22

1.7K 258 49
                                    

_OBSESI_

Hari-hari berlalu, Zeran dan Marsha semakin dekat, tapi masih belum ada kejelasan hubungan diantara keduanya. Dari sudut pandang Zeran, dia perlahan juga merasakan cinta yang mulai tumbuh diantaranya dengan Marsha, tapi dia belum cukup berani menjalin hubungan dengan Marsha mengingat perempuan itu berprofesi sebagai artis dan cukup terkenal. Zeran tak mau menganggu karir Marsha yang sedang naik daun. Zeran takut kalau dirinya menjalin hubungan dengan Marsha, para fans Marsha akan marah dan tak terima, hal itu bisa mengganggu karir Marsha.

Sementara Marsha sebenarnya tak mempermasalahkan apa komentar orang-orang, yang dia inginkan adalah kebahagiaanya sendiri. Sampai sekarang pun dia masih menunggu Zeran memperjelas hubungan diantara mereka. Namun, lamanya kepekaan yang lelaki itu miliki terkadang membuat Marsha kesal. Dan juga kepolosan serta keramahan Zeran terhadap orang lain sering membuat Marsha menjadi cemburu. Dia seketika menjadi posesif, seakan menjaga Zeran tetap menjadi miliknya.

Zeran yang masih baru merasakan ini pun kadang merasa kikuk dan bingung harus berbuat apa. Sebab ini pertama kalinya dia benar-benar dekat dengan perempuan yang perasaanya lebih dari sekedar teman. Jadi dia masih bingung harus bagaimana. Namun, sejauh ini dia cukup menikmati dan berusaha membuat Marsha tidak merajuk dengannya.

Kebetulan sekali Marsha sekarang sedang ada pemotretan produk dan yang mengurus fotonya adalah tim dari Zeran. Inilah yang membuat Marsha menjadi tambah semangat kerja. Selain berpose di depan kamera, kerjaan Marsha selain itu juga menggoda Zeran. Dia sangat suka melihat Zeran yang mendadak malu dengan telinga yang memerah.

"Lihat bibir gue," kata Marsha pada Zeran. Mereka sedang istirahat sebelum nanti kembali bekerja. "Kenapa? Lipstiknya bagus, cocok di kamu," balas Zeran.

"Bukan itu!"

"Lah terus apa?"

"Masa lo ga tergoda sih? Padahal udah seksi gini. Masa lo ga mau cobain?" tanya Marsha dengan suara yang pelan. Dia tengah menggoda Zeran. Sengaja suaranya dipelankan agar tidak ada yang mendengar apa yang dia katakan pada lelaki di sebelahnya itu.

"Ssstt, Sha! Lagi banyak orang jangan sembarangan ngomong," peringat Zeran.

"Kalau lo mau, kita bisa ke bilik ganti. Di sana pasti ga ada orang. Cuma ada kita berdua." Senyuman Marsha terbit, tangannya sengaja memegang paha Zeran dan mengusapnya pelan. Itu berhasil membuat Zeran merinding. Marsha menatap Zeran penuh arti dan Zeran pun menatap Marsha dengan tatapan yang sulit diartikan. Perlahan Marsha mendekatkan diri, dekat... dekat... semakin dekat...

PLUK!

"Aduh!" Zeran meringis sambil mengusap kepala belakangnya. Di sebelahnya ada Ashel yang muncul sambil membawa plastik berisi makan dan minum, tangan satunya memegang gulungan kertas yang itu baru saja digunakan untuk memukul kepala Zeran. "Inget tempat dong! Ramai orang kalau ada yang berniat buruk ke kalian gimana? Bakal jadi berita heboh!" Omel Ashel. Dia sudah tau bagaimana kedekatan Zeran dan Marsha. Kadang dia pun dibuat gemas dengan interaksi keduanya. Jika ada fanbase khusus mereka berdua, pasti Ashel akan ikut mendukung hubungan keduanya.

"Tau tuh Zeran," celetuk Marsha menyandarkan punggungnya ke kursi sambil bersedekap dada. Zeran menganga mendengar ucapan Marsha yang seakan ciuman yang hampir terjadi tadi sebab dirinya, padahal sedari tadi yang memulai adalah Marsha!

"Awas aja lu ganggu artis gue!" omel Ashel lagi pada Zeran. Dia meletakkan plastik berisi makanan ke atas meja yang ada di tengah-tengah mereka, lalu menarik kursi kosong, bergabung duduk di sana. "Nih jatah makan lo, Sha, dan ini buat Zeran tadi dari Aldo titip." Ashel menyerahkan jatah Zeran yang wadahnya beda warna dari milik Marsha.

"Emangnya Aldo kemana?" tanya Zeran.

"Ke depan tadi, katanya ada paket," jelas Ashel.

"Oh." Zeran membuka kotak nasinya, berisi makanan yang cukup enak untuk dikonsumsi siang ini, yang pasti ada ayamnya. Lalu dia pun membuka air minum dan meminumnya lebih dulu.

"Kayaknya makanan lo lebih enak deh," celetuk Marsha. Sendok yang akan masuk ke mulut Zeran pun berhenti di depan mulut saat Zeran mendengar apa yang Marsha katakan. "Enakan punya kamu pasti Sha," jawab Zeran lalu melanjutkan gerakannya.

"Tapi gue pengen punya lo."

"Buka dulu, lihat dapet menu apa." Zeran mengambil kotak makan Marsha lalu membukanya yang memang terlihat lebih enak daripada milik Zeran. Namun, entah kenapa Marsha malah menginginkan milik Zeran. "Tuhkan enak. Buru dimakan, kalau nanti-nanti ga enak. Kamu habis ini masih harus lanjut kerja juga," kata Zeran perhatian.

Marsha mendengus seperti tanpa selera hanya mengaduk milkknya. Ashel yang sedari tadi melihat interkasi mereka mulai jengah. "Kasih aja deh Ze, daripada tu bocah nanti tantrum, ga mau kerja malah repot!" kata Ashel.

"Tapi ini bekas gua, Shel. Masa Marsha makan bekas gua?"

"Gapapa kok." Marsha mendorong nasinya menjauh dan sepenuhnya menghadap Zeran. "Suapin," pinta Marsha disusul senyuman yang menampilkan gigi gingsulnya.

"Alah-alah, ini mah modus lo aja Sha!" celetuk Ashel yang sudah tau apa maksud Marsha sekarang. "Apa sih Shel, iri aja!" Marsha menjulurkan lidahnya mengejek, lalu siap menerima suapan dari Zeran.

"Nanti lo makan punya gue aja," kata Marsha kemudian pada Zeran. Lelaki di depannya itu mau tak mau menyuapi Marsha. Dia harus rela menukar makanannya dan lebih dulu mengutamakan perut Marsha, agar tak muncul sifat rewel. Marsha yang mendapati keinginannya terkabul kini makan layaknya anak kecil, makan disuapi. Sementara Ashel mengigit kerupuknya dengan perasaan sedikit iri, selain itu juga merasa seperti nyamuk diantara mereka. Ashel pun merutuki diri sendiri kenapa dirinya masih jomblo. Dia juga mau diperhatikan seperti Marsha.

_OBSESI_

Zeran masuk ke dalam kamar, dia merenggangkan tubuhnya yang terasa lelah sehabis bekerja hari ini. Dia meletakkan tas di atas meja lalu mengambil remot ac dan menyalakannya. Dia butuh hawa dingin untuk menghilangkan rasa gerahnya. Tak cukup itu, dia dengan sengaja membuka bajunya dan bertelanjang dada, rasa dingin mulai menghinggapi tubunya. Zeran duduk di kasur lalu mengeluarkan ponselnya, mengabari Marsha bahwa dirinya baru saja sampai setelah tadi mengantarkan perempuan itu pulang.

Di seberang sana, Marsha tersenyum mendapati pesan yang Zeran kirim. Sesaat matanya beralih pada layar laptop yang menampilkan sebuah rekaman, ada Zeran di sana yang bertelanjang dada. Persis keadaan Zeran sekarang. Setiap gerakan yang Zeran lakukan, Marsha bisa melihatnya. Senyuman terbit dibibir Marsha disusul kekehannya.

"Lo akan selalu dalam pantauan gue, Ze."

















Dah maap buat typo.

Sambil bantuin temen buat dokumen lamaran kerja :v

OBSESI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang