24

2K 286 29
                                    

_OBSESI_

Di dalam perjalanan Marsha hanya diam, bersedekap dada menatap luar jendela, enggan menoleh ke samping yang di situ ada Zeran mengemudi mobilnya. Setelah pekerjaan Marsha selesai, dia sempat pulang diikuti dengan Zeran, tapi kemudian mereka keluar lagi untuk makan malam bersama. Zeran yang berinisiatif mengajak, karena dirinya memang ingin saja menghabiskan waktu bersama Marsha. Dan mereka sekarang mengendarai mobil Marsha, ini adalah saran dari Ashel, agar Marsha lebih aman saja ketimbang naik motor. Terlebih Marsha baru saja selesai bekerja, agar dia bisa beristirahat lebih leluasa.

Namun, lelaki itu sekarang merasa janggal dengan Marsha yang tiba-tiba menjadi diam seribu bahasa. Padahal tadi terlihat biasa saja saat pertama kali dia datang untuk melihat Marsha, tapi mengapa sekarang menjadi berbeda?

Zeran masih tak menyadari kalau diamnya Marsha itu karena cemburu saat dirinya tadi berfoto dengan beberapa perempuan cantik. Sekarang dia mau mengajak Marsha berbincang pun seakan mati topik, karena tak sekali dua kali Marsha membalas percakapannya atau bahkan malah mematikan topik. Perubahan Marsha sangat terlihat jelas, membuat Zeran sekarang bingung sendiri.

Gua salah apa ya? Perasaan gua ga ngapa-ngapain, akh! Dasar cewe susah ditebak! Batin Zeran menggerutu. Zeran tak pandai meluluhkan hati perempuan yang sedang tidak mood. Sepertinya dia butuh bantuan mbah Googlog. Satu tangannya merogoh ponselnya di saku celana, lalu diam-diam mencari dipencarian cara mengembalikan mood wanita. Di salah satu artikel yang Zeran baca tertulis bahwa sesuatu yang manis dapat mengembalikan mood, mungkin Zeran akan mencoba cara ini.

Apa gua kasih es krim aja ya? Tapi udah malam, apa si Marsha gapapa makan es krim malam-malam? pikirnya.

"Kalau naik mobil tuh fokus ke depan, jangan sambil main ponsel. Kalau amit-amit terjadi kecelakaan gimana? Gue masih belum nikah sama lo, jangan sampai kenapa-kenapa," celetuk Marsha yang cukup menganggetkan Zeran. Lelaki itu terkekeh canggung dan memasukkan kembali ponselnya ke saku. "Maaf," ucap Zeran setelahnya.

Ga ada salahnya mencoba. Mumpung di depan ada toko es krim. Batin Zeran lagi. Tak jauh beberapa saat, Zeran menepikan mobil di depan toko es krim. "Mau ngapain kok berhenti di sini? Kita kan mau makan di resto," bingung Marsha.

"Sebentar ya cantik." Dia tanpa persetujuan melepas sabuk pengaman, beranjak keluar, meninggalkan Marsha sendiri. Namun, di dalam lubuk hati Marsha merasa berbunga karena disebut cantik oleh Zeran. Kini senyuman terbit dibibirnya dan pipinya memerah tak bisa menutupi rasa malunya. "Nyadar juga kalau gue cantik," kata Marsha dengan perasaan bangga.

Dia mengeluarkan bedak dan lipstik untuk kembali memoles wajahnya. "Akan gue bikin lo kepelet sama gue, dan ga bisa lirik cewe lain selain gue!" monolog Marsha dengan keseriusan.

Tak lama Zeran kembali dengan satu cup es krim ditangannya. Dia masuk ke dalam mobil dan langsung menyerahkan es krim itu pada Marsha. "Buat kamu. Aku ga tau kamu sukanya rasa apa, jadi aku beliin aja rasa strawberry," jelas Zeran.

"Kan gue ga minta es krim."

"Tapi aku mau ngasih kamu es krim. Aku tau suasana hati kamu sedang ga baik, dan aku gatau apa penyebabnya. Tapi kalau itu semua terjadi karna aku, aku minta maaf ya? aku beneran minta maaf atas apa yang tanpa sadar aku perbuat sampai buat kamu kesel," ungkap Zeran, yang sebenarnya saja dia masih tak tau apa yang salah dari dirinya. Namun, tak ada salahnya untuk meminta maaf agar masalah cepat selesai, dan berharap Marsha menceritakan apa penyebabnya jadi kesal seperti itu.

Mendengar itu Marsha luluh. Meski rasa cemburunya masih ada, tapi sebagian berhasil tersingkir dengan ketulusan yang dia rasakan dari penyampaian Zeran. Dia jadi merasa bersalah karena membiarkan perasaan cemburu menguasainya, tapi semua seperti diluar kendali. Dia hanya takut Zeran berpaling darinya, ya meski pun mereka belum ada hubungan. Namun, Marsha sudah menganggap Zeran adalah miliknya dan itu tidak bisa diganggu gugat. Jika ada yang berani mengusik maka harus berhadapan dengan Marsha. Dia rela menjadi wanita gila demi miliknya tetap menjadi miliknya.

"Aaa makasih, lo sweet banget sih," puji Marsha. Dia menerima es krim itu dengan perasaan bahagia, bahkan matanya sampai berkaca-kaca. "Sama-sama, jangan kesel lagi ya. Jangan diem terus, mana Marsha yang biasanya bawel dan suka ngajak aku berantem?"

"Ya lagian lo sih, bikin gue kesel."

"Emang aku ngapain? Aku gatau salah aku dimana."

"Ck, makanya jadi cowo tuh yang peka. Dan jadi cowo tuh harus berprinsip satu cewe cukup, jangan mata keranjang yang liat cewe cakep dikit langsung diembat."

"Emang ada aku deket sama cewe lain selain kamu? Ga ada Marsha. Siapa? Ashel, doang itu juga ga sedeket kita," pikir Zeran.

"Ngeselin banget! Lo kalau jadi cowo jangan asal mau diajak foto sama cewe. Kalau muka lo dibuat pinjol gimana? Lo mau? Kayak tadi tuh, sok ganteng banget lo foto-foto sama cewe-cewe gatel," kata Marsha sembari menyuapkan es krim ke dalam mulutnya sendiri. Rasa dingin dan manis langung terasa dilidahnya. Padahal biasanya dia paling anti makan es krim di malam hari karena bisa membuat gendut, tapi karena ini berhubung pemberian dari Zeran, dia rela memakan es krim di malam hari.

"Oh itu. Kamu cemburu yaaa? Cieee," goda Zeran yang sudah bisa menebak kalau penyebab diamnya Marsha adalah rasa cemburu.

"Apaan sih pede banget," elak Marsha.

"Hahaha, aku cuma bingung mau bersikap kayak gimana. Mereka cuma minta foto dengan alesan salah satu penggemar foto aku ya makanya aku mau-mau aja. Karena menurut aku juga lumayan kalau mereka nanti datang ke studio buat foto lagi, teknik marketinglah istilahnya. Tapi ga tau kalau ternyata bikin kamu cemburu. Aku minta maaf ya, janji lain kali ga lagi."

"Beneran ya?"

"Iya Marsha beneran."

"Awas aja kalau diulangi lagi. Gue culik elo, gue sekap biar ga bisa kemana-mana lagi," ancam Marsha yang terdengar main-main, tapi tak tau dilubuk hatinya terdapat niat sungguhan atau tidak. Zeran terkekeh menanggapi. "Lo mau ga?" tanya Marsha menawari es krim.

"Boleh, icip dikit dong, kayaknya enak." Bukannya Marsha memberikan suapan baru pada sendok untuk Zeran, tapi malah memindahkan es krim dari mulut ke mulut. Jadilah bibir mereka menyatu dan saling melumat dengan rasa manis yang melekat. Adegan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang tidak merasa jijik atau geli.
















Up sekarang aja dah, kalau besok takut tambah sibuk.

Dah selamat malam, maap buat typo.

OBSESI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang