"

"Ke tempat kamu aja," jawab Marsha akhirnya.

"Ha?! Tempat aku?"

"Ck, iya rumah kamu."

"Duh yang lain aja deh jangan di tempatku. Kita nongkrong aja dimana kek gitu." Sebab tak sembarang orang yang biasa masuk ke tempat tinggal Zeran, dia cukup private. Selain teman-temannya, belum ada yang dibolehkan masuk.

"Lo tadi nanya mau kemana, sekarang gue jawab, tapi lo nya ga mau! Gimana sih? Gue maunya ke tempat tinggal lo, sekarang!"

Apa gua bawa ke rumah Mama, Papa? Eh, jangan nanti yang ada mereka heboh dan ngira kalau gua bawa balik pasangan. Padahal gua sama Marsha kan ga ada hubungan apa-apa. Batin Zeran beradu dengan pikirannya.

"Heh! Malah bengong. Jalan lampunya udah berubah ijo," kata Marsha sambil menepuk pundak Zeran. Zeran yang tersadar langsung melajukan kembali motornya.

"Tapi apartemen aku berantakan belum aku beresin," kata Zeran mencari alasan.

"Bisa gue beresin!" jawab Marsha yang keras kepala tetap ingin pergi ke tempat Zeran. Setelah berpikir akhirnya Zeran menyetujui. Sepertinya tak apa membiarkan Marsha memasuki apartemennya. Itu lebih baik daripada harus ke rumah orang tuanya. "Oke oke, kita ke sana," jawab Zeran.

"Daritadi kek semudah itu, lama banget mikirnya. Kayak lo nyembunyiin apa aja di sana. EH! Jangan-jangan lo nyimpen cewe ya di sana?!"

"Mana ada! Enggaklah, aku mana pernah biarin orang lain nginep di tempatku, kecuali kepepet aja," jelas Zeran. Bisa-bisanya dia dituduh seperti itu. Padahal jika diingat dia bahkan tak pernah membiarkan wanita masuk ke apartemennya kecuali sang ibu.

"Siapa tau pernah masukin cewe seksi yang waktu itu," cibir Marsha, tentang perempuan yang katanya penghuni apartemen sebelah Zeran.

"Enggak Marsha," jawab Zeran yang lama-lama jengah juga dituduh aneh-aneh.

_OBSESI_

M

ereka sudah sampai di depan apartemen Zeran dengan pemilik kamar yang sedang membuka pintu aksesnya. Setelah pintu berhasil dibuka, Marsha dipersilahkan untuk masuk. "Silahkan masuk," ucap Zeran. Marsha pun masuk, melepas sepatunya lalu meletakkan di atas rak sepatu dekat pintu.

Dia berjalan masuk sambil memperhatikan isi dari apartemen Zeran ini, yang cukup rapi dan terasa nyaman. "Kata lo tadi apartemennya berantakan, kok gue ga lihat barang satu pun yang berantakan ya?"

"Eee... anu." Zeran menggaruk kepalanya bingung menjawab, karena tadi kan dia hanya berapasan saja agar Marsha tak jadi datang ke tempatnya. "Aku baru inget kalau tadi pagi udah aku beresin," jawab Zeran, meskipun terdengar kurang masuk akal. Zeran mah tidak pandai berbohong.

Marsha duduk di sofa yang empuk menyandarkan punggungnya di sana. "Mau minum apa Sha?" tanya Zeran. Dia sebagai pemilik apartemen harus melayani tamu dengan baik kan.

"Alkohol ada ga?" celetuk Marsha. Lantas Zeran menampilkan wajah datar malasnya saat mendengar itu. "Racun ada nih," sahut Zeran. Marsha terkekeh menanggapi.

"Aku enggak menyediakan alkohol, kalau mau ya di club atau bar sanalah," jelas Zeran.

"Bercanda doang, serius banget sih. Terserah deh mau lo kasih minum apa bakalan gue minum," ungkap Marsha.

"Aku kasih air kobokan aja ya kalau gitu?" celetuk Zeran bercanda tentunya.

"Ih nyebelin banget sih?!" pekik Marsha.

"Nyebelin gini, tapi kamu suka kan?" goda Zeran menaik turunkan alisnya lalu pergi ke dapurnya menyiapkan minum. Marsha mendengus karena tak bisa mengelak apa yang dikatakan Zeran benar. Sekarang dia merutuki diri, kenapa hatinya harus jatuh pada Zeran?

Marsha bangkit dari duduknya lalu melihat sekitar, memperhatikan buku-buku yang tertata rapi disebuah rak kecil dan juga beberapa foto yang terpasang di figura, sepertinya itu hasil jepretan Zeran sendiri yang lalu dicetakkan. Marsha terus memperhatikan setiap sudut dengan serius.

"Marsha ini minumnya," ucap Zeran yang sudah selesai dan meletakkan segelas minuman jeruk dan satu toples berisi cookies di atas meja. Marsha mendekat dan kembali duduk, meraih minuman itu dan meminumnya. "Makasih ya," ucap Marsha setelah sedikit merasakan minuman jeruk itu.

"Aku cuma punya cemilan ini, belum stock juga. Lagi pula akhir-akhir ini juga sibuk jadi ga sempet isi-isi kulkas," jelas Zeran.

"Iya enggak apa-apa. Eh btw gue boleh pinjem toilet ga?"

"Boleh, toiletnya ada di sana sebelah dapur pintu hitam."

"Toiletnya cuma ada itu?"

"Ada dua sih, satunya toilet di kamarku," jelas Zeran.

"Kalau gitu boleh gue pinjem toilet di kamar lo aja ga?" tanya Marsha. Tentu Zeran mengernyit heran mendengarnya, padahal sama-sama toilet, tapi kenapa Marsha malah ingin yang di dalam kamarnya?

"Emangnya kenapa kalau toilet yang di luar?" tanya Zeran.

"Eee... gapapa sih, cuma setau gue kadang isi toilet kamar itu lebih lengkap," jelas Marsha yant terlihat gugup. "Kalau ga boleh gapapa, gue ke toilet itu aja," elak Marsha.

"Yaudah boleh," jawab Zeran segera. Marsha di sini tamu, tak enak rasanya kalau Zeran tak menuruti keinginan Marsha. Jadi lebih baik dia iyakan saja. "Kamarku di sana, masuk aja enggak aku kunci," tunjuk Zeran pada pintu berwarna putih.

"Beneran nih?"

"Iya Marsha." Marsha tersenyum lalu segera bangkit menuju pintu kamar Zeran, dia masuk ke dalam dan seketika bisa melihat isi kamar Zeran yang tak kalah rapi.

"Jarang banget ada cowo yang bersihan kayak gini," monolog Marsha sambil memperhatikan sekeliling. Lalu senyuman kecil muncul dibibir Marsha, tapi nampak... aneh.















Dah maap buat typo.

OBSESI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang