_OBSESI_
Ada yang berubah dengan keadaan Zeran sekarang. Jika biasanya dia hanya boleh di dalam kamar, kini dia diperbolehkan jalan-jalan menelusuri rumah, tapi tidak sampai ke luar rumah. Setidaknya rasa bosan Zeran akan berkurang, akhirnya setelah rayuan demi rayuan yang Zeran lakukan, Marsha menyetujui juga. Sekarang dia sedang di dapur, berkutat dengan bahan dapur yang bisa dimakan. Namun, hampir isi kulkas kosong, karenakan setiap harinya Marsha makan memesan dari luar, tidak masak sendiri. Jadi Marsha hanya menyimpan stock mie dan beberapa roti, serta sosis. Jadilah Zeran memutuskan membuat mie saja untuk sarapan.
Zeran memotong sosis menjadi kecil, sambil menunggu mie yang di rebus mendidih. Marsha sedang mandi sekarang, tengah bersiap karena sedang ada jadwal pemotretan. Mengetahui itu Zeran jadi merindukan pekerjaanya, sudah lama dia tidak bermain dengan kameranya. Zeran menghela napas pelan, entah sampai kapan nasibnya akan berada di sini, disekap oleh Marsha. Meskipun kehidupan Zeran berkecukupan di sini, tapi tetap saja Zeran bukanlah seekor burung peliharaan yang akan terus berada di dalam sangkar, lama kelamaan dia bosan dan tentu ingin merasakan kebebeasan. Namun, apa sang tuan akan merelakan jika burungnya lepas?
"Lo bikin apa?" tanya Marsha, dia melingkarkan tangannya di perut Zeran, kepalanya mengintip apa yang dilakukan Zeran.
"Bikin mie buat sarapan. Kulkas kosong jadi aku ga bisa masak, adanya ini," jelas Zeran.
"Harusnya lo ga usah masak gue udah mesen makan, sebentar lagi sampai," jelas Marsha.
"Oh ya? Gapapa bisa makan buat nanti lagi. Kalau ga, biar mienya yang aku makan kamu makan makanan nanti aja kalau udah dateng," kata Zeran.
"Gue ga mungkin nyia-nyianin makanan yang udah lo buat. Gue mau makan juga," kata Marsha. Zeran hanya tersenyum saja menanggapi, kemudian mulai menyiapkan mie yang sudah selesai di rebus. Sementara Marsha duduk di kursi makan, memainkan ponselnya, mengabari Ashel kalau nanti menunggu di depan saja, karena Zeran kan sudah tidak terkurung di dalam kamar. Ashel lah yang biasa mengantarkan makanan untuk Zeran dan Marsha.
"Nih udah jadi." Zeran meletakkan semangkuk mie kuah yang masih panas ke depan Marsha. Kepulan asap dan aroma sedap menyeruak di ruangan. Itu berhasil membuat perut Marsha bergejolak lapar. "Makan gih, kamu juga harus pergi kan?" kata Zeran melihat tampilan Marsha yang sudah cantik dengan pakaian yang cocok dikenakan.
Marsha meniup pelan mie, meredakan panas, lalu memasukkan ke dalam mulutnya. "Heemm, enak banget. Bumbunya pas," puji Marsha.
"Ga usah lebay, itu cuma mie instan. Ga aku kasih apa-apa Marsha," kata Zeran, ikut mamakan mie.
Bel rumah berbunyi, sepertinya itu Ashel. Marsha beranjak ke pintu depan, meninggalkan Zeran yang hanya menatap kepergiannya. Tak mungkin dia ikut, Marsha pasti sudah jelas akan menahannya, jadi dia hanya bisa pasrah saja. Marsha membuka pintu, ternyata benar Ashel datang dengan kantung kresek berisi makanan.
"Nih pesenan lo." Dia menyerahkan kresek itu pada Marsha yang langsung diterima. "Oke, ntar gue tf buat lo," kata Marsha.
"Buruan makannya, jangan kebanyakan drama. Gue nungguin depan gerbang."
"Iya Ashel, gue ga akan lama. Dah sana, gue mau makan dulu," usir Marsha lalu menutup pintu. Ashel mendengus kesal, kalau saja tidak mendapat duit banyak, dia malas melakukan hal semacam ini.
_OBSESI_
"Sampai kapan lo mau nyembunyiin Zeran, Sha? Lama-lama gue juga ngerasa kasihan sama dia," celetuk Ashel. Mereka dalam perjalanan ke lokasi pemotretan dengan Ashel yang mengemudi.
"Sampai selamanya," jawab Marsha tanpa ragu.
"Eih, ga mungkin lo terus nyembunyiin dia Sha. Lo ga mau nikah?"
"Dia udah janji mau nikahin gue."
"Ya tapikan butuh persetujuan dari kedua orang tua kalian. Kalau Zeran aja lo sembunyiin gimana mau minta restu?"
"Kemarin kita udah telponan sama orang tua Zeran sekalian minta restu, dan mereka restuin," jawab Marsha dengan santainya. Sementara Ashel yang mendengarnya tentu terkejut. "Kok bisa?" tanya Ashel.
"Bisalah. Siapa sih yang bakal nolak punya menantu kayak gue?" kata Marsha dengan percaya diri.
"Terus lo nikah ga mau ngundang siapa-siapa gitu, kalau Zeran mau terus lo sembunyiin?"
"Nikah ga harus ngundang banyak orang kan? Yang terpenting keluarga. Kalau ngundang banyak orang nanti yang ada Zeran dilihatin banyak orang, gue ga mau," kata Marsha posesif.
"Kalau kayak gini salah sih Sha. Tindakan lo salah. Yang lo lakuin ini obsesi, bukan ketulusan cinta. Kalau beneran cinta ga sampai segininya," ungkap Ashel dengan pemikirannya terhadap Marsha.
"Lo jomblo ga usah sok tau Shel. Apa yang gue rasain lo ga akan tau. Cukup diem aja deh," kata Marsha yang merasa kesal, karena Ashel seakan menyalahkannya sekarang.
"Bukan gitu Sha. Tapi cepat atau lambat semua pasti keungkap, ga mungkin lo bisa sembunyiin Zeran terus." Marsha hanya diam, dia sudah malas menanggapi. Marsha lebih memilih memperhatikan keluar jendela, dari pada mendengarkan perkataan Ashel yang mulai menyebalkan.
Yang baca banyak bngt anjer, tapi yang vote cuma seitil. Yang bener aja, rugi dong.
Dah ah males, mau gue bikin end aja, gue ubah alur dah.
Maap buat typo.
![](https://img.wattpad.com/cover/342577183-288-k164767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESI [END]
FanfictionSeorang Model sekaligus Artis yang terobsesi pada seorang Fotografer. Dengan ide gila agar bisa memiliki Fotografer itu, sang Artis menyekapnya entah sampai kapan. Start : 6 Oktober 2024 End : 29 Januari 2025